• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan kedua dari penelitian ini ingin menelusuri bagaimana respons masyarakat sebagai obyek dakwah terhadap strategi komunikasi yang dimiliki oleh muballigh dalam menun-jang keberhasilan dakwahnya. Masyarakat sebagai sasaran dakwah menurut Ya'kub (1973) bahwa obyek dakwah itu adalah masyarakat luas, yang terdiri dari umat yang berpikir kritis, umat yang mudah dipengaruhi dan umat yang bertaqlik yakni masya-rakat yang fanatik buta pada tradisi dan kebiasaan yang bersifat turun temurun. Masyarakat yang bermukim di pemukiman kumuh adalah masyarakat yang pluralistik dengan tingkat

stratifikasi sosial yang berbeda sehingga berpotensi memiliki respons yang bervariasi pula, khususnya penerapan strategi komunikasi oleh para muballigh dalam berdakwah sebagai mana respons masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini.

Strategi komunikasi yang dimiliki oleh muballigh pada dasarnya cukup baik misalnya penampilan dan kemampuan atau kompetensinya baik, hanya yang perlu mendapat penekanan adalah metode penyampaian atau retorika terkadang nadanya terlalu tinggi, begitu pula bahasanya terlalu tinggi dan ilmiah sehingga masyarakat sulit memahami maksud materi ceramah tersebut. Banyak materi-materi dakwah yang disampaikan oleh muballigh bobotnya antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum tidak seimbang, kebanyakan materi yang bersifat umum kira-kira 60 persen pengetahuan umum dan sekitar 40 persen pengetahuan agama, mestinya sebaliknya. Sedangkan strategi lain pada dasarnya sudah bagus seperti penampilan, metode penyam-paian tetapi kredibilitas terus terang secara langsung sulit kita mengukurnya karena kita tidak melihat tingkah lakunya sehari-hari dan biasanya hanya di dengar dari orang lain bahwa muballigh tersebut baik atau dapat ditauladani.

Masalah yang terlupakan oleh para muballigh adalah materinya kurang membahas hak-hak kaum perempuan dalam respons Islam, justru yang sering diungkap adalah kewajiban seorang istri terhadap suaminya, pada hal dunia sekarang adalah era emansipasi atau kesetaraan, jadi perlu pesan-pesan materi dakwah yang seimbang dari berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan soal penampilan, retorika, pengetahuan rata-rata sudah cukup baik dan untuk lebih meyakinkan sebaik-nya muballigh harus tampil menjadi suritauladan terutama dalam membina keluarganya sehingga masyarakat akan mudah mengikuti dan mempercayai apa yang disampaikannya.

Apa yang kita saksikan dari penampilan para muballigh, maupun kemampuan menyampaikan materi-materinya dan materinya itu sendiri sudah dapat dikatakan sukses. Hanya barangkali yang penting muballigh jangan cepat puas dengan apa

yang telah dilakukan tetapi perlu terus berbena diri untuk memperdalam pengetahuan dan mencari pengetahuan baru agar dia tetap eksis sedangkan kredibilitasnya atau akhlaknya memang sulit diukur tap! saya kira mereka memahami posisinya sebagai panutan di masyarakat.

Strategi komunikasi oleh muballigh dari aspek penam-pilan, materi dakwah, pengetahuan sudah rata-rata baik kecuali retorika masih sangat bervariasi ada yang terkadang intonasi suaranya datar dan monoton sampai selesai dan masih ada yang sangat berapi-api sekali pada hal yang bagus itu yang lemah lembut tetapi meyakinkan artinya menyentnh qalbunya, sedang-kan menyangkut akhlaknya yang nampak kita saksisedang-kan juga sudah rata-rata baik. Muballigh sebaiknya tanggap dan paham kondisi sosial budaya sehari-hari masyarakat sasaran obyek dakwah. Penampilan, kemampuan menyampaikan materi cera-mah, penguasaan dan wawasan keilmuan pada dasarnya sudah baik, kecuali dari segi materi biasanya banyak yang berbahasa tinggi dan sulit dipahami sehingga banyak jamaah terkadang, mengantuk dan tidak konsentrasi mendengarkan ceramah. Jadi sebaiknya yang sedang-sedang saja kalau perlu lebih bersifat umum. Sisi lain dari strategi komunikasi yang perlu mendapat perhatian karena terkait langsung dengan penilaian masyarakat adalah aspek kredibilitas atau akhlak, kepribadian seorang muballigh hal sesuai dengan pendapat Syukur (1983) bahwa seorang muballigh atau muballigh harus memiliki kepribadian yang terpuji yakni kepribadian yang bersifat rohani dan kepribadian yang bersifat jasmania.

Kalangan generasi muda lebih cenderung melihat yang nampak atau secara simbolik yang di nilai seperti misalnya penampilan, gaya retorika dan materi-materi yang tajam dan kritis dalam menyoroti fenomena kehidupan keseharian yang disampaikan oleh para muballigh contohnya materi yang menje-laskan perlunya berbakti kepada kedua orang tua, etika, sopan santun pergaulan dan sebagainya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa faktor materi dakwah paling banyak mendapat

sorotan untuk mendapat penyempumaan, menyusul gaya retorika atau keterampilan berkomunikasi dan kompetensi yakni pengetahuan khususnya kemampuan memahami kondisi sosial budaya masyarakat atau obyek dakwah, sedangkan aspek penam-pilan (daya tarik) pada dasarnya sudah baik, kecuali kredibilitas sebagian besar masyarakat berrespons bahwa aspek akhlak muballigh sulit untuk dapat diberikan penilaian secara obyektif karena kurang waktu dalam melakukan kontak dalam keseharian.

1. Karakteristik Muballigh

Karakteristik muballigh dalam hal ini menyangkut usia dan jenis kelamin serta tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan yang dalam penelitian. Sikap mental yang dibutuhkan oleh seorang muballigh menurut Tasmara (1997) kemampuan untuk self control (termasuk di dalamnya faktor emotional stability}. Rasa selalu ingin tahun (curiosity), Mampu untuk bekerja sama dan memberikan pelayanan (service and cooperation), Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor penunjang yang cukup penting untuk diperhatikan oleh seorang muballigh yaitu; 1) kebutuhan terhadap pengetahuan

(need for knowledge), 2) kebutuhan pengembangan diri (need for achievement), 3) kebutuhan untuk membuktikan (need for impro-vement). Faktor penyebab kurangnya perempuan tampil menjadi

muballigh antara lain faktor eksistensi kaum wanita dalam pandangan Islam (kodrat kewanitaan) dan faktor sosial kultural masyarakat, Kumalasari (1994) berpendapat bahwa pada umum-nya wanita Bugis Makassar lebih berhati-hati tampil di dunia publik dan malu (si'ri) yang telah membudaya pada diri wanita untuk tidak melanggar tata aturan yang telah berlaku di tengah masyarakat.

Faktor lain yang menyebabkan wanita kurang yang tampil menjadi muballigh adalah adanya persepsi pria yang meng-anggap bahwa wanita kurang cocok dengan pekerjaan yang menuntut untuk senantiasa keluar rumah, apabila di malam hari (Masri, 2001) dan berbagai faktor lainnya, Analisis strategi komunikasi dakwah muballigh dalam menunjang keberhasilan

dakwahnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor strategi komunikasi sangat dipengaruhi bagi keberhasilan para muballigh dalam berdakwah di masyarakat khususnya masya-rakat di pemukiman kumuh. Hal tersebut di atas sejalan dengan konsep pengembangan kemampuan berkomunikasi menurut Widjaja (2000) bahwa seorang komunikator harus memiliki sikap mental yang mantap dan tidak ragu-ragu, memiliki kredibilitas yang tinggi, keterampilan berkomunikasi, memiliki sikap yang baik terhadap komunikan serta daya tarik. Lebih lanjut dike-mukakan beliau bahwa seorang komunikator perlu memiliki kemampuan strategi untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan bagi atau pada diri komunikan.

Pendapat tersebut diperkuat oleh rumusan Lassweel bahwa untuk mantapnya suatu strategi, komunikasi, maka segala se-suatu harus dihubungkan dengan komponen-komponen yaitu; a).

Who what (siapakah komunikatornya), b). Says what (pesan apa

yang dinyatakannya), c). In which channel (media apa yang digunakan To whom (siapa komunikannya) Which what effect (efek apa yang diharapkan). (Effendi, 2000)

Berdasarkan landasan konsepsional baik secara teoritis maupun praktis maka strategi komunikasi menjadi suatu keha-rusan bagi seorang muballigh dalam menunjang keberhasilan dakwahnya, hal tersebut sejalan dengan pendapat para muballigh dari hasil wawancara dalam penelitian ini bahwa semua muballigh menerapkan strategi komunikasi dalam berdakwah di pemukiman kumuh. Walaupun ditemukan adanya perbedaan para muballigh dalam penekanan penerapan aspek-aspek strategi komunikasi. Adanya perbedaan para muballigh dalam prioritas penerapan aspek-aspek strategi komunikasi. Bila dianalisis lebih pada adanya perbedaan latar belakang pendidikan, potensi indi-vidu para muballigh, latar belakang sosial budaya para muballigh dan berbagai faktor penyebab lainnya.

Perbedaan para muballigh dalam penggunaan aspek stra-tegi komunikasi, didukung oleh suatu teori komunikasi yang

menekankan bahwa manusia amat bervariasi dalam kondisi psikologinya secara pribadi, variasi tersebut dimulai dari dukung-an perbedadukung-an biologis, tetapi juga dikarenakdukung-an addukung-anya perbedadukung-an pengetahuan yang berbeda secara individual (Effendy, 2000).

2. Respons Masyarakat Terhadap Strategi Komunikasi Dakwah Muballigh Dalam Berdakwah

Respons tokoh masyarakat terhadap strategi komunikasi yang diterapkan oleh para muballigh pada umumnya memberi respons positif dari aspek penampilan, aspek retorika (kete-rampilan berkomunikasi), aspek kompetensi, aspek kredibilitas. Kecuali respons terhadap strategi komunikasi dari aspek materi dakwah di nilai masih perlu penyempurnaan, baik isi, sistimatika maupun bahasa yang dipergunakan perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat. Menurut Moskowitz dan Orgel (1969) tentang bagaimana individu melakukan respons terhadap berbagai stimulus yang datang dari luar dirinya, karena banyaknya stimulus yang ditimbulkan dari luar maka individu dapat pula melahirkan tanggapan atau respons yang berbeda pada setiap stimulus, untuk jelasnya dapat dilihat skematika di bawah ini :

SP

FI

St St St St

FI FI FI

Keterangan :

ST : Stimulus (faktor luar) FI : Faktor intern (dari dalam) SP : Struktur pribadi (organisme)

Skema tersebut di atas menunjukkan bahwa tidak semua stimulus akan diberikan respon dengan baik, walaupun beberapa aspek stimulus yang datang. Demikian pula respons tokoh masyarakat terhadap berbagai aspek strategi komunikasi yang diterapkan oleh setiap muballigh mendapatkan respons yang berbeda individu masyarakat atau tokoh masyarakat. Sedangkan respons masyarakat dan tokoh masyarakat, hasilnya tidak jauh berbeda dalam memberikan penilaian terhadap strategi komu-nikasi yang diterapkan oleh muballigh dalam berdakwah, hal ini terkait dengan obyek yang menjadi sasaran sama. Sedangkan kredibilitas pada umum masyarakat menyatakan sulit memberi-kan penilaian disebabmemberi-kan kurangnya waktu dalam melakumemberi-kan kontak keseharian dalam menilai perilaku atau akhlak para mu-balligh. Menurut Senjaja (1993) bahwa bahasa merupakan faktor yang penting dalam pesan komunikasi, kecenderungan seseorang memakai istilah-istilah dengan abstrak yang tinggi atau rendah sekali dapat mengaburkan makna pesan yang sebenarnya.

Berkaitan dengan banyaknya yang menyoroti aspek materi dakwah, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian oleh para muballigh dalam berdakwah misalnya pada pemu-kiman kumuh menghendaki agar para muballigh yang berdak-wah di pemukiman kumuh tersebut banyak memakai bahasa daerah setempat, hal ini terkait dengan kondisi masyarakat yang relatif berpendidikan rendah, banyaknya jemaah atau masyarakat berusia lanjut ditambah faktor sosial budaya lainnya. Materi dakwah juga sebaiknya memberikan pesan-pesan informasi yang seimbang seperti pesan-pesan agama dengan pengetahuan umum, pembahasaan tentang hak dan kewajiban kaum wanita dengan hak dan kewabajian juga kaum laki-laki dikemukakan

serta perlunya penekanan pada aspek moral, etika, akhlak dan norma sopan santun pergaulan sehari-hari.

Seorang muballigh (komunikator) dapat dikatakan berhasil dalam menyampaikan pesan-pesan materi dakwahnya bila dapat menghasilkan (efek) yang sesuai dengan tujuan dakwah yakni menciptakan perubahan pada diri obyek dakwah (komunikan) berupa perubahan kognitif, afektif dan perilaku (akhlakul karimah) ke arah yang lebih baik, menurut Widjaja (2000) komu-nikator dalam menyampaikan pesan untuk menghasilkan (efek) yang diharapkan perlu memperhatikan beberapa pertimbangan; a). Situasi, keadaan yang dikehendaki, b). Sasaran, mengenai tujuan yang ingin dicapai, c). Apa, mengenai isi pesan atau informasi, d). Bagaimana, tentang cara penyampaian, e). Dengan apa, tentang alat-alat (media) dalam penyampaian, f). Dimana, tempat proses komunikasi berlangsung. Dengan demikian per-timbangan tersebut dimaksudkan agar komunikator dapat mem-persiapkan pesan atau informasi sebaik-baiknya dan menguasai pesan atau informasi tersebut.

Faktor paling banyak mendapat sorotan untuk mendapat penyempurnaan menyusul aspek retorika (keterampilan berko-munikasi) perlu ditingkatkan, selanjutnya aspek kompetensi yakni pengetahuan untuk memahami kondisi sosial budaya masyarakat yang dijadikan sasaran dakwah dan semua masya-rakat memberikan respons positif terhadap aspek penampilan sedangkan aspek kredibilitas atau akhlakul karimah sebagian besar masyarakat mengalami kesulitan dalam memberikan penilaian secara obyektif dikarenakan kurangnya pengetahuan dan waktu dalam melakukan kontak terhadap muballigh dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

A. Dustur Hasjmy, 1974. Dakwah Menurut Al-Qur’an.Jakarta: Bulan Bintang,

A. Muis, Dakwah Dalam Masyarakat Modern, Ujung Pandang: Jurnal

Cendekiawan Muslim, SEMA Fak. Dakwah IAIN, Edisi

Perdana Rajab 1418H/November 1997M.

A.M. Saefuddin, 1990. Desekurerisasi Pemikiran, Landasan

Isla-misalasi, Cet. I, Bandung: Mizan

Abd. Ghofir, Dkk, 1995. Dampak Modernisasi Terhadap Tata Nilai

Islam, Cet. I. Yogyakarta: Kota Kembang,

Abd. Karim Lawe, 1996. Filter Ahlakul Karima Dalam Menghadapi

Arus Budaya Barat, Ujung Pandang: Warta Alauddin

Nomor 75 September 1996.

Abd. Rasyid M, 1994. Dampak Modernisasi Dalam Masyarakat

Perkotaan, Kendari: HMI Cabang Kendari

Abustam, Idrus, dkk. 1996. Pedoman Praktis Penelitian dan

Penulis-an Karya Tulis Ilmiah, LP. IKIP. Ujung PPenulis-andPenulis-ang.

Achmad, 1992. Teri Komunikasi Antara Umat Manusia, Diklat Kuliah, Ujung Pandang.

Achmad, 1994. Kebijaksanaan dan Perencanaan Komunikasi, UNHAS, Makassar

Achmad, 2002. Tantangan Dakwah Abad XXI, Tabligh, 03/ November 2002, Faklutas Dakwah IAIN Makassar. Achmad, AS. 1982. Penerapan Strategi Komunikasi Dalama Dakwah,

dalam Lontara No. 10 Tahun ke XXX, Hasanuddin University Press, Ujung Pandang.

Adam, 2003. Respons Masyarakat Terhadap Perilaku Dakwah Jamaah

Tabliqh. Makassar: UNHAS.

Ahmad Ashar Basyir, Dkk, Ijtihad Dalam Sorotan, Bandung: Mizan. Ahsan, Marlyah. 1985. Pengantar Ilmu Dakwah, IAIN Alaudin,

Amir, 1996. Jamaah Tabligh dalam Sejarah. Ujung Pandang: UNHAS Arifin, Anwar. 1992. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas,

Cet. II, Rajawali, Jakarta.

Asmuni Syukir, 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas

Azwar, 1998.Teori Sikap Manusia dan Pengukurannya.Yogyakarta: Liberty

Bachtell, Michale L. 1997. The Management Compass, Penerjemah A. Guntur Haliran, Jakarta.

Basit, Abd. 1997. Serial Khutbah Kontemporer I, Beragama Di Abad XXI, CV Zikrul Hakim, Jakarta

Berkowitzh, L. 1972. Social Phychologi, Glenview, III: Scot Fosesman & Company

Bulaeng. A.R. 2000. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, Hasanuddin University, Press Makassar.

Cangara, Hafidz, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada

Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet. I. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Cassirer, E. 1977. A. Clue to The Nature of Man: The Symbol in D.H. Wrong and H.L Gacey (ed), Reading in Introductory Sociology. Mac Milan, New York.

Dadang Kahmad, 2000. Sosiologi Agama. Bandung: Pustaka Setia, Dawam Raharjo, 1993. Intelektual Intelegensi dan Perilaku Politik

Bangsa. Bandung: Mizan

Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, PT. Bumi Restu Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1993. Kamus Bahasa

Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988. Kamus Besar

Behasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,.

Departemen Pendidikan RI, 1974. Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kita Suci Al Qur’an

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Urusan Haji Departemen RI: 1998. Pedoman Pembinaan Dakwah

Bil-Hal, jakarta.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji DEPAG. RI (Jakarta: 1998). h. 55

Effendi, Onong Uchjana, 1992. Spektrum Komunikasi, Cet, I. Mandar Maju, Bandung

Effendi, Onong Uchjana, 1996. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Cet. II. PT Citra Aditya Bakti, Bandung

Effendi, Onong Uchjana, 1999. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Cet. XII. Remaja Rosdakarya, Bandung

Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo. Rosdakarya

Fachri Ali, Islam, 1984. Ideologi Dunia dan Dominasi Struktural, Cet. I, Bandung: Mizan

Fakih, Mansour dan Topatisamang, Roem. 1988. Biarkan Kami Bicara!. Jakarta: P3M. Gazali, Efendi (Ed.). 2002.

Forde, C. D. 1963. Habitat Econnomy and Sociaty, Dutton. New York.

Giddens, Anthoy, 1987. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Suatu Analisis Karya Marx, Durkheim dan Max Weber, UI Press, Jakarta.

Guraby, Ali Mustafa AL. 1958. Tarikh Al Firaq Al Islamiyah Wa

Nasy’at Ilmu Al Kalam Inda Al Muslimin.

Hamelink, C. J. 1983. Cultural Autonomy In Global Communication, Logman, New York.

Harjono, Anwar. (t.Th). Berdakwah Dalam Kemajemukan Masyarakat, Toko Paradigma Ilmu, Ujung Pandang.

Hasjmy, A Dustur. 1974. Dakwah Menurut Al Quran, Bulan Bindang, Jakarta.

Holand, Carl I. 193. Sosial Communication, Penerjemah oleh Onong Uchayana Effendy, Alumni, Bandung.

IAIN, Antasari. 1991. Khazanah Ilmiah, IAIN Antasari, Bajarmasin Ibrahim Marwah Daud. 1994. Teknologi, Emansipasi dan

Tran-densendensi Wacana peradaban dengan Visi Islami, Marzan,

Bandung.

Ilyas Ba-Tunus, Farid Ahmad, Sosiologi Islam dan Masyarakat

Kontemporer, Bandung: Mizan Cet. V Dzulqaidah 1413 /

April 1994.

Ilyas. 2001. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Tingkat

Kesejah-teraan masyarakat di Pemukinan Kumuh di Kelurahan Mariso Kota Makassar.

Jurjis, 2001. Perilaku Dakwah Jemaah Tabligh di Makassar, Thesis. PPS. UNM, Makassar.

Kahmad, Dadang. 2000. Sosiologi Agama, Pustaka Setia, Bandung. Khasan Kusen, Islam dalam Retronspeksi Kultural Sebuah Fenomena

di Tengah Era Industrliasasi, Jakarta: Universal, Jurnal

Pemikiran Alternatif, Edisi 03/1997.

Kreither, R. 1989. Management, 4th edition, Houngton Mifflin Compony, Boston

Kuntowijoyo, 1991. Paradigma Islam, Interprestasi Untuk Aksi, Cet.I. Bandung: Mizan,

Lasswell, Harold. D., 1993. The Structure and Function of

Commu-nication in Society “dala L. Brysan (id) the Communicat if ideas, Happer and Row, New York.

Lembaga Administrasi Negara RI: 1996. Komunikasi, LAN. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara, RI, 1992. Pembinaan Kejuangan,

LAN. Jakarta.

Lin, Nan, 1973. The Study Of Human Communication The Babbs

Merril Company, Enc California: New York.

Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing.

Littlejohn, W. Stephen. 1995. Theorise of Human Communication, Wadsword Publishing Co., New York.

M. Ardi, 2000. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani

dalam meningkatkan Lingkungan Hidup di Daerah Irigasi Prop. Sul-Sel (Makassar: IKIP Makassar, )

M. Darwan Rahardo., 1993. Intelektual Intelegensia Dan Perilaku Politik Bangsa, Risalah Cendekiawan Muslim, Cet.I. Bandung: Mizan

Madjid Nurcholish. 1994. Shalat Dalam kontekstualisasi Doktrin

Islam, Cet. I, Yayasan Paramadina, Jakarta.

Mahfus, Syech Ali 1952. Hidayah Al Musyidin, Dar Al Kitab Al- Arabi: Mesir.

Mahmud Hamundu, 1994. Dampak Modernisasi Terhadap Nilai-Nilai

Keislaman, Kendari: Makalah Seminar Sehari dalam

Rangka Peringatan Isra dan Mi’raj oleh SMF. Tarbiyah IAIN.

Maraghi, Ahmad Mustafa Al. 1963. Tafsir Almaraghi, Juz. IV, Cet, III, Mesir.

Marliyah Ahsan, 1985. Pengantar Ilmu Dakwah. Ujung Pandang, Marwah Daud Ibrahim, 994. Teknologi Emansipasi Dan

Transendensi, Wacana Peradaban Dengan Visi Islam, Cet. I

Bandung: Mizan

Masri, Abd. Rasyid, 2001. Sikap Masyarakat Terhadap Kepemimpinan

Wanita Dalam Birokrasi Pemerintah di kota Makassar, Thesis

PPS. UNM. Makassar.

Mulia, Musdah. 2000. Pedoman Dakwah Muballighat Menuju

Masyarakat Madani, Cet. II. DPD Korps Wanita MDI,

Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.

Nurcholis Madjid, 1993. Islam Kemoderatan dan KeIndonesiaan, Bandung: Mizan,

Peter E. Glasner, , 1994.The Sciology of Secularization a Critique of a

Concep. Diterjemahkan oleh M. Mochtar Zoerni dengan Judul Sosiologi Sekulerisasi suatu Kritp Konsep, Cet. I.

Putuhena Shaleh, A, dkk. 1993. Hubungan Muballigh dengan Jemaah

Analisis Materi dan Metode Dakwah di Sul-Sel. IAIN.Ujung

Pandang.

Rahardjo, M. Darwan. 1993. Intelektual, Intekegensi dan Perilaku

Politik Bangsa Risalah Cendikiawan Muslim, Mizan,

Bandung.

Rais, M. Amin, 1991. Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta: Mizan

Bandung.

Razak, Nasaruddin. 1976. Metodologi Dakwah, Toha Putra. Semarang.

Robert, M. Grand, 1977. Analisis Strategi Kontemporer, Edisi Indonesia, Thomas Secokusumo: Erlangga, Jakarta. Ruben, Brent D, Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human

Behaviour, USA: Alyn and Bacon

Ruslan, Rusady, 1997. Kiat dan Strategi Kampanye, Public Relation, Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Said, Muhazzab, 2001. Analisis Minat Mahasiswa STAIN Palopo

terhadap Dakwah di TVRI, Thesis, PPs UNHAS Makassar.

Salim, Abd. Muin, 1997. Jalan Lurus Menuju Hati Sejahtera, Tafsir

Surah AL Fatihah, Badan Penerbitan IAIN ALaudin,

Ujung Pandang.

Sanusi, Shalahuddin, 1996. Pembahasan Sekitar Prinsip-prinsip

Dakwah Islam, Ramadhani, Semarang.

Sardar, Zainuddin. 1991. Tantangan DuniaIslam Abad 21:

Menjanjangkau informasi, Cet. IV Mizam, Bandung.

Saude, 1985. Pengaruh Pengetahuan Agama Terhadap Perilaku

Ber-agama Remaja di Palu, Thesis. PPS UNM. Makassar.

Schramm, 1973. Man Massage and Media, al look of Human

Communication “Harper and Rowa Publisher, New York, Evanstor, San Fransisco”.

Schramn, 1995. The Proces and Effect of Mass. Communication, University of Illinois Press Urbana AS.

Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1994. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Senjadja, Sasa Djuarsa, dkk. 1993. Pengantar Komunikasi, Univer-sitas Terbuka. Jakarta.

Seojono Soekarno, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Shiddiq, M. Arfah. 1997. Dakwah Pada Masyarakat Marjinal, Medium. Ujung Pandang.

Shihab, Quraish. 1997. Membumikan Al Quran: Fungsi dan Peranan

Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Mizan Bandung.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Fisalfat dan Islam Tentang Manusia dan

Agama. Jakarta: Bulan Bintang

Soekanto, Soejono. 1996. Sosialologi Suatu Pengantar, RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Sulaeman, M. Minanadar, 1987. Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep

Ilmu Sosial, PT. ERESCO, Bandung.

Susanto, Astrid. 1988. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta, Jakarta

Syed Abdul Hasan, Ali An-Nadwi, 1991. Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah Maulana Muhammad Ilyas, penerjemah Abdul

Azis Abdul Hamid, Markas Masjid India. Kampung Baru Kualalumpur

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. AL-Ikhlas, Surabaya.

Tasmara. Toto. 1997. Komunijasi Dakwah, , Cet. II. Gya. Media Pratama, Jakarta.

Terry, G.R. 1972. Principle of Management 6th, edition, Richard D.

Irwing inc. Jakarta.

Tubbs Stewart. L. dan Sylivia Moss, Human Communication, Prinsip-prinsip Dasar, Penerjemah, Dedy Mulyana, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategi: Pengantar

Berfikir Strategi, Cet. I. Binarupa Aksara. Jakarta.

Widjaja. A. W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Cet, II. Rineka Cipta, Jakarta

Wojowasito, Dkk, 1991. Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Indonesia

Inggris, Cet. X. Bandung: Hasta,

RIWAYAT PENULIS

Dr. H.Abd.Rasyid M, , S.Ag,. M.Pd,. M.Si,. MM, lahir

di Gersik Surabaya 27 Agustus 1969. Aktivitas sebagai