• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Review Studi-Studi Terdahulu

Pola hubungan antara perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi telah dibicarakan selama berabad–abad dan telah menjadi referensi yang luas dalam berbagai penelitian, tetapi kontroversi masih terus berlanjut. Hingga kini belum dapat disimpulkan secara nyata bagaimana arah hubungan antara perdagangan luar negeri dan pertumbuhan ekonomi. Kontroversi tersebut berakar pada perbedaan struktur perekonomian dan kemampuan suatu negera dalam mengatasi persoalan perekonomian. Perbedaan tersebut terjadi baik antar negara maupun antar kelompok negara maju dan kelompok negara berkembang yang melakukan perdagangan (Anoruo dan Ramchander (2002), Medina dan Smith (2001), dan Mohsin dan Anam (2001).

Berbagai hasil penelitian mengenai hubungan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa hubungan tersebut menarik untuk diteliti. Banyak penelitian yang telah dilakukan baik dalam satu negara, beberapa kelompok negara berkembang, maupun dalam kelompok negara maju. Berikut ini akan digambarkan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakuklan oleh beberapa peneliti. Penelitian-penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh: Henriques and Sadorsky (1996), Ratnawati (1996), Riezman, et al. ( 1996), Ekayanake (1999), Yousif, (1999), Sinsha (1999), Anyamele (2000), Doraisami (2001), Medina dan Smith (2001), Mohsin dan Anan (2001), Oktaviani (2001), Yusof, et al. (2001), Anoruo dan Ramchander (2002), Awokuse (2002), Hachicha (2003), Juswanto dan Mulyanti (2003), Dritsaki et al. (2004), Shirazi dan Manaf (2004), Abou F. Stait (2005), Siliverstors dan Herzer (2005), Taban dan Akbar (2005).

Dari berbagai penelitian tersebut, sebagian dari hasil-hasil penelitian terjadi perbedaan hasil yang diperoleh karena faham dari setiap negara adalah berbeda (school of thought). Suatu negara yang menjalankan strategi export–led

growth (ELG) telah membuktikan bahwa ekspor merupakan faktor dominan

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga menganggap ekspor sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth). Faham lain menganut anggapan bahwa dengan melakukan ekspor, maka akan tercipta proses yang berkesinambungan, sehingga menempatkan ekspor sebagai sasaran utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Studi tentang perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor yang terkait dengan kinerja perekonomian satu negara atau banyak negara dengan menggunakan berbagai metode analisis disajikan di bawah ini.

Mohsin dan Anam (2001) melakukan penelitian pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada negara-negara Asean, dengan sampel negara Malaysia, Indonesia, Singapura, Philipina, dan Thailand. Penelitian tersebut menggunakan model kointegrasi dan ECM. Model dibangun dari derivasi fungsi produksi agreatif dengan variabel terdiri dari GDP, tenaga kerja, kapital, ekspor, impor, dan pengeluaran pemerintah. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah, (1) semua negara dalam penelitian menunjukkan tingkat pertumbuhan ekspor selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi (1960-61 sampai 1995-96), (2) terdapat kointegrasi di negara Singapura, Indonesia, dan Thailand, sementara di Malaysia dan Philipina tidak terkointegrasi. Ini berarti bahwa ekspor dan GDP beserta variabel lainnya tidak saling berhubungan atau kalaupun ada hubungannya sangat lemah, (3) hasil model VAR menunjukkan bahwa seluruh negara di ASEAN terdapat hubungan dua arah antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi.

Anoruo dan Ramchander (2002) dengan menggunakan model VECM, melakukan penelitian pada lima negera Asia yakni, India, Indonesia, Korea, Malaysia, dan Philipina. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekspor mendukung pertumbuhan ekonomi di empat negara, kecuali Indonesia tidak terbukti. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa orientasi pada perdagangan luar negeri (outward orientation) merupakan kebijakan yang efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang.

Shirazi dan Manaf (2004) telah melakukan penelitian hubungan ekspor dengan pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Model yang digunakan adalah VECM dan variabel-variabelnya adalah GDP, ekspor, dan impor. Hasil temuannya adalah

terdapat hubungan jangka panjang antara ketiga variabel tersebut periode tahun 1960 sampai 2003. Khusus untuk impor, memiliki hubungan dua arah dengan pertumbuhan ekonomi, sementara ekspor dan impor memiliki hubungan yang tidak signifikan.

Yusop, et al. (2001) melakukan penelitian di Malaysia tentangexpor-led

growth dengan menggunakan data time series tahun 1960 hingga 2001.dan

menggunakan 6 variabel, sehingga model ekonominya adalah sebagai berikut. Y = f(X, M, ER, L, K) ... (2.8) keterangan :

Y = GDP riil, X = Ekspor riil, M = Impor, ER = Nilai Tukar riil, L = Tenaga Kerja, dan K = Investasi.

Analisis menggunakan metode kointegrasi/VECM, hasilnya menunjukkan bukti kuat bahwa terdapat kointegrasi (hubungan dalam jangka pendek dan jangka panjang) diantara variabel-variabel tersebut. Kesimpulan lain yang dihasilkan adalah bahwa metode bivariat kurang tepat untuk digunakan, karena telah menghilangkan beberapa variabel relevan dalam melakukan estimasi model. Oleh karena itu perlu membentuk suatu model pertumbuhan ekonomi dengan menambah sejumlah variabel yang memiliki hubungan. Di samping variabel- variabel di atas, variabel impor juga merupakan bagian dari model. Pentingnya impor masuk kedalam model, karena impor merupakan bagian dari perdagangan luar negeri, dan untuk negera-negara berkembang, termasuk Indonesia, impor bahan baku dan barang modal sangat penting dalam melihat hubungan perdagangan luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi.

Riezman, et al. (1996), melakukan penelitian pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di 9 negara Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East

and North Africa, MENA). Menggunakan model VECM dengan empat variabel, yakni GDP, Ekspor, Impor, dan Ekspor Manufaktur. Dalam penelitian ini, selain variabel ekspor sebagai variabel utama, juga variabel impor sangat penting, karena memiliki peranan dalam hubungan ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Temuannya adalah, apabila variabel impor dihilangkan dari sistem persamaan, maka akan menurunkan pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Temuan lainnya adalah ketika memperhatikan variabel ekspor total, hasilnya menolak hipotesis ELG pada hampir semua negara yang di uji, hal ini dapat disebabkan oleh tidak dimasukkannya variabel-variabel yang terkait, seperti variabel impor, nilai tukar, dan lain-lain. Namun ketika memperhatikan hanya ekspor manufaktur, ditemukan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat bagi negara-negara dengan kontribusi manufaktur yang relatif rendah terhadap total ekspor, dan terdapat hubungan sebab akibat bagi negara-negara yang kotribusinya relatif tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa, kebijakan promosi ekspor akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi hanya jika variabel ekspor manufaktur masuk dalam sistem persamaan.

Dari hasil penelitian tersebut tentang ekspor manufaktur, mengindikasikan bahwa di negara-negara maju, ekspor manufaktur yang telah memiliki kontribusi tinggi terhadap total ekspor akan menunjukkan pengaruh positip pada pertumbuhan ekonomi, dan inilah perbedaannya dengan negara-negara berkembang tentang pengaruh ekspor manufaktur pada pertumbuhan ekonomi.

Juswanto dan Mulyanti (2003) meneliti tentang ekspor manufaktur Indonesia. Menurut peneliti, ekspor manufaktur dipercaya sebagai salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

pertumbuhan ekspor manufaktur yang cepat dan kontribusinya terhadap GDP yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan menggunakan alat analisis

constant market share ditemukan bahwa masalah utama ekspor manufaktur

Indonesia adalah pada komposisi produknya, karena ekspor mannufaktur Indonesia terkonsentrasi pada produk-produk yang secara relatif rendah permintaannya di pasaran dunia. Kondisi ini menunjukkan fakta bahwa, produk- produk golongan SITC 6 dan 8 dimana terdapat lebih dari 50 persen ekspor manufaktur Indonesia permintaannya ebih rendah dibandingkan produk lainnya. Di samping itu juga ditemukan bahwa ekspor manufaktur Indonesia cenderung teronsentrasi pada negara-negara tertentu seperti Jepang, Singapura, Amerika , Taiwan, China dan Hongkong yang menyerap lebih dari 60 persen dari total eksor manufaktur Indonesia. Dengan demikian sangat rentan dampaknya terhadap kinerja ekspor manufaktur Indonesia akibat ketergantungan yang kuat pada beberapa negara tersebut.

Ratnawati (1996) dengan menggunakan model computable general

equilibrium (CGE), telah melakukan penelitian tentang dampak kebijakan

perdagangan luar negeri terhadap kinerja perekonomian Indonesia termasuk dampaknya terhadap sektor pertanian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan perdagangan luar negeri melalui peningkatan tarif impor dan pajak ekspor akan memperburuk kinerja perekonomin Indonesia. Dengan kata lain proteksi terhadap industri dalam negeri yang berlebihan malah akan menurunkan daya saing baik dipasaran luar negeri maupun di dalam negeri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menyarankan bahwa dalam rangka menghadapi perdagangan bebas, tarif impor dan pajak ekspor supaya diturunkan secara

bertahap, baik terhadap produk-produk industri maupun terhadap produk-produk sektor pertanian. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja perekonomian Indonesia termasuk penciptaan kesempatan kerja.

Yousif (1999) memberikan informasi hasil penelitiannya tentang hubungan antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi, ia berkesimpulan bahwa sebenarnya hubungan antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilakukan secara sederhana dan langsung, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi hubungan kedua variabel tersebut. Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak terjadi pada hubungan jangka panjang.

Anyamele (2000) melakukan penelitian di negara Nigeria tentangExport-

Led Growth in Public Sector Dominated Economy : A Macroeconomic Model of

Nigeria. Dengan menggunakan model fungsi produksi Neoklasik ditambah dengan variabel ekspor (X)dan variabel pengeluran pemerintah (G), sehingga modelnya adalah sebagai berikut.

Q = f (A,K,L,X,G) ... (2.9) Dengan menggunakan model ekonometrik metode multiple regression, hasilnya menunjukkan bahwa variabel eksport sangat signifikan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi yang sama dengan variabel kapital, sedangkan vaiabel pengeluaran pemerintah signifikan pada level 10 persen, namun variabel tenaga kerja tidak signifikan. Besaran koefisien yang dihasilkan untuk kondisi ekonomi Nigeria, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen akan tercapai, jika ekspor naik sebesar 20.2 persen, pengeluaran pemerintah naik 11.1 persen, peningkatan kapital stok sebesar 14.8 persen.

Oktaviani (2001) dengan menggunakan model computable general equilibrium (CGE) telah melakukan penelitian tentang dampak kebijakan fiskal terhadap kinerja ekonomi makro dan ekonomi sektoral. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jika pemerintah menetapkan kebijakan fiskal yang bersifat inflatoir (harga BBM, tarif listrik, dan telepon), maka akan membawa dampak buruk terhadap perekonomian secara makro, terutama akan menyebabkan penurunan produksi di sektor pertanian, dan lebih lanjut akan menurunkan kemampuan sektor pertanian dalam memberikan kesempatan kerja. Demikian pula terhadap sektor industri, akan menurunkan daya saing produk industri di pasaran luar negeri. Berkaitan dengan penurunan daya saing terhadap produk industri manufaktur dan produk sektor pertanian akibat kebijakan tersebut, Oktaviani (2000) menyarankan agar pemerintah harus berusaha meningkatkan efisiensi produksi. Sehingga dapat meningkatkan daya saing produk di luar negeri, sekaligus dapat menciptakan kesempatan kerja. Terlebih lagi dalam menghadapi liberalisasi perdagangan (AFTA dan APEC) diperkirakan akan memberikan dampak positip terhadap perekonomian makro Indonesia, termasuk sektor pertanian.

Doraisami (2001) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia dari tahun 1959-2000. Metode yang digunakan adalah model vector autoregression (VAR). Dalam upaya mendapatkan hasil dari hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi tersebut Zulkornain menggunakan 6 (enam) variabel, yaitu pertumbuhan ekonomi, ekspor, impor barang-barang konsumsi, Investasi, angkatan kerja dan nilai tukar. Model ekonominya dapat diformulasikan sebagai berikut.

GDP = f ( X, MC, K, L, ER) ... (2.10)

dimana :

GDP = Real Gross Domestic Product X = Real Ekspor

MC = Real impor barang-barang konsumsi K = Gross fixed capital formation L = Angkatan Kerja

ER = Nilai tukar terhadap USD (RM/US$)

Dari hasil penelitiannya diperoleh informasi, bahwa ekspor berpengaruh positip terhadap pertumbuhan ekonomi baik jangka pendek maupun jangka panjang, investasi dan impor memiliki dapak positip terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara tenaga kerja berdampak negatip dalam jangka pendek.

Alkadri (2001), meneliti sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu 1969 – 1996. Penelitian ini menggunakan model ECM dengan 12 variabel, dengan model ekonomi seperti persamaan (2.11). Hasil penelitian ini adalah bahwa selama 1969-1996 terdapat delapan variabel, yakni utang luar negeri pemerintah, utang luar negeri swasta, investasi domestik, ekspor barang, tabungan pemerintah, tabungan swasta, pajak, dan angkatan kerja, yang memberikan dampak positif kepada pertumbuhan ekonomi. Ekspor mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, secara statistik signifikan pada derajat kepercayaan 20 persen. Sementara itu, tiga variabel lainnya (investasi asing, impor barang, dan pengeluaran pemerintah) memberikan dampak negatif kepada pertumbuhan ekonomi.

PE = (Up, Us, Ia, Id, Ek, Im, Tp, Ts, Pj, Pp, Tk ) ... (2.11) Dimana :

PE = tingkat pertumbuhan ekonomi

Up = aliran neto utang luar negeri pemerintah Us = aliran neto utang luar negeri swasta

Ia = investasi swasta asing Id = investasi swasta domestik Ek = ekspor barang Im = impor barang Tp = tabungan pemerintah Ts = tabungan swasta Pj = penerimaan pajak Pp = pengeluaran pemerintah

Tk = tingkat pertumbuhan angkatan kerja.

Dritsaki et. al (2004), melakukan penelitian tentang hubungan antara perdagangan internasional (X), Penanaman Modal Asing (FDI), dan pertumbuhan ekonomi di negara Greece (Yunani) dengan model hubungan ekonominya adalah: GDP = f (X, FDI) ... (2.12) Dengan menggunakan data time seriestahunan dari tahun 1960 sampai 2002, dan menggunakan metode Vector Autoregressive Model (VAR). Pengujian yang dilakukan terhadap model tersebut meliputi : uji akar unit, uji kointegrasi, uji

error correction model (ECM), dan uji Granger causality. Hasil penelitiannya antara lain, dengan menggunakan uji kointegrasi dan ECM, terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antar ketiga variabel tersebut. Tapi peneliti tidak melakukan estimasi dengan metode simultan.

Awokuse (2002) telah melakukan penelitian tentang dampak ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Kanada. Penelitian ini menguji hipotesis tentang Export-led growth (ELG). Penelitian Awakuse menggunakan alat analisis ekonometrik Vector Autoregressive (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Toda dan Yanamoto (1995). Penggunaan alat analisis ini dilandasi oleh pemikiran fungsi produksi total (the Aggregatif production function), sehingga model yang dibuat adalah :

Dimana :

Y = variabel pertumbuhan real GDP K, L = kapital dan labor

X = ekspor

TT = term of trade

Y* = output luar negeri.

Dengan menggunakan enam variabel dan data time series, maka hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan uji Granger Causality antara variabel ekspor dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan timbal balik dan signifikan. Hasil penelitian tersebut ternyata juga menunjukkan hasil bahwa perdagangan luar negeri lebih ditekankan pada peranan ekspor, di samping variabel exchange rate dan impor barang dari luar negeri.

Hachicha (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh perdagangan luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Tunisia. Perdagangan luar negeri diproksi dengan variabel ekspor. Penelitian menggunakan data time series, dan menggunakan analisis dinamis dengan pendekatan error correction model. Pembentukan model analisis didasarkan pada fungsi produksi Cobb-Douglass, dengan menambahkan variabel ekspor ke dalam model sebagai variabel input bersama-sama dengan variabel kapital dan labor, persamaan tersebut adalah :

Y = A Ktb1Ltb2Xtb3exp(Uit) ... (2.14) Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi, terutama didorong oleh ekspor barang-barang industri, dibandingkan dengan tourism. Variabel ekspor sebagai proksi perdagangan luar negeri, berperan posisitip (0.37 persen) terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sinha (1999) melakukan penelitian tentang hubungan antara expor instability, investasi, dan pertumbuhan ekonomi di 9 (sembilan) negera asean.

Dengan menggunakan data time series tahun 1950–1997. Metode analisis menggunakan VAR, yang juga mencakup uji stationer, kointegrasi, dan VECM. Jumlah variabel keseluruhan dalam penelitian adalah empat variabel, yaitu GDP, X Instability yang diukur dengan deviasi ekspor dari rata-rata bergerak lima tahunan, Kapital (K), dan variabel jumlah populasi (L), sehingga model hubungan ekonomi adalah:

GDP = F(K,L,X) ... (2.15) Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa hubungan ekspor dengan pertumbuhan ekonomi memiliki hasil yang berbeda diantara negara-negara tersebut. Untuk negara India, Jepang, Malaysia, Philipina, dan Sri Langka, ternyata antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif. Sedangkan untuk negara Korea, Myanmar, Pakistan, dan Thailand hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi adalah positif. Dari hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa tidak selamanya ekspor memiliki hubungan positip dengan pertumbuhan ekonomi, karena juga tergantung pada kondisi suatu negara.

Siliverstors dan Herzer (2005), dalam kerangka export-led growth, telah meneliti hubungan antara ekspor produksi industri manufaktur, ekspor produk pertambangan, dengan pertumbuhan ekonomi di Chile. Dengan data time series tahunan dan menggunakan pendekatan dengan model teknik kointegrasi Johansen. Pembentukan model yang digunakan adalah berdasarkan fungsi produksi Cobb- Douglass, yaitu :

Tapi karena peneliti ingin mengetahui pengaruh ekspor industri manufaktur dan ekspor pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas, maka produktivitas merupakan fungsi dari eksport industri manufaktur (XIMt), ekspor pertambangan (XPt), barang-barang kapital impor (MCt), dan faktor eksogen (Ct) yang diformulasikan sebagai berikut :

At= f(XIMt,XPt,MCt, Ct) …………..………..……...…… (2.17) Dengan mensubstitusikan persamaan (2.17) ke persamaan (2.16), maka diperoleh persamaan :

Yt= f (Ct,Kt, Lt, XIMt,XPt,MCt) ..…..………..…… (2.18) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industri manufaktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar melalui peningkatan produktivitas, dibandingkan dengan dampak ekspor produksi tambang.

Medina-Smith (2001) melakukan penelitian di Costarica (1950-1997) tentang pengaruh ekspor pada pertumbuhan ekonomi dengan mengadopsi teori produksi Neoklasik, yakni fungsi produksi Cobb-Douglass. Dengan dasar fungsi produksi tersebut peneliti memasukkan variabel ekspor sebagai variable input yang ketiga selain tenaga kerja dan kapital. Dimasukkannya variabel ekspor dalam fungsi produksi tersebut sebagai alternative guna menangkap pengaruh pertumbuhan total factor productivity (TFP) terhadap pertumbuhan output, sehingga model fungsi produksi yang digunakan menjadi dalam penelitiannya menjadi Y = f (K, L, X, M), dimana : Y = Real GDP K = Kapital Sto L = Tenaga Kerja X = Ekspor M =Impor

Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa export-led growth di Costarica masih valid, walaupun pengaruh ekspor relatif lemah, yang ditandai oleh angka secara kuantitatif relative kecil baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Akan tetapi untuk variabel investasi dan penduduk, secara empiris menunjukkan bahwa investasi dan penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Stait (2005), melakukan penelitian tentang ekspor led growth di Mesir (Egypt), dengan menggunakan data time series tahun 1977-2003. Variabel- variabel yang digunakan adalah Real GDP, ekspor, impor, net ekspor, dan kapital. Penelitian bertujuan menguji hipotesis apakah variabel-variabel tersebut terintegrasi, dan apakah ekspor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, serta ingin menguji respon GDP terhadap guncangan variabel-variabel dalam sistem persamaan. Dengan menggunakan metode analisis VAR dan IRF, maka hasil yang diperoleh adalah Ekspor berpengaruh terhadap GDP, tapi tidak sebaliknya, dari analisis IRF diperoleh hasil bahwa GDP memberikan respon positip terhadap perubahan ekspor.

Untuk lebih mudah melihat studi-studi di atas, maka akan disajikan tabel yang merupakan ringkasan, terutama yang terkait dengan pembentukan model dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 5. Ringkasan Studi Terdahulu tentang Ekspor-Led Growth dan Metode serta Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian.

No Peneliti, Tahun

Negara sampel

Penelitian Metode, Variabel Hasil Penelitian 1. Henriques and Sadorsky. (1996). Canada VAR : GDP, Ekspor, TOT. Pertumbuhan Ekonomi menyebabkan peningkatan ekspor. 2. Riezmanat.al ( 1996) 9 Negara Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle east and North Africa)

VECM : GDP, Ekspor manufaktur, Ekspor, Impor -Ekspor berpengaruh terhadap GDP, tetapi pengaruhnya akan menurun, jika variabel Impor di drop dari sistem persamaan -Tidak ada hubungan

yang kuat antara GDP dan Ekspor

Manufaktur,pada negara-negara dengan kontribusi rendah terhadap total Ekspor

3. Ekayanake (1999) Asian Developing Countries : India, Indonesia, Korea, Pakistan, Thailand, Philippines, and Sri Lanka. Real GDP, Real Ekspor, LnRGDP dan LnRE. Pengaruh Ekspor terhadap GDP dalam jangka pendek di semua negara lemah, tapi GDP berpengaruh terhadap Ekspor dalam jangka pendek, dan cukup kuat.

4. Yousif, (1999) Malaysia VECM: GDP, Ekspor, ER, T.Kerja, Kapital.

Ekspor berpengaruh positip pada GDP dalam jangka pendek dan jangka panjang. 5. Sinha (1999) 9 Negara ASIA :

Jepang, Korea, Malaysia, Philipina, Srilangka, Thailand, Myanmar, Pakistan, dan India. VECM: GDP, Ekspor Instabi lity, T.Kerja, Kapital.

Untuk Negara India, Jepang, Malaysia, Philipina, dan Srilangka, hubungan Ekspor dan GDP adalah negatip. Korea , Myanmar, Pakistan, dan Thailand hubungan Ekspor dan GDP adalah positip.

Tabel 5. Lanjutan

No Peneliti, Tahun

Negara sampel Penelitian

Metode, Variabel Hasil Penelitian

6. Anyamele (2000)

Nigeria Two-Stage Least Squares (2SLS) : GDP, T. Kerja, kapital, Ekspor, Pengeluaran pemerintah Ekspor berpengaruh positip dan sangat signifikan terhadap GDP, sama dengan Kapital. Pengel pemerintah signifikan pada 10 persen, T. Kerja tidak signifkan.

7. Doraisami (2001)

Malaysia VECM : Real

GDP, Real ekspor, Real Impor barang- barang konsumsi, Kapital, T. Kerja, dan ER. Terdapat Hubungan positip GDP dan Ekspor dalam jangka pendek dan jangka panjang. Lainya berpengaruh negatip dalam jangka pendek. 8. Medina dan Smith (2001) Costarica VECM : GDP, Kapital, T. Kerja, Ekspor, Impor. Hubungan GDP dan Ekspor positip, tapi lemah, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 9. Mohsin dan Anam (2001) Asean, sampel : Malaysia,Indonesia, Singapura, Philipina, dan Thailand. Kointegrasi, ECM : GDP, T.Kerja,Kapital, Ekspor, Impor, Pengeluaran pemerintah Terdapat Kointegrasi di Negara Singapura, Indonesia, dan Thailand. Ekspor dan GDP memiliki hub. kausalitas diseluruh negara Asean 10. Yusop,et.al

(2001)

Malaysia VECM :

GDP, Investasi, T. Kerja, Ekspor, Impor, dan Nilai Tukar.

Ekspor dan T. Kerja berpengaruh positip, investasi, impor dan nilai tukar berpengaruh negatip.

11 Anoruo dan Ramchander (2002)

5 Negara Asia : India, Indonesia, Korea, Malaysia, dan Philipina. VECM : GDP, ekspor, Uang beredar (M2), dan Nilai tukar .

Di empat negara, Ekspor terbukti berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi, kecuali di Indonesia tidak terbukti. 12 Awokuse (2002) Canada VECM : GDP,

T. Kerja, Kapital, Ekspor, Term of trade, Output Luar Negeri.

Terdapat Hubungan timbal balik ekspor dan GDP, Dalam

Perdagangan Luar Negeri, peranan Ekspor, nilai tukar, dan impor kapital sangat penting.

Tabel 5. Lanjutan No Peneliti, Tahun Negara sampel Penelitian Metode,

Variabel Hasil Penelitian 13. Hachicha (2003) Tunisia VECM : GDP, T.Kerja,Kapital, Ekspor,Ekspor Manufaktur Ekspor berpengaruh positip pada GDP, terutama didorong oleh ekspor industri manufaktur. 14. Dritsaki et.al (2004) Yunani VECM : GDP, ekspor, FDI, Terdapat hubungan kointegrasi dalam jangka panjang antar ketiga variabel. 15. Shirazi dan Manaf (2004) Pakistan` VECM : GDP, Ekspor, Impor. Terdapat Hubungan jangka Panjang antara ketiga variabel tsb tahun 1960-2003.

16. Abou-Stait (2005)

Mesir VAR, IRF :

GDP, Ekspor, Impor, Net Ekspor, Kapital

Ekspor berpengaruh terhadap GDP, tapi tidak sebaliknya.

Dari analisis IRF, DGP memberikan respon positipterhadap perubahan ekspor. 17. Silvester dan Herzer (2005) Chile Kointegrasi : GDP, Kapital, T. Kerja, Ekspor Manu faktur, Pertambangan, impor barang kapital Ekspor manufaktur

Dokumen terkait