• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

5. Retensi (Daya Ingat)

a. Pengertian Retensi (Daya Ingat)

Ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksikan kesan-kesan.22 Dimana segala aktivitas setiap individu tidak hanya dipengaruhi oleh hal yang berlangsung pada

21

Ibid., h.246

22

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 44.

22

waktu kini melainkan proses-proses pada masa lampau. Oleh sebab itu ingatan adalah bukti bahwa seseorang telah belajar, belajar untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan sesuatu hal.

Setiap orang mengingat banyak hal setiap harinya. Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh masa lampau yang diingatnya oleh karena itu mengingat dapat didefenisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang masa lampau.23 Dalam pembelajaran, ingatan berarti suatu usaha untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada tiap harinya. Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan waktu pelatihan yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara mental.24

b. Jenis Retensi (Daya Ingat)

Menurut Santrock ada tiga tipe momori yang bervariasi sesuai dengan kerangka waktunya, yakni memori sensoris (yang berlangsung hanya beberapa detik), memori jangka pendek (juga disebut working memori), dan memori jangka panjang (bertahan seumur hidup).25

Memori sensoris atau sensory memory dapat mempertahankan informasi dalam bentuk sensori aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih dari lama dari waktu siswa menerima pengalaman visual, suara, dan pengalaman lainnya.26 Daya ingat jangka pendek (short term memory) adalah sistem penyimpanan yang dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas selama beberapa detik ini adalah bagian daya ingat yang menjadi tempat penyimpanan informasi yang saat itu sedang dipikirkan.27 Menurut Margaret,

23

Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997). Cet. 1., h. 50.

24

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). h. 78.

25

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, terjemahan Tri Wibowo B.S., (Jakarta: Kencana, 2008). h. 319.

26

Ibid., h. 320.

27

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori Dan Praktik, Jilid I, terjemahan Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 222.

23

cara kerja ingatan (working memory) merupakan suatu cara kerja yang singkat dimana ingatan ini bekerja terhadap suatu hal yang baru saja di dapatkan atau diproses. Berdasarkan pengertian diatas Working memory pada saat lebih sering dikenal sengan istilah daya ingat jangka pendek (short term memory).28

Sedangkan daya ingat jangka panjang (long term memory) adalah bagian sistem daya ingat yang menjadi tempat menyimpan informasi dalam kurun waktu yang lama dan dianggap sebagai suatu penyimpanan yang berkapasitas besar dan berdaya ingat sangat jangka panjang.29 Menurut Doug Rohrer dan Harorld Pashler mengemukakan bahwa retensi jangka panjang (long term memory) dapat diujikan setelah 1- 4 minggu setelah aktivitas belajar terakhir dikelas.30 Kemudian menurut Kerpicke dan Roeduger mengatakan bahwa retensi jangka panjang dapat diujikan setelah 1 minggu aktivitas belajar terakhir dikelas.31

Daya ingat jangka panjang secara psikologis di bagi dalam tiga kategori, yakni:

1) Memori Episodik

Memori ini menyimpan memori atau ingatan untuk kejadian-kejadian tertentu. Dapat kejadian-kejadian pada masa lalu yang relatif baru atau kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit sebelumnya. Memori ini memungkinkan seseorang mengingat peristiwa masa lalunya.

2) Memori Semantik

Memori ini menyimpan informasi mengenai pengetahuan yang menyeluruh tentang dunia dimana pengetahuan mengenai istilah atau pembendaharaan kata dan mengenai informasi yang bersifat faktual.

28

Margaret W Matlin, Cognitive Psychology, (New York: John Wiley & Sons, Inc, 2009), edisi 7, h.95.

29

Slavin, Op.cit.,, h. 225.

30

Doug Rohrer and Harold Pashler, Increasing Retention Without Increasing Study Time,

2007, p. 184. (tersedia melalui http: www.interscience.wiley.com, diunduh pada tanggal 21 Maret 2015).

31

Jeffrey D. Karpicke dan Henry L. Roeduger, Repeated Retrieval During Learning Is The Key To Long Term Retention, 2006, p. 153. (tersedia melalui http: www.interscience.wiley.com, diunduh pada tanggal 21 Maret 2015).

24

3) Memori Prosedural

Memori ini menyimpan informasi suatu pengetahuan mengenai bagaimana cara melakukan sesuatu. Dimana pengetahuan dalam bentuk keterampilan dan operasi kognitif .32

c. Lupa Dalam Belajar

Dalam prosesnya ingatan seseorang tidak dapat dipaksakan sesuai dengan keinginan. Ada kalanya informasi baru yang telah kita dengar beberapa saat kemudian kita tidak dapat mengingat atau mengalami proses yang lama dalam mengingat hal tersebut. Ketika sesorang tidak dapat mengingat apa yang diinginkan biasa dikatakan bahwa hal tersebut adalah lupa. Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, dapat didefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.33

1) Faktor penyebab lupa

Beberapa faktor yang menyebabkan dapat terjadinya lupa diantara lain:

a Adanya gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa;

b Adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak;

c Adanya perubahan sistuasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali;

d Adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu;

e Karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafal siswa;

32

Matlin, Op. cit., h. 121.

33

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 15, h. 155.

25

f Adanya perubahan urat syaraf.

2) Kiat mengurangi lupa dalam belajar

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain adalah sebagai berikut:

a Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu;

b Ekstra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar;

c Minemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mine-monic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa;

d Pengelompokan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip;

e Latihan terbagi artinya siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian untuk menghindari cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat;

f Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.34

34

Ibid., h. 158.

26

Dokumen terkait