• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.12. Keluhan Terhadap Kebauan 1 Bau Paling Menyengat 1 Bau Paling Menyengat

4.12.2 Responden yang Terganggu

1 2 3 Pagi Siang Sore 17 5 19 41,5 12,2 46,3 Jumlah 41 100,0

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa bau yang paling menyengat yang dirasakan oleh responden adalah pada sore hari sebanyak 19 orang, sedangkan responden yang merasakan bau paling menyengat pada pagi hari sebanyak 17 orang dan responden yang merasakan bau paling menyengat pada siang hari sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya merasakan bau pada sore hari lebih menyengat.

4.12.2 Responden yang Terganggu

Adapun responden yang terganggu dengan adanya bau pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut :

Tabel 4.20 Distribusi Responden yang Terganggu Dengan Bau yang Dirasakan Pekerja di Peternakan Sapi PT. Prima Indo Mandiri Sejahtera Berastagi Tahun 2013 No Terganggu Jumlah (orang) Persentase ( % ) 1 2 Ya Tidak 24 17 58,5 41,5 Jumlah 41 100,0

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa responden yang merasa terganggu dengan bau sebanyak 24 orang, sedangkan yang tidak terganggu dengan bau sebanyak 17 orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden sebagian besar terganggu dengan adanya bau di peternakan tersebut.

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden

Pada kelompok umur responden, pekerja lebih banyak memiliki rentang umur diantara 21 – 30 tahun, yaitu sebanyak 24 orang. Untuk rentang umur diantara 31 – 40 tahun sebanyak 7 orang, sedangkan untuk umur < 20 tahun dan > 40 tahun masing – masing berjumlah 5 orang. Berdasarkan kelompok umur yang ditetapkan, maka dapat diketahui bahwa pekerja di PT. Prima Indo Mandiri adalah berusia produktif.

Menurut Dumairy (1997) yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang mempunyai umur didalam batas usia kerja. Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Di Indonesia, batas umur minimal untuk tenaga kerja yaitu 15 tahun tanpa batas maksimal. Sedangkan usia maksimal bekerja menurut PP RI No. 1 Tahun 2009 adalah 55 tahun.

Jenis kelamin terbanyak pada pekerja di PT. Prima Indo Mandiri adalah laki – laki sebanyak 34 orang dari 41 orang yang bekerja. Hal ini menunjukkan tingginya aktifitas laki – laki yang bekerja di peternakan tersebut. Untuk laki – laki bekerja dibagian kandang, pakan, laboratorium dan satpam. Sedangkan untuk wanita di peternakan tersebut hanya bekerja di bagian kantor, laboratorium, dan bagian dapur.

Jam kerja responden yang paling banyak di PT. Prima Indo Mandiri adalah pada ≤ 8 jam yakni sebanyak 31 orang. Pekerja yang bekerja selama ini adalah pekerja dibagian kandang, laboratorium, pakan dan kantor. Sedangkan jam kerja responden yang paling sedikit adalah > 8 jam jam sebanyak 10 orang, pekerja

tersebut adalah dibagian dapur yang bekerja hingga malam hari, bagian administrasi dan pekerja untuk pakan sapi.

Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem yaitu 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu dan 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Masa kerja responden yang paling banyak adalah selama <30 bulan sebanyak 22 orang. Untuk masa kerja >60 bulan adalah sebanyak 10 orang dan untuk usia 30 – 60 bulan sebanyak 9 orang. Hal ini menunjukkan usia masa kerja dari pekerja di peternakan sapi pada umumnya telah bekerja selama kurang dari 30 bulan. Hal ini sejalan dengan Widyastuti (2005), efek paparan polutan udara terhadap kesehatan manusia sangat beragam tergantung pada jumlah dan lama pemaparan, juga pada status kesehatan orang yang terpapar.

Responden yang merokok sebanyak 28 orang dan yang tidak merokok sebanyak 13 orang dari 41 orang yang bekerja di PT. Prima Indo Mandiri. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat resiko pekerja untuk memiliki keluhan saluran pernapasan. Sesuai dengan teori menurut Lintang (2008) dalam Kurnia, dimana dalam rokok yang di bakar atau dihisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan CO2 yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotine dihirup masuk ke dalam jalan nafas dan dapat menyebabkan gangguan pernafasan misal batuk dan sesak nafas. Dari masalah gangguan pernafasan masing-masing orang

mempunyai daya tahan yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh keadaan fisik atau ketahanan tubuh serta usia.

5.2 Kandang dan Sanitasi Peternakan Sapi PT. Prima Indo Mandiri Sejahtera 5.2.1 Kandang

Peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri memiliki 4 jenis kandang yaitu, kandang sapi induk, kandang anak sapi, kandang isolasi dan kandang sapi dara. Adapun tipe kandang untuk sapi induk adalah kandang tipe ganda (pitch roof). Kandang tipe ini memiliki bentuk atap ganda atau dua baris yang saling bertolak belakang. Menurut AAK (1995), kandang tipe ganda merupakan kandang yang terdiri dari dua baris, posisinya dapat saling berhadapan ataupun saling bertolak belakang.

Adapun untuk anak sapi dan sapi dara adalah kandang tipe tunggal

(monopitch). Menurut Aak (1995) kandang tipe ini memiliki bentuk atap tunggal atau terdiri dari satu baris kandang. Dengan demikian sapi yang ditempatkan di kandang ini mengikuti bentuk atap yang hanya satu baris.

Kandang sapi di peternakan tersebut merupakan kandang terbuka dimana udara dengan dapat masuk dengan leluasa ke dalam kandang, begitu juga dengan udara kotor dapat keluar dari kandang. Untuk bangunan kandang sapi induk adalah permanen sedangkan untuk kandang anak sapi adalah semipermanen dengan lantai yang terbuat dari beton. Lantai kandang tidak miring ke arah saluran pembuangan air limbah. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan kandang yang ditetapkan dalam SK Dirjenak No. 776/kpts/DJP/Deptan/1982 yaitu lantai kandang yang harus miring ke arah saluran pembuangan sehingga limbah mudah dibersihkan.

Adapun atap kandang di peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri terbuat dari seng yang menutupi seluruh bagian kandang. Jarak antar kandang kurang dari 8 meter jika dihitung dari tepi atap kandang. Menurut SK Dirjenak No. 776/kpts/DJP/Deptan/1982, persyaratan dari jarak kandang dengan bangunan lain adalah kandang dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter yang dihitung dari masing – masing tepi atap kandang.

Untuk ruang kantor memiliki jarak lebih dari 25 meter, hal ini telah memenuhi persyaratan dimana kantor harus berjarak 25 hingga 30 meter dari kandang. Sedangkan tempat penimbunan kotoran terletak kurang dari 20 meter dari kandang sapi induk. Hal ini tidak sejalan dengan persyaratan kandang menurut SK Dirjenak No. 776/kpts/DJP/Deptan/1982, dimana persyaratan tempat penimbunan kotoran terletak 100 meter dari kandang.

Dokumen terkait