• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORI

C. Review Penelitian Terdahulu

Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini peneliti akan menyertakan kajian literatur untuk memperkaya bobot isi dan materi. Hal ini juga menjadi sebuah indikiator apakah penelitian yang akan diteliti termasuk penelitian baru atau penelitian lanjutan.

Pada bagian review penelitian terdahulu, peneliti membaginya dalam tiga aspek seperti yang dijelaskan dalam tabel matriks sebagai

Wanprest

17 Eka Nur Safitri, Skripsi: “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi dan Penyelesaiannya pada Produk Murabahah (Studi pada BMT Mitra Usaha Lampung Timur)”

(Lampung: UIN RIL, 2018), Hal. 119.

19 dalam Pandemi COVID-19 Berbasis Bisnis Model dan Pemilihan Pelayanan Anggota Pembiayaan (Selecctive Lending)”, Jurnal EL-COSY, Vol. 01 No. 01, 2021.

simpanan anggota

19 Fadillah Mursid, “Kebijakan Regulasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Indonesia”, Jurnal Nurani, Vol. 18 No. 2, 2018.

21 Meningkatkan Kualitas Usaha Mikro”, Jurnal AL-URBAN, Vol. 2 No. 1, 2018.

agama dan Utama di Bandar Lampung”, Jurnal I-FINANCE, Vol. 04 No. 02, 2018.

23

Setelah menyelesaikan beberapa pertimbangan dan memperbanyak referensi, maka peneliti memutuskan untuk melakukan sebuah penelitian lanjutan dari yang sebelumnya dengan judul “EVALUASI DAN IMPLIKASI WANPRESTASI AKIBAT COVID-19 TERHADAP ISI KONTRAK DALAM AKAD MUDHARABAH (Studi Kasus KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung)”.

24 BAB III

GAMBARAN UMUM KSPPS BTM BiMU BANDAR LAMPUNG A. Sejarah dan Perkembangan KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung

Secara singkat latar belakang pendirian KSPPS Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) Bina Masyarakat Utama (BiMU) selanjutnya disebut BiMU adalah:

a. Regulasi PP Muhammadiyah Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan tentang pendirian BTM sebagai amal usaha Muhammadiyah di bidang ekonomi,

b. Program kerja pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung Majelis Ekonomi dan Kewirahusahaan Lampung,

c. Perlunya Muhammadiyah memiliki lembaga keuangan yang dapat menjadi lembaga intermediasi keuangan yang ada di warga persyirkatan dan amal usaha lainnya baik pendidikan maupun kesehatan dan amal usaha lainnya.

Namun secara lengkapnya adalah secara defakto Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) telah ada sejak bulan Februari 2004, meskipun pada waktu itu namanya belum koperasi melainkan Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Ini ditandai dengan mulainya kegiatan pembiayaan pada pedagang-pedagang kecil yang ada di pasar tradisional Way Halim-Bandar Lampung.

Pada mulanya lembaga ini mendapat pinjaman dana dari Majelis Ekonomi Muhammadiyah Wilayah Wilayah Lampung sebesar Rp.

2.000.000,- (Dua Juta Rupiah) dengan jumah anggota 23 orang pendiri.

Dengan dana itulah LKS menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan khususnya pembiayaan usaha yang berpola syari’ah (bagi hasil).22

Karena response yang positif dari masyarakat atas kehadiran LKS, maka kemudian Majelis Ekonomi Muhammadiyah menambah

22 https://btmlampung.wordpress.com/, diakses pada tanggal 5 September 2021, pukul 20.11

25

investasinya sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah), di bulan ke tiga sehingga LKS dapat memberikan pinjaman lebih banyak kepada para pedagang, Setelah berjalan 6 bulan, mulai ada pihak lain yang tertarik untuk menginvestasikan dananya pada LKS. Meskipun tidak banyak, namun dana tersebut menjadi dukungan moral bagi LKS untuk mengembangkan LKS agar menjadi lembaga keuangan yang lebih besar.

Pada bulan Mei 2005, Majelis Ekonomi Muhammadiyah Wilayah Lampung sebagai inisiator berdirinya LKS ini mengundang beberapa anggota perikatan Muhammadiyah untuk diajak mengembangkan LKS agar ruang lingkupnya lebih luas dan memiliki payung hukum yang kuat dalam aktivitasnya. Setelah beberapa tahapan, pada bulan Agustus 2005 terbentuklah Koperasi Syariah dengan nama BTM BiMU dengan badan hukum 04/BH.DKPM.XX2005 yang bergerak dengan menggunakan prinsip syari’ah.

Pada tahun 2004 hingga saat ini jumlah pendiri mencapai 75 orang, dengan jumlah total aset mencapai Rp. 50.700.000,- (Lima Puluh Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah). Dana yang beredar di BTM BiMU sebesar Rp.

30.550.000,- (Tiga Puluh Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dengan jumlah karyawan yang mencapai 25 orang yang terdiri dari Kepala Pusat, Administrasi Legal, Teller Customer Service, Tiga orang Account Officer dan lain-lain. Sehingga jumlah anggota sampai sekarang adalah 5.582 orang (per Oktober 2018).

B. Visi, Misi dan Tujuan KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung 1. Visi:

Menjadi koperasi syariah pilihan utama masyarakat dalam mendukung gerakan dakwah ekonomi Muhammadiyah.

2. Misi:

a. Mensejahterakan anggota pada khususnya masyarakat pada umumnya dengan sistem ekonomi syariah,

b. Menyajikan produk-produk transaksi syariah yang sesuai dengan kebutuhan anggota,

c. Memberikan pelayanan terbaik, transparan dan akuntabel kepada anggota,

d. Melahirkan tenaga-tenaga profesional di bidang lembaga keuangan syariah, mampu berkompetisi dan berakhlakul karimah,

e. Mengembangkan kerja sama yang baik dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam meningkatkan perekonomian umat,

f. Mendasarkan setiap aktivitas pada tata kelola yang akuntabel.

3. Tujuan:

Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.23

23 Anggaran Dasar KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung, Pasal 5, 6 dan 7

27

C. Struktur Organisasi dan Pengurus KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung

Tabel 3.1: Struktur Organisasi KSPPS BTM BiMU

D. Produk- Produk KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung

Berikut adalah beberapa produk yang ada pada KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung:

1. Produk Simpanan (Funding) a. Si Muda Tarbiyah

Simpanan Mudharabah Tarbiyah adalah Simpanan Anggota untuk memenuhi kebutuhan anak yang sedang bersekolah. Akad yang digunakan adalah mudharabah dengan nisbah 25% bagi anggota dan 75% bagi BTM.

b. Si Muda Prestasi

Simpanan Mudharabah Prestasi adalah simpanan sekolah secara kolektif. Simpanan ini bertujuan untuk membantu anggota melalui lembaga. Sekolahnya untuk mempersiapkan kebutuhan pada saat tahun ajaran baru. Akad yang digunakan adalah mudharabah dengan nisbah 40% bagi anggota dan 60% bagi BTM.

c. Si Muda Qu

Simpanan Mudharabah Qurban adalah simpanan anggota yang bertujuan untuk membantu memudahkan anggota merencanakan untuk ikut berqurban pada hari raya Idul Adha.

Akad yang digunakan adalah mudharabah dengan nisbah 40% bagi anggota dan 60% bagi BTM.

d. Si Muda Berjangka

Simpanan Mudharabah Berjangka adalah simpanan anggota yang penarikannya berdasarkan jangka waktu tertentu. Akad yang dipakai adalah mudharabah dengan nisbah sebagai berikut:

1) Jangka waktu 3 bulan nisbah 30% bagi anggota dan 70% bagi BTM

2) Jangka waktu 6 bulan nisbah 50% bagi anggota dan 50% bagi BTM

3) Jangka waktu 9 bulan nisbah 60% bagi anggota dan 40% bagi BTM

29

4) Jangka waktu 12 bulan nisbah 70% bagi anggota dan 30% bagi BTM

5) Jangka waktu 24 bulan nisbah 85% bagi anggota dan 15% bagi BTM.

e. Si Wadu

Simpanan Wadiah Umat adalah simpanan anggota yang setoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan anggota. Akad yang digunakan adalah wadi’ah yad dhamannah.

f. Si Waji

Simpanan Wadiah Haji adalah simpanan anggota untuk membantu keinginan anggota melaksanakan ibadah haji. Akad yang digunakan adalah wadi’ah yad dhamannah dengan nisbah 50% anggota dan 50% BTM.

g. Si Muda Umroh

Simpanan Mudharabah Umroh adalah simpanan anggota untuk membantu keinginan anggota melaksanakan ibadah umroh.

Akad yang digunakan adalah mudharabah dengan nisbah 40%

anggota dan 60% BTM.

h. Si Muda Fitri

Simpanan Mudharabah Fitri adalah simpanan anggota untuk membantu anggota memenuhi kebutuhan hari raya Idul Fitri.

Akad yang digunakan adalah mudharabah 40% bagi anggota dan 60% bagi BTM.

2. Produk Pembiayaan a. Mudharabah

Pembiayaan dalam bentuk modal atau dana yang diberikan oleh BTM untuk nasabah yang dikelola dalam usaha yang telah diperjanjikan bersama. Selanjutnya dalam pembiayaan ini nasabah dan BTM setuju untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Risiko kerugian ditanggung oleh pihak BTM kecuali

kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelola atau nasabah, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain:

1) Perdagangan, 2) Industri perumahan,

3) Pertanian,Usaha modal kerja, 4) Investasi, dan lain-lain.

b. Musyarakah

Pembiayaan khusus untuk modal kerja, di mana dana dari BTM merupakan bagian dari modal usaha nasabah. Kemudian keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama.

c. Murabahah

Fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli. BTM akan membelikan barang-barang halal apa saja yang nasabah butuhkan kemudian menjualnya kepada nasabah untuk diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah. Produk ini juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha dan investasi seperti pengadaan barang modal untuk memulai usaha.

d. Ijarah

Fasilitas pembelian berupa penyewaan barang atau jasa dengan pembayaran secara angsuran. Fasilitas ini dapat digunakan untuk sewa tempat usaha, sewa kendaraan, pembayaran tenaga kerja, biaya kesehatan, pendidikan dan lainnya.

e. Hawalah

Fasilitas untuk pengalihan utang piutang, membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

BTM mendapat penggantian biaya yang timbul atas jasa pemindahan piutang. Sebagai contoh supplier bahan kain menjual barangnya kepada konveksi pengolahan pakaian yang akan dibayar dua minggu kemudian. Karena kebutuhan supplier akan likuiditas,

31

ia meminta BTM untuk mengambil alih piutangnya. BTM pun akan menerima pembayaran dari konveksi pengolahan pakaian dua minggu kemudian.

3. Produk Jasa

Bill Payment atau Payment Point Online Bank (PPOB).

Payment Point Online Bank adalah loket jasa pembayaran tagihan online yang tersebar di seluruh jaringan kantor BTM Bandar Lampung, sehingga memudahkan anggota dalam membayar tagihan-tagihan rutin bulanan: Tagihan PLN, Telkom, TV Kabel, BPJS, pembelian pulsa handphone hingga pembelian tiket pesawat.

E. Prosedur Pendaftaran Menjadi Anggota KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung

1. Mengisi formulir permohonan untuk menjadi Anggota Koperasi, 2. Mengisi surat pernyataan kesanggupan untuk membayar simpanan

pokok dan simpanan wajib,

3. Menyetujui isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan lainnya yang berlaku, serta kesediaan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan usaha koperasi,

4. Melampirkan foto kopi KTP dan Kartu Keluarga yang masih berlaku, 5. Membayar Simpanan Pokok dan membayar Simpanan Wajib bulan

pertama.24

24 Elly Kasim, S.E., Akt., Wakil Ketua I, Interview Pribadi, Bandar Lampung, pada tanggal 30 Agustus 2021.

32 BAB IV PEMBAHASAN

A. Evaluasi KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung Terhadap Penurunan Profit Selama Masa Pandemi COVID-19

1. Langkah-Langkah Antisipatif KSPPS BTM BiMU Terhadap Peluang Terjadinya Wanprestasi

Tak dapat dipungkiri bahwa musibah pandemi COVID-19 sangat berdampak ke semua faktor kehidupan, seperti faktor sosial, kesehatan dan yang paling berdampak adalah faktor ekonomi. Tragedi tersebut menghendaki kita yang pada dasarnya adalah manusia ekonomi yang sangat bergantung pada kekuatan ekonomi untuk melanjutkan hidup bahkan meningkatkan kualitas hidup. Hal tersebut juga dialami oleh KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung yang secara konkret mengalami pengurangan keuntungan.

Tentunya sebagai salah satu lembaga keuangan syariah berbentuk koperasi yang terbesar di Bandar Lampung harusnya KSPPS BTM BiMU (yang selanjutnya disebut BTM) bisa menjadi role model bagi koperasi syariah lainnya untuk bisa terus berinovasi mengembangkan usahanya walaupun diterpa musibah pandemi. Oleh karenanya banyak cara yang dilakukan oleh KSPPS BTM BiMU, salah satunya yang patut diteladani adalah menguatkan filtrasi dan evaluasi kepada para anggota yang telah diberikan pembiayaan.

Hal tersebut harus dilakukan oleh BTM guna mempertahankan sustainability perusahaan yang mulai terancam karena adanya pandemi ini. Hal tersebut dijelaskan secara empiris oleh Wakil Ketua I KSPPS BTM BiMU, bahwasanya memang jelas terasa perbedaannya sebelum dan sesudah pandemi ini terhadap BTM. Salah satu faktornya adalah penurunan keuntungan usaha dari para anggota koperasi yang juga berdampak kepada BTM itu sendiri.

Banyak alasan yang mengakibatkan kasus tersebut, namun pada penelitian ini yang ingin peneliti soroti adalah kasus wanprestasi yang dilakukan oleh beberapa anggota. Wanprestasi tersebut berupa

33

kelalaian anggota yang telah bersepakat langsung dengan BTM untuk mengelola usaha yang sama-sama disepakati. Hal tersebut sangat mungkin terjadi, karena pada dewasa ini sangat sulit untuk membedakan kerugian mana yang terjadi akibat kelalaian anggota dan yang mana terjadi akibat musibah pandemi.

Hal tersebut tentunya menjadi masalah besar, karena inti dari perputaran keuntungan suatu koperasi itu memang terdapat pada kinerja anggotanya. Semakin aktif dan produktif anggota pada suatu koperasi, maka semakin besar koperasi tersebut. Sebaliknya, jika anggotanya pasif dan banyak yang melakukan kelalaian, maka sangat besar peluang suatu koperasi mengalami kepailitan.

Sadar akan hal tersebut, maka untuk mengevaluasi anggota, BTM melakukan analisis 5C, sebagai berikut:

a. Character, dilihat dari karakter calon anggota pembiayaan yang mengajukan memiliki prospek yang baik, seperti karakter jujur, beritikad baik dan tidak merugikan BTM di kemudian hari.

b. Capacity, biasanya penilaian BTM atas kemampuan calon anggota pembiayaan dilihat dari bukti gaji atau laporan penghasilan usaha. Namun terdapat beberapa anggota yang memberikan bukti gaji atau laporan keuangan yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya, maka di sinilah peran BTM untuk menanggulangi hal tersebut.

c. Capital, penilaian ini dilakukan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan calon anggota pembiayaan, hal ini bertujuan untuk melihat apakah posisi keuangan calon anggota secara keseluruhan, termasuk aliran kas calon anggota, baik untuk masa lalu maupun proyeksi pada masa yang akan datang, mampu dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon anggota yang bersangkutan.

d. Collateral, penilaian BTM terhadap jaminan yang dimiliki oleh calon anggota pembiayaan, di mana nilai jaminan harus lebih

tinggi dari nilai pinjaman. Hal tersebut sebagai antisipasi jika anggota gagal melakukan pengembalian pembiayaan atau kredit macet, maka objek jaminan yang sudah dijaminkan berhak untuk dieksekusi dengan cara lelang secara syariah.

e. Condition of Economic, penilaian BTM bagi calon anggota pembiayaan untuk usaha ini dilakukan agar mengantisipasi pendapatan usaha calon anggota ke depan apakah masih mampu dalam membayar angsuran pinjaman dalam kondisi apapun.25 Analisis 5C ini juga diberlakukan pada lembaga keuangan syariah maupun non syariah, baik yang berskala besar seperti bank, maupun yang berskala kecil seperti koperasi. Kelima prinsip tersebut seakan menjadi alat penyaring yang efektif bagi BTM untuk mengidentifikasi anggota mana yang diduga melakukan wanprestasi berupa kelalaian.

Juga seakan menjadi polisi bagi anggota agar tetap berhati-hati dalam mengelola usahanya untuk tidak lalai.

Berkat diberlakukannya analisis 5C tersebut oleh BTM kasus kelalaian anggota beberapa kali ditemui oleh BTM sebelum dan sesudah pandemi, namun ketika pandemi kelalaian tersebut kerap terjadi. Salah satunya yang menjadi fokus penelitian oleh peneliti adalah pada akad mudharabah. Karena pada dasarnya akad mudharabah adalah akad perjanjian, yang mana di dalamnya terdapat beberapa kesepakatan, seperti jenis usaha, pembagian keuntungan, pengembalian modal, penanggungan kerugian dan lain sebagainya.

Seperti yang telah dinyatakan pula oleh Wakil Ketua I BTM bahwasanya akad mudharabah berada pada urutan ke dua setelah akad murabahah yang sering terjadi kasus wanprestasi. Maka dari pada itu BTM perlu meninjau secara detail untuk meminimalisir peluang terjadinya wanprestasi, karena jika dilihat dari kaca mata syariah melalui fatwa No. 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

25 Nanik Eprianti, “Penerapan Prinsip 5C Terhadap Tingkat Non Performing Financing (NPF)”, Jurnal Amwaluna, Vol. 3 No. 2, 2019.

35

Mudharabah, akad mudharabah ini lebih condong risiko penangunggan kerugiannya ditanggung oleh shahibul maal yang dalam hal ini adalah BTM.

Hal tersebut dijelaskan pada salah satu statement dalam fatwa No. 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah yaitu

“Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan”. Statement inilah yang menjadi dasar bagi BTM untuk meningkatkan kualitas filtrasi dan evaluasinya terhadap beberapa kasus wanprestasi yang terjadi.

Pandemi ini tentunya bisa saja menjadi peluang bagi para anggota yang memiliki itikad tidak baik untuk dijadikan kedok atas kelalaiannya agar kerugian bisa ditanggung oleh BTM. Bagi lembaga keuangan syariah yang tidak melakukan penguatan filtrasi seperti analisis 5C tentunya ini menjadi ancaman yang serius terhadap keberlangsungannya. Namun bagi KSPPS BTM BiMU yang notabenenya adalah koperasi syariah terbesar di Bandar Lampung hal tersebut tidak lagi menjadi suatu ancaman. Justru BTM melihat kasus tersebut sebagai sebuah pelajaran bagi BTM agar bisa lebih baik dalam hal pemberian pembiayaan kepada anggotanya.

Hal lain yang patut diteladani dari KSPPS BTM BiMU adalah kebijaksanaannya terhadap anggotanya. BTM sadar betul bahwasanya loyalitas anggota sangat penting untuk dijaga, sehingga BTM menjadi fleksibel bagi para anggotanya sesuai dengan kebutuhannya, selama tidak keluar dari prinsip syariah. Hal tersebutlah yang menjadikan para anggota yang sudah terdaftar pada BTM sangat loyal dan berperan aktif.

Kebijakasanaannya tersebut terlihat ketika terjadi kasus wanprestasi yang dilakukan oleh beberapa anggota, maka sikap yang diambil oleh BTM tidak serta merta langsung memberi sanksi yang

berat atau dikeluarkan dari keanggotaan, tetapi memberikan waktu tambahan bagi para anggota untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai langkah awal konsekuensi yang diterima para anggota pelaku wanprestasi.

Hal tersebut ternyata menjadi suatu kebijakan yang cukup efektif, mengingat terus berkembangnya BTM sebagai sebuah koperasi syariah dengan jumlah anggota yang cukup banyak dan terus meningkat setiap tahunnya (dinyatakan oleh salah satu pengurus BTM berdasarkan interview).

2. Strategi KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung dalam Menanggulangi Rusaknya Kondisi Keuangan Selama Pandemi COVID-19

Setelah dilakukan langkah antisipatif untuk mencegah terjadinya wanprestasi, maka hal yang seharusnya dipersiapkan oleh BTM adalah strategi agar ketika terjadi kondisi yang bisa menyebabkan kondisi keuangan menjadi buruk bisa teratasi dan membuat BTM tetap survive dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat, tanpa melupakan statusnya sebagai lembaga profit oriented.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada direktur utama KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung, dijelaskan bahwasanya ada dua strategi yang dilakukan oleh BTM dalam menghadapi kondisi ekonomi selama masa pandemi, di antaranya:

a. Untuk produk fund raising, BTM fokus pada produk simpanan mudharabah

b. Untuk produk penyaluran, BTM fokus pada penyaluran kepada anggota-anggota yang hasil usahanya berpotensi ekspor. Dalam skema ini BTM bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan ekspor yang membutuhkan hasil produksi anggota.

Dari jawaban tersebut bisa dijelaskan bahwasanya BTM benar-benar fokus dalam mengembangkan bisnis kerja samanya walaupun

37

diterpa bencana pandemi. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya mudharabah sebagai fokus pada produk fund raising dengan alasan bahwa mudharabah adalah akad kerja sama yang paling kecil risiko kerugiannya dibanding akad lainnya, seperti murabahah yang sering kali digunakan oleh mayoritas anggota koperasi manapun. Hal ini disebabkan karena mudharabah adalah akad kerja sama, bukan jual beli, yang mana dalam akad kerja sama ketika terjadi kerugian dan gagal bayar oleh anggota terdapat cara penanggulangannya yaitu restrukturisasi.

Kemudian pada produk penyaluran, BTM fokus menyalurkan dananya pada usaha-usaha anggota yang berpotensi untuk bisa diekspor hasilnya, seperti usaha rajungan yang dilakukan oleh para nelayan yang nantinya akan diekspor ke negara USA (Amerika Serikat). Hal inilah yang sedang dijalankan oleh BTM saat ini.

Oleh karena itu, akan dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui apakah strategi yang dilakukan oleh BTM saat ini dalam menanggulangi kondisi ekonomi buruk selama pandemi ini akan berjalan efektif atau tidak, akan dijelaskan sebagai berikut:

Strengths Weakness Opportunity Threats a. Semangat

strategi yang

B. Implikasi Wanprestasi Akibat COVID-19 Terhadap Isi Kontrak dalam Akad Mudharabah KSPSPS BTM BiMU Bandar Lampung 1. Alur Pengajuan dan Skema Akad Mudharabah di KSPPS BTM

BiMU

Mudharabah adalah salah satu fasilitas pembiayaan yang disediakan oleh BTM kepada para anggotanya untuk mengembangkan usahanya yang juga secara tidak langsung mengembangkan BTM juga.

Dalam prosedurnya telah dijelaskan dalam Anggaran Rumah Tangga KSPPS BTM BiMU bahwasanya bagi para calon anggota yang hendak mengajukan pembiayaan mudharabah maka harus terdaftar dulu

39

sebagai anggota BTM dengan cara mengisi formulir pendaftaran anggota, membayar simpanan pokok atas namanya sendiri sebesar Rp.

40.000,- dan membayar simpanan wajib atas namanya sendiri minimal sebesar Rp. 10.000,- setiap bulannya26. Kemudian setelahnya anggota bisa mengajukan pembiayaan Mudharabah.

Skema akad mudharabah di KSPPS BTM BiMU sama seperti skema akad mudharabah lainnya, sebagai berikut:

Gambar 4.1: Skema akad mudharabah di KSPPS BTM BiMU

2. Karakteristik Pembiayaan Mudharabah di KSPPS BTM BiMU a. BTM sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100%

kebutuhan usaha, sedangkan anggota bertindak sebagai mudharib (pengelola dana).

b. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana dan pembagian nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan oleh para pihak.

c. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah. BTM tidak ikut

26 Anggaran Rumah Tangga KSPPS BTM BiMU Bandar Lampung, Pasal 26.

serta dalam pengelolaan usahanya, tetapi memiliki hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

d. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

e. BTM sebagai shahibul maal menanggung semua kerugian usaha, kecuali jika mudharib melakukan kelalaian atau kesalahan yang disengaja.

f. Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan moral hazard, maka pihak BTM berhak meminta jaminan dari mudharib. Jaminan ini hanya dapat dieksekusi apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

g. BTM memberikan pernyataan modal kepada anggota.

3. Konstruksi Akad Mudharabah KSPPS BTM BiMU

ميحرلا نمحرلا الله مسب

AKAD MUDHARABAH No: ... /MDR/BTMBIMU/ ... /20...

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad perjanjian ... “ (QS. Al-Ma’idah: 01)

“Asyhadu alla illahaillah wa asyhadu anna

“Asyhadu alla illahaillah wa asyhadu anna

Dokumen terkait