BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang opini audit pada sektor publik masih relatif sedikit dilakukan, bahkan tidak satupun ditemukan penelitian yang sama persis meneliti tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit oleh BPK atas LKPD. Beberapa penelitian yang dianggap masih relevan dengan penelitian ini diantaranya, Ayu (2008); Aryanto (2009) Sunarsih (2010); Lasena (2012); Komalasari (2004); Ramadhany (2004); Fanny dan Saputra (2005); Praptitorini dan Januarti (2007); Januarti dan Fitriasari (2008); Januarti (2008) serta Widyantari (2011).
Ayu (2008) meneliti dengan judul analisa faktor – faktor yang mempengaruhi opini auditor terhadap laporan keuangan pemkab/pemko Provinsi Sumatera Barat tahun 2006 – 2007. Dalam penelitiannya, Ayu (2008) menggunakan lima faktor sebagai variabel bebas yang diduga mempengaruhi variabel terikat opini auditor, yakni ruang lingkup auditor yang dibatasi, laporan keuangan yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, prinsip akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten, adanya ketidakpastian material yang mempengaruhi posisi keuangan, serta kurangnya komitmen pemda dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK. Hasil penelitian Ayu (2008) menemukan bahwa ruang lingkup auditor yang dibatasi, laporan keuangan yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, prinsip akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten, adanya ketidakpastian
material yang mempengaruhi posisi keuangan, serta kurangnya komitmen pemda dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK berpengaruh siginifikan terhadap opini auditor atas LK.
Aryanto (2009) meneliti dengan judul pengaruh pemeriksaaan interim, lingkungan audit dan independensi terhadap pertimbangan opini auditor (Studi kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali). Penelitiannya menggunakan variabel bebas pemeriksaan interim, lingkungan audit dan independensi, dan variabel terikat pertimbangan opini auditor. Hasil penelitian menemukan variabel independen pemeriksaaan interim, lingkup audit dan independensi berpengaruh signifikan terhadap opini yang diberikan auditor.
Sunarsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian opini disclaimer BPK terhadap keuangan di Lingkungan Departemen di Jakarta. Sunarsih (2010) menggunakan empat faktor yang dianggap sebagai variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat opini
disclaimer BPK terhadap keuangan di Lingkungan Departemen di Jakarta, yakni tingkat materialitas, pelanggaran SAP, kelemahan SPI, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Hasil analisis yang dilakukan Sunarsih (2010) menemukan bahwa tingkat materialitas, pelanggaran SAP, kelemahan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini
disclaimer.
Lasena (2012) meneliti dengan judul : Analisis Faktor Pada Opini
Disclaimer BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun Anggaran 2011. Lasena (2012) dalam penelitiannya menggunakan tujuh faktor yang dianggap sebagai variabel yang mempengaruhi Opini Disclaimer BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara Tahun Anggaran 2011, yakni faktor sistem pengendalian internal (SPI), faktor perencanaan penganggaran, faktor standar akuntansi pemerintah (SAP), faktor pelaksanaan anggaran, faktor tindak lanjut temuan, faktor regulasi, faktor manajemen aset. Lasena (2012) dalam penelitiannya menemukan ketujuh faktor, yakni sistem pengendalian internal (SPI), faktor perencanaan penganggaran, faktor standar akuntansi pemerintah (SAP), faktor pelaksanaan anggaran, faktor tindak lanjut temuan, faktor regulasi, faktor manajemen aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap opini
Disclaimer BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun Anggaran 2011.
Di sektor swasta, Komalasari (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxy Going Concern terhadap Opini Auditor. Komalasari (2004) dalam penelitiannya menggunakan dua variabel bebas, yakni kualitas auditor dan Proxy going concern, serta satu variabel terikat opini auditor. Hasil penelitian Komalasari (2004) menemukan terjadi penolakan terhadap dua variabel yaitu kualitas audit yang memiliki koefisien negatif berbeda dengan ekspektasi sebelumnya dan likuiditas yang tidak mempengaruhi auditor dalam memberikan opini. Sedangkan profitabilitas yang memiliki koefisien negatif dinyatakan signifikan, karena semakin rendah ROA semakin tinggi profitabilitas perusahaan untuk mendapat opini selain WTP.
Ramadhany (2004) meneliti dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di Bursa Efek Jakarta. Ramadhany (2004) dalam penelitiannya menggunakan empat faktor sebagai variabel bebas yang dianggap mempengaruhi opini going concern, yaitu debt default, kondisi
keuangan, opini tahun sebelumnya dan komisaris independen dalam komite audit yang mempengaruhi variabel terikat opini going concern. Hasil penelitian Ramadhany (2004) menemukan bahwa debt default, kondisi keuangan, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Komisaris independen dalam komite audit tidak berpengaruh pada opini going concern.
Fanny dan Saputra (2005) meneliti dengan judul Opini audit going concern: kajian berdasarkan model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik (Studi pada emiten Bursa Efek Jakarta). Fanny dan Saputra (2005) menggunakan tiga variabel bebas, yakni model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik serta satu variabel terikat opini audit going concern. Fanny dan Saputra (2005) dalam penelitiannya menemukan kondisi keuangan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan pertumbuhan perusahaan dan reputasi auditor tidak Berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Praptitorini dan Januarti (2007) meneliti dengan judul “Analisis pengaruh
Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Pemberian Opini Going Concern”. Dalam penelitiannya, Praptitorini dan Januarti (2007) menggunakan tiga variabel bebas, yakni kualitas audit, debt default dan opinion Shopping, serta satu variabel terikat pemberian opini going concern”. Berdasarkan hasil penelitian Praptitorini dan Januarti (2007), ditemukan bahwa
opinion shopping, dan debt default pemberian opini audit going concern,
sedangkan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
Januarti dan Fitriasari (2008) meneliti dengan judul Analisis rasio keuangan dan rasio non keuangan yang memengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern pada auditee (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ 2000-2005). Januarti dan Fitriasari (2008) dalam penelitiannya menggunakan sembilan variabel bebas, yakni rasio leverage, opini audit tahun sebelumnya, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP dan
auditor client tenure serta satu variabel terikat opini audit going concern. Hasil penelitian Januarti dan Fitriasari (2008) menemukan bahwa rasio leverage, opini audit tahun sebelumnya, berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit
going concern sedangkan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP dan auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Januarti (2009) meneliti dengan judul “Analisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern (Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)”. Dalam penelitiannya, Januarti (2009) menggunakan 10 variabel bebas, yakni financial distress, debt default, ukuran perusahaan, Audit Lag, opini audit tahun sebelumnya, Audit Client Tenure, Kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan institusional serta satu variabel terikat, yakni pemberian opini audit going concern. Berasarkan hasil analisis yang dilakukan, Januarti (2009) menemukan bahwa Variabel yang signifikan adalah default, In sale (size), lamanya perikatan, opini tahun sebelumnya dan kualitas auditor, sedangkan variabel financial distress meskipun signifikan tetapi arah tandanya berkebalikan dengan yang dihipotesakan. Variabel yang tidak signifikan adalah
audit lag, opinion shopping, kepemilikan institusional. Untuk kepemilikan manajerial tandanya pun berkebalikan dengan yang dihipotesakan.
Widyantari (2011) meneliti dengan judul Opini audit going concern dan faktor-faktor yang memengaruhi: Studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Widyantari (2011) dalam penelitiannya menggunakan 10 variabel bebas, yakni leverage, opini audit tahun sebelumnya, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, likuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure, serta satu variabel terikat opini audit going concern.
Hasil penelitian Widyantari (2011) menemukan bahwa variabel leverage dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Variabel profitabilitas, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Variable likuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit
going concern.
Untuk lebih jelasnya review penelitian terdahulu sebagaimana diuraikan di atas dirangkum dalam matrik penelitian berikut ini:
Tabel 2.1 Matrik Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Terdahulu Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Komalasari
(2004)
Analisis Pengaruh
Kualitas Auditor dan
Proxy Going
Concern terhadap Opini Auditor. [I] : Kualitas Auditor, Likuiditas, dan Profitabilitas [D] : Opini auditor
Penolakan terhadap 2 variabel yaitu kualitas audit yang memiliki koefiien negative
berbeda dengan ekspektasi
sebelumnya dan likuiditas yang tidak mempengaruhi auditor
dalam memberikan opini.
Sedangkan profitabilitas yang memiliki koefisien negatif dinyatakan signifikan, karena semakin rendah ROA semakin tinggi profitabilitas perusahaan untuk mendapat opini selain
WTP. Ramadhany (2004)
menemukan debt default,
kondisi keuangan, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap opini going concern. Komisaris independen
dalam komite audit tidak
berpengaruh pada opini going concern 2. Ramadhany (2004) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Opini Going Concern
pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami
Financial Distress di Bursa Efek Jakarta
[I] : Komisaris independen dalam komite audit, debt default, kondisi keuangan, laporan audit sebelumnya, ukuran perusahaan, skala auditor [D] : Opini auditor
debt default, kondisi euangan, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
Komisaris independen dalam komite audit tidak berpengaruh pada opini going concern
3 Fanny dan
Saputra (2005)
Opini Audit Going
concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor
Akuntan Publik (Studi pada Emiten BEJ
[I] : Kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, reputasi auditor [D] : Pemberian opini audit going concern
Kondisi keuangan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern
sedangkan pertumbuhan
perusahaan dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern 4 Praptitorini dan Januarti (2007) Analisis Pengaruh
Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Pemberian Opini Going Concern
[I] : Kualitas audit,
debt default, dan
opinion shopping
[D] : Pemberian opini audit going concern
Variabel signifikan: opinion shopping, dan debt default
sedangkan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern.
5 Januarti dan
Fitriasari (2008)
Analisis Rasio
Keuangan dan Rasio
Nonkeuangan yang
Memengaruhi Auditor
dalam Memberikan
Opini Audit Going
Concern pada Auditee
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ 2000-2005)
[I]: Rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio
leverage, rasio
pertumbuhan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi
KAP, opini audit
tahun
sebelumnya, auditor client tenure
[D] : Pemberian opini audit going concern
Rasio leverage, opini audit tahun sebelumnya, berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern sedangkan
rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai
pasar, ukuran perusahaan,
reputasi KAP dan auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern 6 Januarti (2008) Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemillikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Going Concern [I]: Financial distress,
debt default, ukuran
perusahaan, Audit
Lag, opini audit tahun
sebelumnya, Audit Client Tenure, Kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan institusional. [D] : Pemberian opini audit going concern
Variable yang signifikan adalah default, In sale (size),
lamanya perikatan, opini tahun
sebelumnya dan kualitas
auditor, sedangkan variabel
financial distress meskipun signifikan tetapi arah tandanya
berkebalikan dengan yang
dihipotesakan. Variabel yang tidak signifikan adalah audit lag,
opinion shopping, kempemilikan institusional. Untuk kepemilikan manajerial tandanya pun berkebalikan dengan yang dihipotesakan.
7 Aryanto
(2009)
Pengaruh pemeriksaaan interm, lingkup audit
[I] : Pemeriksaaan interim, lingkup audit
variable independen
dan independensi terhadap pertimbangan opini auditor (Studi kasus pada BPK RI
Perwakilan Provinsi
Bali)
dan independensi [D] : Opini Audit
audit dan independensi
berpengaruh signifikan
terhadap opini yang diberikan auditor.
8 Ayu (2009) Aalisa faktor – faktor
yang mempengaruhi
opini auditor terhadap
laporan keuangan
pemkab/pemko
Provinsi Sumatera
Barat tahun 2006 – 2007.
[I] : ruang lingkup auditor yang dibatasi,
laporan keuangan
yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi yang
berlaku umu, prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten, adanya ketidakpastian material yang mempengaruhi posisi keuangan, serta kurangnya komitmen pemnda dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK [D] : opini auditor atas LK.
ruang lingkup auditor yang dibatasi, laporan keuangan yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umu, prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam laporan
keuangan tidak diterapkan
secara konsisten, adanya
ketidakpastian material yang mempengaruhi posisi keuangan,
serta kurangnya komitmen
pemnda dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK berbengaruh siginifikan terhadap opini auditor atas LK.
9 Sunarsih
(2010)
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian opini disclaimer BPK terhadap laporan Keuangan di Lingkungan Departemen di Jakarta [I] : Tingkat mterialitas, pelanggaran SAP, kelemahan SPI, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. [D]: Opini disclaimer Tingkat materialitas,
pelanggaran SAP, kelemahan terhadap peraturan perundang-
undangan berpengaruh
signifikan terhadap pemberian opini disclaimer.
10 Widyantari (2011)
Opini audit going
concern dan faktorfaktor
yang memengaruhi:
studi pada perusahaan manufaktur
di bursa efek Indonesia
[I] : Leverage, opini
audit tahun sebelumnya, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan erusahaan kualitas audit, audit lag, dan
auditor client tenure
[D] : Opini audit
going concern.
Variabel leverage dan opini
audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif pada opini audit going concern. Variabel profitabilitas, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Variable likuiditas,
pertumbuhan perusahaan
kualitas audit, audit lag, dan
auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit
going concern.
11 Lasena
(2012)
Analisis Faktor Pada Opini Disclaimer BPK Atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara
Tahun Anggaran 2011
[I] : Faktor sistem pengendalian internal (SPI), faktor perencanaan penganggaran, faktor standar akuntansi pemerintah (SAP), faktor pelaksanaan anggaran, faktor
tindak lanjut temuan,
Faktor sistem pengendalian
internal (SPI), faktor
perencanaan penganggaran,
faktor standar akuntansi
pemerintah (SAP), faktor
pelaksanaan anggaran, faktor tindak lanjut temuan, faktor regulasi, faktor manajemen asset berpengaruh positif dan
faktor regulasi, faktor manajemen asset
[D] : Opini
Disclaimer BPK
Disclaimer BPK atas Laporan
Keuangan Pemerintah
Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara Tahun
Anggaran 2011.