• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Talcott Parsons memandang masyarakat manu-sia tak ubahnya seperti organ tubuh manumanu-sia, dan oleh kerena itu masyrakat manusia dapat juga dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia. Pertama, seperti struktur tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Oleh kerena itu, masyarakat menurut Parson juga mem-punyai berbagai kelambagaan yang saling terkait dan keter-gantungan satu sama lain. Kedua, karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan spesifik, maka dengan demikian pula setiap bentuk kelambagaan dalam masyarakat. Parson merumuskan istilah ”fungsi pokok” (fungtional impe-rative) untuk menggambarkan empat macam tugas utama yang harus di lakukan agar masyaraklat tidak ”mati”, yang terkenal dengan sebutan AGIL (adaptation to the envorontment, goal attaintment, integration dan latency).

Analogi dengan tubuh manusia mengakibatkan Parson merumuskan konsep ”keseimbangan dinamis -stasioner”

(homeos-tatic equilibrium). Jika satu bagian tubuh manusia berubah, maka

bagian lain akan mengikutinya. Ini dimaksudkan untuk mengu-ragi ketegangan intern dan mancapai keseimbangan baru. Demikian juga yang terjadi pada masyarakat. Masayarakat selalu mengalami perubahan, tetapi teratur. Perubahan sosial yang terjadi pada satu lembaga lain untuk mencapai keseimbangan baru. Namun demikian, teori fungsionalisme sering disebut sebagai konservatif, karena menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni, stabil, seimbang, dan mapan. Bias ini terjadi karena analogi dari masyarakat dan tubuh manusia yang dilakukan oleh Parson bisa diilustrasikan, bahwa

tidak mungkin terjadi konflik antara tangan kanan dengan tangan kiri dengan tangan kanan, demikian pula tidak mungkin terjadi ada satu tubuh manusia yang membunuh dirinya sendiri dengan sengaja. Demikian pula karakter yang terdapat dalam masya-rakat. Lembaga masyarakat akan selalu terkait secara harmonis, berusaha menghindari konflik, dan tidak mungkin akan menghancurkan keberadaannya sendiri.

Parson merumuskan konsep ”faktor kebakuan dan pengukur (pattern variables), dalam rangka menjelaskan perbedaan masyarakat tradisional dengan masyarakat modern. Faktor kebakuan dan pengkur (FKP) ini menjadi alat utama untuk memahami hubungan sosial yang langgeng, berulang dan mewujud dalam sistem kebudayan, yang bagi Parson merupakan sistem yang tertinggi dan terpenting. Selanjutnya, dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada sesuatu yang disebut dengan hubungan ”kecintaan dan kenetralan” (affective dan

effective-neutral). Masyarakat tradisional cenderung memiliki hubungan

”kecintaan”, yakni hubungan yang mempribadi dan emosional. Masayarakt modern memiliki hubungan kenetralan, yakni hu-bungan kerja yang tidak langsung, tidak mempribadi dan berjarak. Parson juga merumuskan hubungan ”kekhususan dan universalitas” (particularistic dan universalistic). Masyarakat tradi-sional cenderung untuk berhubungan dengan anggota masya-rakat dari satu kelompok tertentu, sehingga ada rasa untuk memilkul beban tanggung jawab bersama, sementara anggota masyarakat modern berhubungan satu sama lain dengan batas-batas norma universal, lebih tidak terkait dengan tanggung jawab kelompok dan kekhususan. Masyarakat tradisional biasanya memiliki kewajiban-kewajiban kekeluargaan, komunitas dan kesukuan (orientasi kolektif), sementara masyarakat modern lebih bersifat individualistik (orientasi diri- self orientation). Parson juga menyatakan, bahwa masyarakat tradisional memandang penting status warisan dan bawaan (achievement). Selanjutnya Parson menyatakan bahwa masyarakat tradional belum merumuskan fungsi-fungsi kelembagaannya secara jelas (functionally diffused)

dan karenanya akan terjadi pelaksanaan tugas yang tidak efisien, sebaliknya masyarakat modern tidak merumuskan secara jelas tugas masing-masing kelembagaannya (functionally specific). Pada sisi yang lain, modernisasi akan selalu melibatkan diferensiasi struktural. Ini terjadi karena, dengan proses modernisasi, ketidak-teraturan masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi yang lebih khusus. Bangunan bari ini sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai substruktur yang terkait dalam menjalankan keseluruhan fungsi yang dilakukan oleh bangunan struktur lama. Perbedaannya, setelah adanya diferensiasi struktural, pelak-sanaan fungsi akan dapat dijalankan secara efisien. Contoh klasik diferensisasi struktural dapat dijumpai pada lembaga ”keluarga”. Pada masa lalu, keluarga tradisional memilki struktur yang tidak teratur rumit. Didalam suatu atap berdiam banyak keluarga, terdiri dari berbagai generasi, dan biasanya berjumlah banyak. Keluarga hanya bertanggung jawab terhadap beban penerusan keturunan dan penanggungan emosi bersama, melainkan juga bertanggung jawab terhadap produktivitas kerja (ladang per-tanian bersama), pendidikan (proses sosialisasi), kesejahteraan (memberikan perawatan manusia usia lanjut) dan pendidikan agama (pemujaan kepada arwah orang tua yang meninggal).

B Modernisasi dan Implikasi Kebijaksanaan Pembangunan

Pertama, teori modernisasi membantu memberikan secara

implisit pembenaran hubungan kekuatan yang bertolak-belakang antara masyarakat ”tradisional” dan ”modern”. Karena Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat disebut sebagai negara maju dan negara Dunia Ketiga dikatakan sebagai tradisional dan terbelakang, maka negara Dunia Ketiga perlu melihat dan menjadikan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat sebagai model dan panutan.

Kedua, teori modernisasi menilai idiologi komunisme

sebagai ancaman pembangunan negara Dunia Ketiga, jika negara Dunia Ketiga hendak melakukan modernisasi, mereka perlu menempuh arah yang telah dijalani oleh Amerika Serikat dan

negara-negara Eropa Barat, dan oleh karena itu mereka hendak-nya berdiri jauh dari pahan komunisme. Untuk mencapai tujuan itu, teori modernisasi menyarankan agar negara Dunia Ketiga melakukan pembangunan ekonomi, meninggalkan dan menggan-ti nilai-nilai tradisional dan melembagakan demokrasi polimenggan-tik.

Ketiga, teori modernisasi mampu memberikan legitimasi

tentang perlunya bantuan asing, khususnya dari Amerika Serikat. Jika dan kerena yang diperlukan negara Dunia Ketiga adalah kebutuhan investasi produktif dan pengenalan nilai-nilai modern, maka Amerika dan megara maju lainnya dapat membantu dengan mengirimkan tenaga ahli, mendorong para pengusaha untuk melakukan investasi di luar negeri dan memberikan bantuan untuk negara Dunia Ketiga.

C Kajian Teori Modernisasi

Menurut Inkeles, mausia modern akan memiliki berbagai karakteristik pokok berikut ini: 1). Terbuka terhadap pengalaman baru. Ini berarti, bahwa manusia modern selalu berkeinginan untuk mencari sesuatu yang baru, 2). Manusia modern akan me-milki sikap untuk semakin independen terhadap berbagai bentuk otoritas tradisional, seperti orang tua, kepala suku dan raja, 3). Manusia modern percaya terhadap ilmu pengetahuan, termasuk percaya akan kemampuannya untuk menundukkan alam semes-ta, 4). Manusia modern memiliki orientasi mobilitas dan ambisi hidup yang tinggi. Mereka berkehendak untuk meniti tangga jenjang pekerjaannya, 5). Manusia modern memilki rencana jang-ka panjang. Merejang-ka selalu merencanajang-kan sesuatu jauh didepan dan mengetahui apa yang kan mereka capai dalam waktu lima tahun kedepan, 6). Manusia modern aktif terlibat dalam percaturan politik. Mereka bergabung dengan berbagai organisasi kekeluargaan dan berpartisipasi aktif dalam urusan masyarakat lokal.