B. Hasil Penelitian
3. Responden ketiga bernama Sugiarto selaku penjual yang beralamat di desa
Timo Kelurahan Tlompakan RW.004/RT.002 kecamatan tuntang yang
bermata pencaharian sebagai pedagang. yang beralamat di jalan Mbah Parmin. Beliau mempunyai tanah di dusun Bantar RW/001RT.003 desa Popongan ia menjual tanah tegal kepada Mbah Parmin yang merupakan
tetangganya yang beralamat di dusun Petet RW.003/RT.001 desa Popongan yang berkerja sebagai pensiunan.
h. Praktik Jual Beli Tanah Di Bawah Tangan Di Desa Popongan 1. Hasil Wawancara dengan Penjual
a. berdasarkan wawancara dengan Aji Setiawan beliau menjuual tanah kepada Sarmin pada hari sabtu tanggal 24 juni tahun 2017. Objek tanah yang di perjual belikan berada di Dusun Popongan RT02/RW.02 Desa Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang dengan luas 129,5 m2 tanah ini merupakan tanah pekarangan. Awalnya ia di hubungi oleh Sarmin untuk bernegoisasi atas tanah tersebut. Setelah bernegoisasi dan terjadi kesepakatan harga sebesar Rp.25.000.000. Setelah terjadi kesepakatan harga keduanya lalu menghadap kepala Dusun Popongan, Lalu kepala dusun popongan menyepakati tanggal untuk di tanda tanganinya surat pernyataan tersebut. Setelah penjual dan pembeli bersepakat mengenai tanggal di tentukanya tanggal yaitu 24 Juni 2017, pada tanggal tersebut mereka berkumpul di rumah kepala Dusun Popongan. Pada hari itu perjanjain jual beli di tuangkan di dalam surat pernyataan jual yang isinya telah terjadi peralihan hak atas tanah yang sudah di sepakati. Surat pernyataan tersebut di tanda tangani oleh para pihak di atas materai 6.000 dan kemudian para saksi – saksi menandatangani surat pernyataan jual beli tersebut.38 Kemudian surat pernyataan asli di berikan kepada pembeli
29
sedangkan copyanya di berikan kepada penjual dan kepala dusun beserta kwitansinya.
b. Berdasarkan wawancara dengan responden kedua bernama Taufik mengatakan telah menjual tanah sawahnya kepada Karsih 2 tahun yang lalu. Pada tanggal 7 agustus 2016,beliau menjual tanah dengan harga 40.000.000 rupiah, namun harga yang di sepakati ntara sebesar 35.000.000 rupiah. Menurut hukum adat desa Popongan jika ada warga desa yang melakukan jual beli haruslah melapor ke kepala Dusun, kemudian mereka datang ke Kepala Dusun untuk melaporkan adanya jual beli tanah tersebut. Mereka sudah mendatangkan saksi saksi yaitu istri beliau sendiri dan tetangga, pada hari itu juga surat pernyataan yang sudah di siapkan oleh Kepala Dusun di tanda tangani oleh penjual dan pembeli berserta saksi saksi di rumah kepala Dusun. Karsih mendapatkan bukti kwitansi dan surat pernyataan jual beli yang asli . kemudian kepala dusun melapor kepada kepala desa untuk mengganti nama di buku C agar proses pembayaran PBB lebih mudah dan bukti kepemilikan sudah berganti.39
c. Responden ketiga bernama Sugiarto yang beralamat di desa Timo Kelurahan Tlompakan,beliau mengatakan pada awalnuya sesuai hukum adat disana bahwa jika menjual tanah di desa Popongan harus d tawarkan ke warga warga sekitar dahulu. Jika tidak ada tetangga yang mau beli maka jual beli tersebut barudi buka untuk luar desa. Kemudian beliau di hubungi Mbah Parmin bahwa tananhya akan di beli oleh Mbah Parmin. Setelah terjadi kesepakatan harga kemudian mereka menghubungi kepala Dusun setempat yaitu dusun Bantar untuk melanjutkan proses jual beli. Setelah menentukan tempat dan waktu yaitu 24 juni 2015 kemudian mereka dan para saksi berkumpul di rumah kepala Dusun Bantar pada tanggal tersebut.Kemudian kepala dusun membuatkan surat pernyataan jual beli dan bukti kwitansi pembayaran yang telah di tanda tangani oleh penjual dan pembeli.Lalu kepala dusun melapor ke
30
kepala Desa untuk merubah nama pemilik tanah tersebut menjadi tanah Mbah Parmin di buku leter C. Bukti pernyataan jual beli dan kwitansi di pegang oleh Mbah Parmin selaku pembelinya.40Sebagai alat bukti bahwa telah terjadi jual beli tanah tersebut maka kepala dusun Petet membuat dua lembar bukti, lembar yang pertama adalah dibuat surat penyataan jual beli tanah dan lembar yang kedua berisi denah tanah yang akan dijual.
2 Hasil Wawancara dengan pembeli
a. Berdasarkan wawancara dengan Sarmin, beliau mengaku membeli tanah milik Aji Setiawan karena keluarganya ingin menetap di desa Popongan. Beliau mendapat informasi tanah milik Aji Setiawan akan di jual dari orang tuanya yang merupakan warga di desa Popongan. Setelah menemui Aji Setiawan dan terjadi kesepakatan harga, beliau menemui kepala dusun untuk menentukan waktu dan tanggal proses jual beli tanah tersebut. Setelah waktu dan tanggal di tentukan kedua belah pihak datang berserta para saksi untuk menandatangani surat pernyataan jual beli tanah tersebut. Kemudian Sarmin membawa uang cash sebesar 25.000.000 untuk di serahkan di hadapan kepala dusun kepada Aji Setiawan selaku pembeli.41 Sampai sekarang tanah yang di perjual belikan belum di sertifkatkan oleh pembeli, pembeli mulai pembayar pajak atas tanah ( PBB) setelah kepala desa mengganti nama penjual menjadi nama pembeli.
b.Berdasarkan wawancara dengan Karsih proses jual beli yang di lakukanya dengan penjual yaitu Taufik mudah dan sederhana. Setelah terjadi kesepakatan harga antara karsih dan sugiarto kemudian karsih memberikan uang DP kepada sugiarto, setelah menentukan waktu dan tanggal kepada kepala Dusun, mereka menandatangani dan melunasi sisa pembayaran pada saat di rumah kepala dusun di sertai dengan pendatanganan oleh para pihak dan para saksi.42
40
Waancara dengan Sugiarto pada tanggal 21 maret 2018. 41Wawancara dengan Sarmin pada tanggal 30 maret 2018. 42Wawancara dengan ibu Karsih pada tanggal 28 maret 2018.
31
c.Berdasarkan wawancara dengan Parmin, proses dilakukan jual beli tanah dengan Sugiarto pada mulanya bermula dengan tawar menawar harga, setelah terjadi kesepakatan harga yang di capat, kemudian beliau membayar DP 30% dari harga yang di capat. Stelah itu kemudian mereka menghadap kepala dusun untuk menentukan proses menandatangani surat pernyataan. Setelah terjadi kesepakatan tanggal dan waktu kemudian para pihak beserta saksi datang ke rumah kepala Dusun, kemudian mereka menandatangani dan membayar secara tunai sisa dari harga tanah tersebut.”43
Dari uraian di atas dapat di peroleh pemahaman sebagai dalam tabel di bawah ini:
Tabel 11
Proses Jual Beli Tanah di Desa Popongan
Responden ( Penjual dan
Pembeli
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Aji Setiawan dan Sarmin
Sepakat obyek jual beli tanah sawah/pekarangan
seluas 129.5 m2 dengan harga total
25.000.000
Para pihak datang ke rumah Kepala Dusun
untuk
menandatangani surat Pernyataan Jual Beli
beserta penyerahan uang yang di
sepakati.
Kepala Dusun melaporkan ke Kantor
Kepala Desa untuk mengganti nama penjual menjadi nama
pembeli tanah di kantor kepala Desa.
Penguasaan Tanah Objek jual beli
Sejak Penandatanganan surat pernyataan jual beli Taufik dan Karish
Sepakat obyek jual beli tanah sawah/pekarangan
dengan harga 35.000.000 rupiah
Para pihak datang ke rumah kepala Dusun untuk melaporkan telah terjadi proses
jual beli dan membayar uang secara Tunai kepada
Kepala dusun melaporkan ke kantor
kepala desa untuk merubah nama di
buku C
Penguasaan Tanah Objek jual beli
Sejak Penandatanganan surat pernyataan jual beli sejak 7 agustus
32
Taufik 2016.
Sugiarto dan Mbah Parmin
Sepakat obyek jual beli tanah sawah/pekarangan mengenai luas dan
harga tanah.
Para pihak datang ke rumah kepala dusun
Bantar untuk menandatangani surat
pernyataan jual beli dan membayar uang tunai kepada penjual.
Datang ke Kantor Kepala Desa untuk melaporkan jual beli tersebut ke kantor desa untuk di ubah namanya di buku C
Penguasaan Tanah Objek jual beli
Sejak Penandatanganan
surat pernyataan jual beli sejak 24 Juni 2015
Jadi dari tabel klasifikasi ini semua penjual menempuh hal yang sama dari segi kesepakatan harga, proses penandatanganan surat pernyataan jual beli di rumah kepala Dusun , pelaporan pergantian nama oleh kepala Dusun kepada kepala Desa dan Tanah telah beralih hak sejak di tandatanganinya surat pernyataan jual beli.
3.Hasil Wawancara dengan perangkat desa :
a.Menurut kepala desa Bringin , Yamyuri44 bahwa memang benar masih ada warga yang melakukan jual beli tanah yang belum bersertipikat terutama di Desa Popongan dan desa Tanjung, kacamatan Bringin. Sedangkan di desa Bringin sendiri hampir 96 % tanah masyarakatnya sudah bersertipikat karena program pemerintah pusat yang mensertipikatkan tanah warganya. Beliau menambahkan tanah tanah yang di perjual belikan belum bersertipikat di karenakan kurangnya kesadaran masyarakat itu sendiri. Kepala Desa sendiri terlibat dalam jual beli hanya sebagai saksi dan mengganti nama di buku C atas pemilik lama dengan pemilik yang baru (pembeli) agar memudahkan proses pembayaran PBB tanah tersebut .
b.Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa di Popongan, mereka melakukan jual beli tanah di bawah tangan disebabkan karena prosesnya sangat mudah,cepat selesai dan biayanya sedikit cukup dengan selembar kertas saja/kwitansi dan itu sudah sah menurut mereka.Beliau mengatakan masyarakat
33
di desa Popongan memiliki kesadaran hukum yang rendah dan masih memilih jual beli tanah secara bawah tangan. Peran kepala desa Popongan sendiri kurang terlibat dalam adanya proses jual beli karena di desa Popongan, jual beli di lakukan di hadapan kepala Dusun.45
c.Berdasarkan wawancara dengan bapak Tri selaku kepala dusun Popongan bahwa proses jual beli di dusun Popongan memang sering terjadi di bawah tangan di karenakan prosesnya yang mudah dan cepat, dan para pihak yang melakukan jual beli tidak mau keluar biaya yang banyak untuk mensertipikatkan tanahnya. Para warga yang melakukan jual beli cukup datang saja kepada beliau dan bapak Tri membuat surat pernyataan jual beli dan kwitansi beserta saksi saksi yang ada, maka proses jual beli sudah di anggap sah oleh mereka karena para warga desa dan perangkat desa setempat sudah mengetahui dan mengakui bahwa tanah yang di perjual belikan sudah beralih kepemilikan.46
Berdasarkan uraian di atas di jelaskan melalui tabel di bawah ini : Tabel 12
Alasan Jual Beli di Bawah Tangan
Item Kepdes Popongan Kepala Dusun Poopongan Kepala Desa Bringin Kepala Desa Tanjung Banyak yg melakukan v v v v kurangnya kesadaran hukum masyarakat itu sendiri v x v v Belum pernah ada penyuluhan x x x x Mudah dan cepat v v v v 45
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Drs. Muhamad Amin selaku kepala Desa Popongan ,pada tanggal Jumat, 2Maret 2018.
34
Responden Hasil Wawancara
Kepala Desa Bringin
Masyarakat desa Popongan dan Desa Tanjung yang melakukan jual beli tanah yang belum bersertifikat. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran hukum masyarakat itu sendiri. Sedangkan peran kepala Desa hanya sebagai saksi dan mengganti nama penjual menjadi nama pembeli di buku C.
Kepala Desa Popongan
Masyarkat desa Popongan melakukan jual beli tanah di bawah tangan disebabkan karena prosesnya sangat mudah,cepat selesai dan biayanya sedikit cukup dengan selembar kertas saja/kwitansi dan itu sudah sah menurut mereka. Selain itu desa Popongan memiliki kesadaran hukum yang rendah dan masih memilih jual beli tanah secara bawah tangan. Peran kepala desa Popongan sendiri kurang terlibat dalam adanya proses jual beli karena di desa Popongan, jual beli di lakukan di hadapan kepala Dusun.
Kepala Dusun Popongan
Jual beli di bawah tangan sering terjadi di karenakan prosesnya yang mudah dan cepat, dan para pihak yang melakukan jual beli tidak mau keluar biaya yang banyak untuk mensertipikatkan tanahnya. Para warga yang melakukan jual beli cukup datang saja kepada Dusn kemudian kepala Dusun membuat surat pernyataan jual beli dan kwitansi beserta saksi saksi yang ada, maka proses jual beli sudah di anggap sah oleh mereka.
Kepala Desa Tanjung
Jual beli tanah secara bawah tangan disebabkan karena prosesnya sangat mudah, cepat dan biayanya sedikit dan juga jarak antara desa Tanjung dengan kantor BPN dan PPAT sangat jauh , serta kesadaran hukum masyarakat desa Tanjung masi rendah.