• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

2. Retensi

a. Karakteristik Retensi

Memori yang biasanya diartikan sebagai ingatan (retensi) adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus. Memori juga merupakanstorage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.27 Memori terletak di otak bagian depan, yaitu pada limbic system yang sangat penting dalam proses memori, karena bagian ini terdapat serebral penting, yaitu amigdala dan hippocampus. Amigdala penting dalam pemrosesan memori emosional sedangkan hippocampus berperan dalam

26

Ibid., h. 545. 27

23

pembentukan memori pembelajaran spasial dan deklaratif.28 Dengan kata lain retensi merupakan salah satu dari fungsi otak. Selain sebagai suatu sistem penyimpanan, retensi juga terkait dalam penangkapan informasi dari rangsangan yang muncul.

Mengingat berarti perbuatan jiwa yang menjadikan terkumpulnya pesan yang pernah dialami pada waktu yang telah lewat. Perbuatan mengingat ini meliputi kemampuan meresapkan stimulus dalam indranya, kemampuan menyimpan materi yang telah di-cam-kan, dan kemampuan mereproduksinya.29 Sehingga seseorang dapat dikatakan mengingat dengan baik apabila mampu menyerap stimulus yang akan disimpan sampai informasi dikeluarkan kembali.

Pada psikologi kognitif, memori terbagi menjadi 3 sistem penyimpanan, yaitusensory memory,short-term memory, dan long-term memory. Berikut adalah penjelasannya:30

1) Sensory Memory

Memori sensorik mempertahankan salinan dari apa yang dilihat atau didengar (visual dan pendengaran). Memori sensorik hanya berlangsung selama beberapa detik. Namun memiliki kapasitas yang tidak terbatas.

2) Short-Term Memory

Memori jangka pendek adalah proses penyimpanan kelanjutan dari memori sensorik apabila terdapat informasi yang diperhatikan. Memori ini memiliki tugas layaknya RAM dalam sebuah komputer, yaitu menyediakan ruang kerja untuk penghitungan singkat dan kemudian meneruskan ke bagian lain dari sistem penyimpanan atau membuangnya.

28

Burhan Fanani, Trik Dahsyat Membuat Ingatan Setajam Silet dengan Metode Laci Pikiran, (Yogyakarta: Mantra Books, 2013), Cet. I, h. 51-52.

29

Makmun Khairani,Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), Cet. II, h. 163.

30

Lake Washington Institute of Technology,Tips for Improving Memory Techniques, h. 1, (http://selkirk.ca/sites/default/files/Learning/Selkirk-College-Learning-Success-Memory-Techniques-Workshop.pdf).

3) Long-Term Memory

Memori jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang relatif permanen. Informasi disimpan karena dianggap berarti dan penting.

Berdasarkan penjelasan di atas, ketiga sistem penyimpanan memiliki perbedaan. Perbedaan dapat dilihat dari kapasitas penyimpanan, lamanya informasi yang disimpan, dan fungsinya. Waktu penyimpanan terlama adalah memori jangka panjang. Kapasitas terbesar adalah memori sensorik. Sementara itu memori jangka pendek memiliki karakteristik serta fungsi yang mirip dengan bagian RAM pada komputer.

Tulving dalam Ghasani dan Bhinnety memaparkan konsep memori menjadi tiga hal yaitu memori episodik, memori semantik, dan memori prosedural. Memori episodik menyimpan informasi dari suatu kejadian pada masa tertentu. Memori semantik menyimpan pengatuhuan yang lebih umum. Semantara memori prosedural menyimpan pengetahuan untuk melakukan suatu hal.31 Dengan demikian seseorang akan menyimpan informasi berupa peristiwa baik masa lalu atau pun sekarang ke dalam memori episodik. Lalu informasi tentang cara melakukan sesuatu seperti cara menggunakan sepeda motor akan tersimpan di dalam memori prosedural. Sedangkan seseorang akan menyimpan informasi dari pengetahuan yang lebih umum ke dalam memori semantik seperti kode yang memiliki arti.

Suharman dalam Halim dkk. mengungkapkan bahwa pengukuran memori jangka panjang dapat dilakukan dengan menggunakan tes, seperti tes recall, tes rekognisi, tes pengetahuan konseptual, leksikal, perseptual, dan tes pengetahuan prosedural. Dari keenam tersebut, tes rekognisi sangat representatif untuk digunakan dalam pengukuran memori hasil belajar dalam pendidikan.32Penelitian yang dilakukan oleh Nazriati dan Fajaroh tes retensi diberikan kepada siswa

31

Alfa Ghasani dan Magda Bhinnety E, Efektivitas Aroma Peppermint untuk Meningkatkan Performansi Memori Jangka Pendek pada Mahasiswa, h. 3-4, (http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/2671_MU.11090017.pdf).

32

33 34 35 36 33 34 35 36

oleh memori sensorik. Apabila informasi tidak diperhatikan, maka akan terlupakan. Namun, jika informasi diperhatikan akan ditransfer ke dalam memori jangka pendek. Di dalam memori jangka pendek, tanpa adanya pengulangan informasi akan terlupakan. Informasi yang dapat dipertahankan melalui proses pengkodean dan elaborasi berpindah ke dalam memori jangka panjang. Informasi dapat diakses dengan mentransfer kembali ke memori jangka pendek untuk dikeluarkan sebagai respon.

b. Peranan Retensi dalam Pembelajaran Biologi

Retensi erat hubungannya dengan belajar. James Dese dalam Rahman memberikan pernyataan bahwa jika tidak ada retensi, maka proses belajar siswa tidak berlangsung dengan baik dan sebaliknya jika tidak belajar maka tidak akan ada retensi.37 Selain itu hasil belajar yang baik erat kaitannya dengan daya ingat (retensi) siswa terhadap materi yang dipelajari.38 Siswa akan lebih mudah mencapai hasil belajar tinggi jika memiliki retensi tinggi pula.

Dalam mempelajari ilmu sains biologi, banyak materi yang perlu dipahami dan diingat. Materi tersebut meliputi konsep konkret dan abstrak. Aspek retensi sangatlah diperlukan dalam hal ini.39 Sehingga retensi menjadi bagian dari proses belajar biologi sebagai bentuk pencapaian hasil belajar biologi yang diharapkan guru maupun siswa.

Secara neurobiologi pada proses belajar dan ingatan terdapat empat prinsip dasar, antara lain ingatan mempunyai beberapa tahap dan selalu berubah, ingatan jangka panjang akan terjadi perubahan fisik pada otak, jejak ingatan disebarkan di seluruh sistem saraf, dan hipokampus dan lobus temporalis kelihatannya

37

Taufik Rahman,Peranan Pertanyaan terhadap kekuatan Retensi dalam Pembelajaran Sains pada Siswa SMU, h. 1, (http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com).

38

Linda Tri Antika, Aloysius Duran Corebima, dan Susriyati Mahanal,Perbandingan Keterampilan Metakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi antara Siswa Berkemampuan Akademik Tinggi dan Rendah Kelas X SMA di Malang Melalui Strategi Problem Based Learning

(PBL), h. 2,

(http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6C3A340136224B7A657A3B5423A5514E.pdf). 39

27

mempunyai fungsi yang unik dalam proses ingatan manusia.40 Mengingat tidak sama dengan menghafal. Kemampuan mengingat yang baik adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap individu. Terdapat banyak manfaat bagi pembelajaran formal maupun non formal yang diperoleh dengan dukungan daya ingat yang baik, antara lain:41

1) Memudahkan individu untuk memahami materi baru melalui proses memadukan materi lama.

2) Melakukan kerja dengan efisien.

3) Membantu membentuk pola belajar keseharian yang efektif.

4) Membantu menyuplai informasi yang akan disampaikan kepada individu lain. 5) Mendukung berjalannya proses pemunculan ide kreatif dan manfaat lainnya

yang bisa dirasakan baik disadari ataupun tidak. 6) Mengendalikan emosi, dan lain sebagainya.

Retensi menduduki posisi penting dalam pembelajaran biologi. Hasil belajar yang diharapkan lebih mudah tercapai dengan retensi yang baik. Retensi merupakan salah satu pendukung tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru akan mudah diraih.

c. Lupa dalam Belajar

Terdapat hal-hal yang kadang-kadang atau justru sering tidak dapat diingat kembali. Kondisi yang demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hal-hal yang dilupakan.42 Lupa adalah peristiwa hilangnya informasi yang telah disimpan di

40

Isakandar Japardi, Learning and Memory, 2012, h. 2, (http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-isakandar%20japardi18.pdf).

41

Yovan P. Putra dan Bayu Issetyadi,Lejitkan Memori 1000%, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), Cet. I, h. 15-16.

42

Lailatul Fitriyah dan Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), Cet. I, h. 145.

dalam ingatan jangka panjang.43 Berikut terdapat beberapa teori mengenai lupa, antara lain:44

1) Decay Theory, yaitu teori yang beranggapan bahwa memori seseorang mengalami proses aus atau penurunan kapasitas seiring dengan berlalunya waktu.

2) Interference Theory, yaitu teori yang mengatakan bahwa informasi yang sudah tersimpan dalam memori jangka panjang bisa saja sulit untuk dipanggil karena terganggu oleh informasi lainnya yang lebih akhir masuk.

3) Retrieval Failure, yaitu teori yang menjelaskan bahwa seseorang mengalami kegagalan mengingat karena tidak ada petunjuk yang memadai untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah berlalu.

4) Motivated Forgetting Theory, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hal-hal yang menyakitkan atau cenderung tidak menyenangkan akan ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran manusia.

5) CREB, yaitu teori yang menjelaskan mengenai protein bernama CREB yang dapat menghambat pembentukan ingatan jangka panjang.

6) Gangguan Fisiologis, yaitu teori yang menjelaskan bahwa lupa dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan faktor biokimiawi otak.

Keenam teori di atas adalah teori mengenai alasan-alasan yang menyebabkan seseorang mengalami peristiwa lupa. Salah satunya, lupa bisa terjadi karena sistem penyimpanan sudah mengalami proses aus. Selain itu, ternyata lupa bisa terjadi karena memang disengaja untuk tidak ingin mengingat kembali informasi yang dimaksud.

43

Tri Suminar, Tinjauan Filsafati Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Manajemen

Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik, h. 11,

(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/download/961/898). 44

Afin Murtie, Melatih Otak Anti Lupa dengan Metode Laci Pikiran, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), Cet. I, h. 94-98.

45 46 47 45 46 47

informasi di dalam sistem memori juga akan mengganggu seseorang memanggil kembali informasi yang diinginkan.

Penyebab melemahnya daya ingat tidak hanya tergantung pada pendidikan, lingkungan belajar, dan lingkungan fisik, tetapi juga pada faktor lain yang dapat mempengaruhi hidupnya (misalnya kehilangan orang yang dicintai). Selain itu, terdapat faktor-faktor lain seperti genetik keturunan, tidur, depresi, penyakit tiroid, diabetes, alkohol dan obat-obatan, dan kurangnya vitamin B12.48 Faktor-faktor tersebut harus segera dihindari agar daya ingat tidak berkurang. Misalnya, tetap menjaga waktu tidur agar fungsi ingatan dapat bekerja secara maksimal.

Lupa dalam belajar dapat dikurangi dengan melakukan usaha-usaha tertentu. Usaha yang dilakukan tidak hanya pada guru, tetapi siswa juga memiliki peran. Berikut adalah tabel usaha yang harus dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran jika dilihat dari fase konsentrasi, fase pengolahan, dan fase menggali dan fase prestasi:49

Tabel 2.4. Usaha yang Dilakukan Guru dan Siswa dalam Mengurangi Lupa

Fase

Pembelajaran Usaha Guru Usaha Siswa

Fase konsentrasi

Guru harus mengarahkan perhatian siswa, supaya aneka unsur pokok dalam materi pelajaran benar-benar diperhatikan.

Siswa harus memberikan perhatian khusus pada unsur-unsur yang relevan.

Fase Pengolahan

Guru harus membantu siswa untuk mencernakan materi pelajaran dengan sebaik-baiknya.

Siswa harus mengolah materi dengan baik dan segera.

Fase menggali dan Fase prestasi

Guru dapat membantu dengan memberikan pertanyaan terarah, supaya siswa berhasil dalam menggali informasi dari ingatannya.

Siswa harus menggunakan kunci yang tepat untuk membuka ingatannya.

48

Khairani,Op. cit., h. 163-165. 49

Dokumen terkait