• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Indikator dan Verifier Dokumen Sistem Monitoring Dampak dari Laporan PT. Hatfield

V. LAMPIRAN-LAMPIRAN

pemenuhan perizinan, pemenuhan kepastian kawasan, dan penyiapan dokumen PUHH;

o Potensi konflik. Dampak ini muncul sebagai akibat dari kegiatan pemenuhan kepastian kawasan, penataan areal kerja, pelaksanaan PADIATAPA, dan resolusi

konflik;

o Pengakuan masyarakat. Dampak ini merupakan akibat dari kegiatan resolusi konflik dan penerimaan masyarakat atas upaya resolusi yang dilakukan. Sebaliknya, pengakuan masyarakat tidak akan didapatkan jika resolusi konflik

dirasa tidak memenuhi harapan masyarakat; dan

o Peningkatan efektivitas kinerja perusahaan. Dampak ini merupakan akibat dari pemenuhan tenaga kerja professional untuk memenuhi persyaratan verifikasi. 1.3. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil

Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala menengah dan kecil diuraikan sebagai berikut:

o Eksistensi dan keberlanjutan pengelola hutan hak secara kolektif. Terjadi sebagai akibat penerbitan DKP pada hutan hak, dimana esensinya hanya memandang tanaman penghasil kayu sebagai milik privat dan mengesampingkan manfaat hutan bagi masyrakat secara kolektif;

o Potensi konflik. Dampak ini terjadi dari kegiatan kepastian kawasan pada hutan Negara yang dikelola masyarakat (HKm, HD, HTR, HTHR);

o Biaya transaksi. Dampak ini terjadi karena kegiatan pemenuhan perizinan di tingkat daerah serta kegiatan pemenuhan dokumen PUHH;

o Tertib administrasi. Penyiapan dan pemenuhan dokumen PUHH, juga berdampak positif yaitu mendorong pemenuhan tertib administrasi kayu; dan

o Dorongan untuk pengelolaan hutan secara berkelompok. Kegiatan verifikasi untuk kelompok unit usaha hulu adalah adanya motivasi untuk pemenuhan verifikasi secara berkelompok, untuk meringankan beban jika proses verifikasi dibebankan

pada individu perusahaan skala menengah dan kecil. 1.4. Unit Usaha Hilir Berskala Besar.

Unit usaha hilir berskala besar adalah industri dengan kapasitas produksi di atas 6.000 m3. Pada aspek efektivitas kelembagaan dan tatakelola, dampak yang terjadi adalah: o Tertib administrasi (perizinan dan tata usaha kayu/produk kayu). Dampak ini

diakibatkan oleh pemenuhan proses perizinan dan pemenuhan dokumen PUHH; o Meningkatkan kapasitas organisasi. Kegiatan verifikasi dan surveillance dalam

jangka panjang akan meningkatkan kapasitas industri untuk terus bisa taat terhadap peraturan yang terkait dengan sertifikasi SVLK; dan

o Adanya biaya transaksi dari proses pemenuhan perizinan dan pemenuhan dokumen PUHH.

1.5. Unit Usaha Hilir Berskala Menengah dan Kecil

Unit usaha hilir yang masuk dalam skala menengah dan kecil yaitu IUI dengan skala investasi sampai dengan Rp 500 juta, TDI, IRT, TPT dan Pedagang Ekspor. Dampak yang terjadi dari implementasi SVLK dalam aspek efektivitas kelembagaan dan tata kelola adalah:

o Meningkatnya kapasitas organisasi dalam pengelolaan aspek sosial dan lingkungan. Kegiatan surveillance yang dilakukan secara berkala meningkatkan

kapasitas organisasi industri hilir kelompok skala menengah dan kecil;

o Kesadaran untuk taat perizinan. Dampak ini diakibatkan oleh kegiatan perizinan dan pemenuhan dokumen PUHH;

o Biaya transaksi. Dampak ini terjadi dari proses pemenuhan perizinan dan pemenuhan dokumen PUHH;

o Tertib administrasi kayu. Proses perizinan juga dianalisis menjadi sumber tertibnya industri terhadap pengurusan dan pemenuhan administrasi kayu; dan

o Kapasitas IRT dalam pemenuhan perizinan. Secara umum, kapasitas IRT untuk memenuhi perizinan yang diperlukan dalam proses verifikasi masih rendah dan ini menjadi kendala untuk meningkatkan peran serta IRT dalam proses verifikasi. 1.6. Kelompok Masyarakat dan Pekerja.

Kelompok masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang ada di sekitar unit usaha hulu dan hilir, dan yang terkait dengan proses implementasi SVLK baik di unit usaha hulu dan hilir. Beberapa dampak yang diidentifikasi adalah:

o Peningkatan kapasitas berorganisasi dan keahlian. Adanya industri di sekitar pemukiman merangsang masyarakat dan anggota masyarakat untuk meningkatkan peluang manfaat yang bisa diterima. Motivasi untuk

berorganisasi, serta peningkatan keahlian melalui training berdampak pada peningkatan kapasitas kelembagaan dan kemampuan masyarakat;

o Penguatan organisasi pekerja. Dampak ini terjadi akibat dari pemenuhan penataan organisasi unit manajemen, dan resolusi konflik antara perusahaan dan serikat

pekerja; dan

o Kepedulian terhadap peraturan perundangan. Implementasi SVLK oleh unit manajemen (melalui kegiatan distribusi manfaat, pelaksanaan PADIATAPA, deliniasi lahan kelola masyarakat di kelompok usaha hulu) dan sosialisasi kegiatan menambah wawasan dan kepedulian masyarakat terhadap peraturan perudangan terkait kegiatan industri di sekitarnya.

2. Dampak pada Aspek Pemberantasan Illegal logging. Indikatornya terdiri atas: 2.1. Penerbitan DKP pada Hutan Hak.

o Kebocoran skema DKP pada hutan hak: Meskipun telah diantisipasi melalui pengecekan sebelum perjanjian atau kontrak suplai kayu dari hutan hak kepada pelaku usaha berikutnya dan pengecekan berkala, namun potensi kebocoran kayu illegal melalui skema DKP pada hutan hak ini masih memungkinkan terjadi. Hal ini karena dalam pengecekan DKP tidak dilakukan pengecekan stock kayu; juga pengelola hutan hak biasanya tidak memiliki data stock hasil inventarisasi hutan berkala kecuali pada hutan hak yang mengikuti skema sertifikasi PHPL voluntary tertentu karena disyaratkan oleh standarnya.

o Ketaatan penatausahaan hasil hutan di badan usaha sebagai alat kontrol peredaran kayu dan sebagai sistem lacak balak. Sumber dampak ini adalah pemenuhan syarat PUHH dalam proses sertifikasi SVLK oleh Unit Manajemen. 2.2. Unit Usaha Hulu Berskala Besar

Dampak implementasi PHPL dan SVLK pada unit usaha hulu berskala besar (IUPHHK-HA, IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan) adalah:

o Adanya peningkatan pencegahan dan penanganan illegal logging. Dampak ini bersumber pada kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan. Kegiatan

perlindungan dan pengamanan hutan terhadap berbagai gangguan termasuk aktivitas illegal logging akan memberi dampak positif bagi pencegahan illegal logging. Keberadaan tim pengamanan hutan yang kuat dari sisi kualitas dan kuantitas memberikan kontribusi terciptanya keamanan hutan selain juga SOP pengamanan hutan yang memadai;

o Sistem kontrol produksi kayu. Sumber dampak ini adalah kegiatan pemenuhan dokumen PUHH. Pemenuhan peraturan PUHH bisa berdampak positif terhadap kontrol produksi kayu. Kayu yang keluar dari wilayah konsesi unit manajemen diharuskan memiliki dokumen PUHH dan hal ini akan mengurangi potensi penebangan liar;

o Keterlacakan sumber legal produksi kayu. Dampak ini diakibatkan oleh pemenuhan dokumen PUHH oleh unit usaha, akan memberi kepastian sumber kayu sehingga pemenuhan terhadap hal ini berdampak positif.

2.3. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil

Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala menengah dan kecil pada aspek pemberantasan illegal logging diuraikan sebagai berikut:

o Sistem kontrol produksi kayu. Dampak ini diakibatkan oleh kegiatan pemenuhan dokumen PUHH. Dampak pemenuhan peraturah tentang PUHH sebagai kontrol produksi kayu yang pada gilirannya bisa menekan illegal logging dinilai berdampak positif.

o Keterlacakan sumber legal produksi kayu. Dampak ini diakibatkan oleh kegiatan pemenuhan dokumen PUHH. Penegakan peraturah tentang PUHH dalam standar VLK meningkatkan kemampuan keterlacakan kayu dalam wilayah unit manajemen hutan sehingga kayu dari sumber illegal logging tidak akan bisa diterima di pasar, dan hal ini berdampak positif pada upaya pemberantasan illegal logging; dan o Pencegahan illegal logging. Dampak ini diakibatkan oleh kegiatan pemanenan

hasil hutan kayu. Kegiatan pemanenan kayu pada kelompok usaha HD, HTR, HTHR, dan HKM adalah upaya pemerintah untuk pemberantasan illegal logging. Dengan demikian penerapan SVLK justru akan memperkuat tujuan ini.

2.4. Unit Usaha Hilir Berskala Besar.

Unit usaha hilir berskala besar adalah industri dengan kapasitas produksi di atas 6.000 m3. Pada aspek pemberantasan illegal logging, dampak yang terjadi adalah:

o Perdagangan produk industri kehutanan legal. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah penyiapan dokumen PUHH (pemindahtanganan bahan baku kayu dari pemasok ke IUIPHHK, IUI dan produk olahan ke pasar, dokumen ekspor produk industri kehutanan, dan pemenuhan penggunaan tanda V-Legal); dan o Meningkatnya jumlah pemasok yang bersertifikat S-LK dan atau melengkapi

pasokannya dengan Deklarasi Kesesuaian Pemasok (DKP). Sumber dampak adalah kewajiban pembelian bahan baku kayu dari pemasok yang bersertifikat S-LK untuk kayu dari hutan negara dan dilengkapi dengan DKP untuk kayu dari hutan hak/ rakyat.

2.5. Unit Usaha Hilir Berskala Menengah dan Kecil

Unit usaha hilir yang masuk dalam skala menengah dan kecil yaitu IUI dengan skala investasi sampai dengan Rp 500 juta, TDI, IRT, TPT dan Pedagang Ekspor. Dampak yang terjadi dari implementasi SVLK dalam aspek illegal logging adalah:

o Perdagangan produk industri kehutanan legal oleh pengusaha dengan izin TDI. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah penyiapan dokumen PUHH (Pemindahtanganan bahan baku kayu dari pemasok ke IUIPHHK, IUI dan produk olahan ke pasar, dokumen ekspor produk industri kehutanan, pemenuhan penggunaan tanda V- Legal);

o Perdagangan kayu bulat dan kayu olahan legal oleh TPT. Sumber dampak adalah kegiatan perijinan dan penyiapan dokumen PUHH (penelusuran, penjualan dan pemindahtanganan kayu bulat dan kayu olahan). Penerapan standar legalitas kayu pada TPT akan membatasi peredaran kayu bulat maupun kayu olahan illegal; dan o Meningkatnya jumlah pemasok yang bersertifikat S-LK dan atau melengkapi

pasokannya dengan Deklarasi Kesesuaian Pemasok (DKP). Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah kewajiban pembelian bahan baku kayu dari pemasok yang bersertifikat S-LK untuk kayu dari hutan negara dan dilengkapi dengan DKP untuk kayu dari hutan hak/rakyat.

2.6. Kelompok Masyarakat

Dampak implementasi SVLK pada kelompok masyarakat yang terlibat adalah sebagai berikut:

o Implementasi SVLK memunculkan inisiatif-inisiatif pendampingan masyarakat untuk memenuhi persyaratan SVLK menyediakan bahan baku kayu legal. Sebagai contoh kelompok tani hutan masyarakat di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, melalui program Trees 4 Trees mengelola hutan di lahan miliknya dengan prinsip kelestarian dan memenuhi standar SVLK. Proses pendampingan petani hutan (kelompok sosial, perempuan, kelompok rentan lainnya) ini mencakup 18 desa yang memiliki lahan potensial untuk dikembangkan menjadi hutan masyarakat; dan

o Inisiatif ini berpotensi mengurangi kegiatan penebangan kayu dari hutan alam. Hal ini merupakan pergeseran budaya yang positif, meski akan memerlukan waktu yang lama.

3. Dampak pada Aspek Kondisi Hutan. Indikatornya terdiri atas: 3.1. Unit Usaha Hulu Berskala Besar.

Dampak implementasi PHPL dan SVLK pada unit usaha hulu berskala besar (IUPHHK-HA, IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan) untuk aspek kondisi hutan adalah: o Jaminan kelestarian produksi hasil hutan. Sumber dampak adalah kegiatan

pemanenan, jatah tebang, dan regenerasi hutan. Pengaturan pemanenan yang sesuai riap tegakan atau sesuai dengan daur tanaman yang telah ditetapkan, pelaksanaan silvikultur sesuai prosedur yang benar dapat menjamin regenerasi hutan dan meminimalisir kerusakan akibat kegiatan pemanenan;

o Pemantapan kawasan lindung. Sumber dampak adalah kegiatan alokasi kawasan lindung. Pengalokasian kawasan lindungi mempertimbangkan tipe ekosistem hutan, kondisi biofisik, serta kondisi spesifik. Dengan pengalokasian kawasan

lindung ini akan menyebabkan dampak positif bagi pemantapan kawasan lindung yang ada;

o Terjaganya kondisi hutan yang baik. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah perlindungan dan pengamanan hutan. Perlindungan hutan merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan untuk mengendalikan gangguan hutan, melalui kegiatan baik bersifat preemptif, preventif dan represif. Perlindungan dan pengamanan hutan akan memperbaiki kondisi hutan atau tutupan hutan;

o Efektifitas penanganan dampak terhadap lingkungan akibat pemanenan. Sumber dampak adalah kegiatan penanganan dampak kegiatan pemanfaatan hutan. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan harus mempertimbangkan penanganan dampak negatifnya terhadap tanah dan air.

o Efektivitas perlindungan keanekaragaman hayati. Sumber dampak adalah kegiatan pengelolaan flora fauna penting. Konservasi keanekaragaman hayati dapat ditempuh dengan memegang prinsip alokasi, dengan cara mempertahankan bagian tertentu dari seluruh tipe hutan di dalam hutan produksi agar tetap utuh/ tidak terganggu dan prinsip implementasi teknologi yang berorientasi untuk melindungi spesies flora fauna yang termasuk kategori melindungi ciri biologis khusus yang penting di dalam kawasan produksi efektif.

3.2. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil.

Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala menengah dan kecil pada aspek kondisi tutupan hutan diuraikan sebagai berikut: o Pengelolaan dampak lingkungan terkait dengan penebangan. Sumber kegiatan

adalah kegiatan operasional pengelolaan hutan terkait dengan penebangan; o Potensi bertambah/berkurangnya tutupan hutan. Operasional unit usaha hulu

berskala menengah dan kecil (HTR, HKM, Hutan Desa, Hutan Hak, HTHR) mengusahakan lahannya dengan penanaman kayu mengikuti permintaan pasar. 4. Dampak pada Aspek Pembangunan Ekonomi. Indikatornya terdiri atas:

4.1. Skema SVLK pada Tingkat Nasional.

Pada tingkat Nasional, dampak implementasi SVLK terhadap aspek pembangunan ekonomi diuraikan sebagai berikut:

o Efisiensi biaya verifikasi. Sumber dampak adalah kegiatan penerbitan DKP hutan hak, penerbitan DKP TPT, penerbitan DKP IRT/Pengrajin, dan penerbitan DKP Importir, dampak positif berupa efisiensi biaya; dan

o Resiko pemutusan kontrak pasokan dan proses hukum. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah: pengecekan DKP Oleh IUIPHHK atau TPT, terhadap DKP Hutan Hak; pengecekan DKP oleh IUIPHHK, IUI/ TDI terhadap TPT; pengecekan DKP oleh IUIPHHK, IUI/ TDI/TPT terhadap Importir; dan pengecekan DKP oleh ETPIK-Non Produsen terhadap IRT/ Pengrajin. Pelanggaran dan ketidaksesuaian DKP akan berakibat buruk bagi bagi pelaku Hutan Hak atau usaha lain yang bisa menggunakan DKP.

4.2. Unit Usaha Hulu Berskala Besar.

Dampak implementasi PHPL dan SVLK pada unit usaha hulu berskala besar (IUPHHK-HA,

IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan) untuk aspek pembangunan ekonomi adalah:

o Transparansi penerimaan negara. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah pembayaran kewajiban finansial perusahaan;

o Peningkatan kapasitas dan peran serta masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Sumber dampak adalah kegiatan distribusi manfaat yang adil antar pihak. Kegiatan pemegang izin seyogyanya juga meningkatkan aktivitas dan manfaat ekonomi masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat, baik kegiatan yang berbasis hutan maupun kegiatan ekonomi lain yang tumbuh bersamaan dengan kehadiran kegiatan pemegang izin. Peningkatan itu baik dalam keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan maupun pengembangan ekonomi sejalan dengan kehadiran pemegang izin.

o Kepatuhan pembayaran kewajiban finansial. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah pembayaran kewajiban finansial perusahaan. Penerapaan SVLK dalam tataniaga kayu berdampak positif pada kepatuhan unit manajemen dalam memenuhi kewajiban membayar kewajiban finansial kepada Negara.

4.3. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil.

Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala menengah dan kecil pada aspek perkembangan perekonomian diuraikan sebagai berikut:

o Kepatuhan pembayaran kewajiban finansial. Unit usaha HD, HTR, HTHR, dan HKM yang berkomitmen menerapkan SVLK, menerima dampak positif dari proses penerapan SVLK dengan adanya peningkatan kepedulian untuk pemenuhan kewajiban finansial (pajak, dll).

o Biaya implementasi SVLK. Pelaksanaan SVLK diakui memberikan beban biaya tambahan di luar biaya sertifikasi yang sudah menjadi kewajiban unit usaha dalam mendapatkan sertifikat. Biaya-biaya tersebut timbul untuk kegiatan penyiapan kondisi sesuai standar VLK, biaya pemenuhan persyaratan tambahan jika dalam proses verifikasi ternyata masih kurang, biaya surveillance dan biaya banding jika diperlukan

4.4. Unit Usaha Hilir Berskala Besar.

Unit usaha hilir berskala besar adalah industri dengan kapasitas produksi di atas 6.000 m3. Pada aspek pembangunan perekonomian, dampak yang terjadi adalah:

o Kontribusi nilai perdagangan produk industri kehutanan legal IUIPHHK kapasitas >6000 m3/tahun dan modal IUI>500 juta. Sumber dampak adalah kegiatan perdagangan produk industri kehutanan legal oleh IUIPHHK kapasitas >6000 m3/ tahun dan modal IUI > 500 juta. Kegiatan perdagangan kayu legal memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan perekonomian. Besaran dampak tergolong tinggi terutama untuk wilayah yang mengandalkan pendapatan daerah dari sektor perkayuan (Jepara, Kalimantan Timur, dan daerah-daerah lainnya). 4.5. Unit Usaha Hilir Berskala Menengah dan Kecil.

Unit usaha hilir yang masuk dalam skala menengah dan kecil yaitu IUI dengan skala investasi sampai dengan Rp 500 juta, TDI, IRT, TPT dan Pedagang Ekspor. Dampak yang

terjadi dari implementasi SVLK dalam aspek pembangunan perekonomian adalah: o Kontribusi nilai perdagangan produk industri kehutanan legal dengan izin TDI.

Sumber dampak adalah pelaksanaan kegiatan perdagangan produk industri kehutanan legal oleh perusahaan dengan izin TDI;

o Kontribusi nilai perdagangan produk industri kehutanan legal oleh TPT. Sumber dampak adalah pelaksanaan kegiatan perdagangan produk industri kehutanan legal oleh perusahaan dengan izin TPT. Pertumbuhan volume permintaan kayu legal akan meningkatkan kontribusi hasil perdagangan kayu legal yang dilakukan TPT terhadap pertumbuhan ekonomi local;

o Kontribusi nilai perdagangan produk industri kehutanan legal oleh ETPIK Non Produsen. Sumber dampak adalah kegiatan perdagangan produk industri kehutanan legal oleh ETPIK Non Produsen. Penerapan SVLK dapat memberikan kepercayaan bagi pembeli tentang aspek legalitas produk sehingga menumbuhkan kontinuitas pembelian, pada akhirnya menimbulkan dampak positif bagi pelaku usaha dan ekonomi lokal di wilayahnya.

o Kontribusi ekonomi dari peningkatan nilai ekspor produk kehutanan. Dampak ini bersumber dari kegiatan Kegiatan pemenuhan dokumen ekspor. Dampak terhadap volume dan nilai ekspor produk perkayuan diperkirakan akan terus meningkat dan bisa memberikan kontribusi terhadap perekonomian lokal; o Peningkatan jumlah negara tujuan ekspor. Dampak ini bersumber dari kegiatan

kegiatan pemenuhan dokumen ekspor. Dampak implementasi SVLK terhadap peningkatan jumlah negara tujuan ekspor dari sektor IRT dinilai masih rendah, karena rendahnya informasi pasar dan masih sedikitnya IRT yang terjaring dalam program bantuan untuk fasilitasi ekspor; dan

o Penggunaan kayu legal untuk pasar domestik. Sumber kegiatan adalah kegiatan pemenuhan dokumen angkutan kayu domestik. SVLK mensyaratkan pemenuhan aspek legalitas kayu untuk semua kayu yang diperdagangkan baik tujuan ekspor maupun domestik.

5. Dampak pada Aspek Penghidupan dan Matapencaharian. Indikatornya terdiri atas: 5.1. Dampak implementasi panduan-panduan SVLK pada tingkat Nasional.

Pada tingkat Nasional, dampak implementasi SVLK terhadap aspek penghidupan dan matapencaharian (termasuk inklusi sosial dan gender) adalah:

o Adanya peningkatan kapasitas pelaku usaha hutan hak, TPT, Importir, IRT/ Pengrajin dalam penghitungan volume dan administrasi kayu. Sumber dampak adalah kegiatan: pengecekan DKP Oleh IUIPHHK atau TPT, terhadap DKP Hutan Hak; pengecekan DKP oleh IUIPHHK, IUI/ TDI terhadap TPT; pengecekan DKP oleh IUIPHHK, IUI/ TDI/TPT terhadap Importir; dan pengecekan DKP oleh ETPIK-Non Produsen terhadap IRT/ Pengrajin. Pemeriksaan DKP sebagai syarat legal kayu dari Hutan Hak, TPT, IRT/Pengrajin dan Importir, memberi dampak peningkatan kapasitas pelaku usaha dan pada akhirnya memberi peluang peningkatan matapencaharian. Pada pelaku usaha dimana peran perempuan dan kelompok rentan dominan, maka dampak ini akan juga positif bagi mereka.

5.2. Unit Usaha Hulu Berskala Besar.

Dampak implementasi PHPL dan SVLK pada unit usaha hulu berskala besar (IUPHHK-HA,

IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan) untuk aspek penghidupan dan mata pencaharian (termasuk inklusi sosial dan gender) adalah:

o Kesejahteraan pekerja dan implementasi jenjang karir. Sumber dampak adalah kegiatan pemenuhan tenaga profesional, peningkatan karir, dan

peningkatan kesejahteraan pekerja. Dampak positif bisa terjadi jika perusahaan memperhatikan jenjang karir dan kesejahteraan pekerjanya. Dampak negatif bisa terjadi jika kompensasi tidak diberikan secara adil atau bersifat diskriminatif terhadap kaum perempuan, difabel atau pengelompokan lainnya;

o Peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah implementasi tanggungjawab sosial perusahaan. Pemberian konsesi kepada pemegang izin dari pemerintah yang terletak di kawasan hutan memberikan konsekuensi kepada pemegang izin untuk menyertakan masyarakat hukum adat dan /atau masyarakat setempat secara adil dan setara dalam pengelolaan kawasan hutan yang memperhatikan hak dan kewajiban para pihak secara proporsional dan bertanggung jawab;

o Perlindungan kesehatan, keselamatan, dan pelaksanaan hak-hak pekerja.

Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah: Perlindungan, Pengembangan dan Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Kerja. Pemegang izin harus memperhatikan aspek perlindungan, pengembangan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja. o Jaminan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja (laki- laki, perempuan,

dan kelompok rentan). Sumber kegiatan adalah kewajiban menerapkan K3. Pemegang izin harus memperhatikan aspek perlindungan, pengembangan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja. Dampak positif bisa terjadi jika perusahaan memperhatikan jenjang karir dan kesejahteraan pekerjanya. Dampak negatif bisa terjadi jika kompensasi tidak diberikan secara adil atau bersifat diskriminatif;

o Pelibatan peran laki-laki, perempuan, dan kelompok rentan dalam pelaksanaan kelola sosial. Sumber dampak adalah kegiatan pelaksanaan program sosial. Kegiatan sosial yang dilakukan unit manajemen berdampak positif terhadap pelibatan masyarakat baik laki-laki, perempuan, maupun kelompok rentan; o Penyerapan tenaga kerja lokal (laki-laki, perempuan, dan kelompok rentan).

Sumber dampak adalah kegiatan pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan operasional perusahaan yang memberi kesempatan pada pekerja lokal baik dari kelompok laki-laki, perempuan dan kelompok rentan berdampak besar pada kesempatan bekerja pada perusahaan dan peluang untuk mendapatkan sumber kehidupan keluarga; dan

o Pelibatan terhadap kelompok masyarakat rentan dan marjinal (misal: kelompok miskin, terpencil, dan berkebutuhan khusus). Sumber dampak adalah pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Pemberian konsesi kepada pemegang izin dari pemerintah yang terletak di kawasan hutan memberikan konsekuensi kepada pemegang izin untuk menyertakan masyarakat hukum adat dan /atau

Dokumen terkait