• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Studi Review Terdahulu

Dari beberapa literature skripsi yang berada di perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun perpustakaan utama UIN Jakarta penulis menemukan beberapa literature yang sejenis dengan penelitian yang penulis lakukan diantaranya sebagaimana skripsi berikut:

1. Analisa Perbandingan Kerja Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Masyarakat pada PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) Sebelum dan Sesudah Kebijakan Perbankan ditulis oleh Teddy Sumirat Bassar pada tahun 2004. Penelitian ini menganalisi perbandingan kinerja penghimpun dan penyaluran dana masyarakat pada PT Bank Muamalat Indonesia sebelum dan sesudah kebijakan perbankan.

2. Pada tahun 2008, Nuryamah menulis dan meneliti tentang Pengaruh Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyaluran Pembiayaan

pada BTN Syariah, fokus dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan penghimpunan dana pihak ketiga terhadap penyaluran pembiayaan dan mengetahui besarnya pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan. Penelitian ini menggunakan kuantitatif diskriptif dengan teknik pengolahan data regresi sederhana dan korelasi.

3. Pada tahun 2009, Ahmad Azmy menulis skripsi tentang Pengaruh NPL. ROA, DPK, Profit, dam Suku Bunga terhadap Pembiayaan bagi Hasil (Studi kasus Bank Syariah Mandiri. Fokus penelitian adalah menganalisa pengaruh variabel NPL, ROA, DPK, Profit, dan Suku Bunga terhadap pembiayaan bagi hasil (murabahah) di Bank Syariah Mandiri.

Berdasarkan review terhadap studi-studi sebelumnya dimana didapatkan bahwa para peneliti sebelumnya tidak membahas mengenai pengaruh tingkat perkembangan dana pihak ketiga terhadap pemberian pembiayaan musyarakah

pada PT. Bank Syariah Mandiri. Tbk., maka penulis mendapatkan loop hole

10

A. Pengertian Dana Pihak Ketiga

Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank atau pun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.1 Dana yang dimiliki atau yang dikuasai bank tidak berasal dari milik bank sendiri, tapi juga ada dari pihak lain. Dana yang dikuasai bank bersumber dari :

a) Dana modal sendiri, dana yang bersumber dari modal bank sendiri atau berasal dari para pemegang saham. Dana ini disebut dana pihak kedua. b) Dana pinjam dari pihak luar ini disebut dana pihak kedua.

c) Dana dari masyarakat. Dana ini disebut dengan dana pihak ketiga.2

Dana dari pihak luar atau dana dari pihak ketiga adalah dana yang dimiliki bank secara tidak permanen. Dana tersebut yang sewaktu-waktu ditarik kembali. Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari pemilik bank itu sendiri di tambah dengan cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam kembali pada bank baru mencapai 7% dari total aktiva 8%.3 Jadi dana pihak ketiga adalah sejumlah uang yang

1

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank Edisi Kedua, (Jakarta: Bumi Aksara,1997), h. 84

2

Ibid.,h. 87

3

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Refisi, (Jakarta: Alfabeta, 2006), h. 50

dimiliki bank dan berasal dari pihak luar yang menyimpan uangnya. Dengan kata lain uang yang dimiliki bukan milik bank sendiri tapi titipan dari pihak luar. Bank hanya sebatas lembaga yang menghimpun kemudian akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya. Mudah dikarenakan asal dapat memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik lainnya seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Kemudian keuntungan lainnya dana yang tersedia di masyarakat tidak terbatas. Kerugiannya adalah sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri baik untuk biaya bunga maupun biaya promosi.

Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati

pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah: Simpanan Giro, Simpanan Tabungan dan Simpanan Deposito.4

B. Jenis- Jenis Dana Pihak Ketiga

Bank syariah dalam menghimpun dana nasabah menawarkan berbagai macam kemudahan dan jenis simpanan yang dapat dipiih oleh nasabah. Masyarakat dapat menyimpan uangnya dalam bentuk giro, tabungan, atau pun deposito.5

Unsur-unsur dana pihak ketiga atau jenis-jenis dana pihak ketiga adalah sebagai berikut:

a. Simpanan Giro

Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account, di mana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau rekening berarti memiliki sejumlah uang yang disimpan di bank tertentu atau dengan kata lain simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat untuk dititipkan di bank. Dana kemudian dikelola oleh bank dalam bentuk simpanan seperti rekening giro, rekening tabungan dan rekening deposito untuk kemudian diusahakan kembali dengan cara disalurkan ke masyarakat.

4

Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007), ed.1-7, h. 47-48.

5

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.107

Pengertian giro menurut undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah6 Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

Sedangkan giro wadiah adalah7 dana nasabah yang dititipkan di bank. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh bank. Besarnya bonus tidak ditetapkan dimuka tetapi benar-benar merupakan “kebijaksanaan”

bank, sungguh pun demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif.

b. Simpanan Tabungan

Berbeda dengan simpanan giro, simpanan tabungan memiliki ciri khas tersendiri. Jika simpanan giro digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang dalam bertransaksi maka simpanan tabungan digunakan untuk umum dan lebih banyak digunakan oleh perorangan baik pegawai, mahasiswa atau ibu rumah tangga. Kemudian bank dalam menetapkan suku bunga juga berbeda dalam arti rata-rata suku bunga simpanan tabungan lebih tinggi dari jasa giro yang diberikan kepada nasabah. Begitu

6

Kasmir, Manajemen Perbanka, h. 50.

7Syafi’I Antonio, Bank Syariah: analisa kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman

pula metode perhitungan bunga serta berbagai keuntungan lainnya seperti hadiah atau cendera mata.

Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah8 Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yangd isepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Sedangkan tabungan mudharabah adalah9 dana yang disimpan akan dikelola bank untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan bersama.

c. Simpanan Deposito

Sumber dana dari masyarakat luas yang ketiga adalah simpanan deposito dan pemilik deposito disebut deposan. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya, di mana simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan setelah jatuh tempo. Begitu juga dengan suku bunga yang relatif lebih tinggi dari kedua jenis simpanan sebelumnya.

Pengertian Deposito menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 adalah10 simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank.

8

Kasmir, Manajemen Perbankan, h. 57.

Dan Deposito Investasi Mudharabah adalah11 dana yang disimpan nasabah hanya bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama.

C. Penghimpunan Dana

1. Pengertian Penghimpunan Dana

Secara etimologi, penghimpunan dana terdiri dari dua kata yaitu penghimpunan dan dana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penghimpunan berarti proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpunan, pengumpulan dan pengerahan.12 Sedangkan dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan, biaya kesejahteraan, atau bisa juga disebut dengan pemberian hadiah atau derma.13 Dengan demikian, penghimpunan dana merupakan usaha mengumpulkan uang untuk suatu keperluan tertentu demi tercapainya kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah kesejahteraan nasabah.

Produk dana simpanan dibuat untuk nasabah dengan motif sebagai simpanan saja, tanpa memiliki niat untuk memperoleh hasil investasi tertentu.

10

Kasmir, Manajemen Perbankan, h. 63.

11Syafi’i, Bank Syariah: analisa kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman,h. 19.

12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 612

13

Sedangkan produk dan investasi ditujukkan bagi nasabah untuk melakukan kegiatan investasi dengan mengharapkan hasil investasi tertentu.14

2. Fungsi dan Tujuan Penghimpunan Dana

Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat baik skala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Tanpa adanya dana yang cukup, maka operasional bank akan terhambat dan pada akhirnya eksistensi bank akan kehilangan fungsinya.

Bank menghimpun dana dari masyarakat berfungsi untuk penyimpanan harta atau aset yang berharga, pengelolaan investasi dengan baik, pemenuhan kebutuhan cash out bank dalam memberikan pembiayaan, meningkatkan kemampuan likuiditas bank, melakukan perluasan usaha atau ekspansi usaha, penambahan sarana dan prasarana baru serta biaya kegiatan operasional bank.15

Sedangkan tujuan penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank adalah untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang rendah serta mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan cara menjaga agar posisi likuiditas tetap aman.16

14

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Zikrul Hikam, 2003), h. 94

15

Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Pustaka Al-Fabet, 2005), h. 46

16

3. Konsep Produk Penghimpunan Dana

Secara garis besar, bank syari’ah memiliki dua konsep produk dalam

penghimpunan dana yang salah satunya adalah menggunakan prinsip wadi’ah.

Al-Wadi’ah dapat dipahami sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja jika si penitip menghendakinya.17

Aplikasinya dalam produk perbankan, pihak bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan prinsip wadi’ah ini yang dalam bank konvensional dikenal dengan produk giro. Sebagai konsekuensinya, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank. Sebagai imbalannya, pihak penyimpan mendapat jaminan keamanan bagi hartanya itu dan juga fasilitas-fasilitas giro lainnya.

Prinsip-prinsip di atas dikembangkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :18

a. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif.

17PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syari’ah, Paragraf 134

18

Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 108

b. Bank harus membuat aqad pembuatan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan-persyaratan lain yang

disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.

c. Dalam pembukaan rekening ini, pihak bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi. d. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap

berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.

Selain produk wadi’ah, konsep penghimpunan dana dalam bank

syari’ah juga dapat dilakukan melalui prinsip mudharabah. Al-Mudharabah

adalah aqad kerja sama antara dua pihak. Pihak pertama menyediakan modal 100%, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara

mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Jika mengalami kerugian, maka hal ini menjadi tanggungan pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kelalaian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Pola transaksi mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah

diterapkan pada tabungan dan deposito. Sedangkan pada sisi pembiayaan,

mudharabah diterapkan bagi pembiayaan modal kerja. Dengan menempatkan dana pada prinsip mudharabah, pemilik dana tidak mendapatkan bunga

seperti halnya yang berlaku pada bank konvensional, melainkan nisbah bagi keuntungan.

Dalam prakteknya, nisbah untuk tabungan berkisar antara 55 – 56% dari hasil investasi yang dilakukan oleh bank. Pada bank konvensional, angka tersebut kira-kira setara dengan 11 – 12%. Sedangkan dalam sisi pembiayaan, bila seorang pedagang membutuhkan modal, maka dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah.

Penerapan mudharabah dapat berupa tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Hal ini didasarkan pada ketentuan umum sebagai berikut :19

a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian kerugian secara resiko yang ditimbulkan dari penyimpanan dana yang tercantum pada aqad. b. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan

sebagai bukti penyimpanan untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan. c. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakati, namun tidak diperkenankan mengambil saldo negatif.

19Himpunan Ketentuan Perbankan Syari’ah Indonesia Pebruari 2005 – April 2006 Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 Bab II Pasal 5, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syari’ah, 2005), h. 15

d. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila aqad sudah dicantumkan perpanjangan, maka otomatis tidak perlu dibuat aqad baru. e. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan deposito atau tabungan tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.

D. Pengertian Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana/ modal untuk mencampurkan dana/ modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/ modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim pembiayaan syariah. Istilah ini berkonotasi lebih terbatas dari pada istilah syirkah yang lebih umum digunakan dalam fikih Islam (Usmani, 1999).

Syirkah berarti sharing (berbagi) dan di dalam terminology fikih Islam dibagi dalam dua jenis.20

a) Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau Syirkah kepemilikkan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti

20

b) Syirkah al-aqd atau Syirkah ukud atau Syirkah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama atau usaha komersial bersama. Syirkah al-aqd sendiri ada empat (Mazhab Hambali memasukkannya syirkah mudharabah sebagai syirkah al-aqd yang kelima), satu yang disepakati dan tiga yag diperselisihkan.

Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilk dana/ modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan.21 Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/ upah untuk tenaga da keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut..

Proporsi keuntungan di bagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad sesuai dengan proporsi modal yang disertakan (pendapat Imam Malik dan Imam Syafii), atau dapat pula berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan (pendapat Imam Ahmad). Sementara itu, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat berbeda dari proporsi modal pada kondisi normal. Namun demikian, mitra yang memutuskan menjadi sleeping partner, proporsi keuntungannya tidak boleh melebihi proporsi modalnya.

21

E. Proses Musyarakah di Bank Syariah

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau

syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.22

Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikkan (property), peralatan (equitment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/ reputasi (credit worthines) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.23

Musyarakah dalam kenyataannya, perbankan syariah di Indonesia mempraktikkan pembiayaan musyarakah musyarakah yang tidak sama persis

22

A Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 102

23

dengan konsep klasik musyarakah.24 Pada dasarnya praktik musyarakah di Bank Syariah di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Pada setiap permohonan pembiayaan musyarakah baru, bank berketentuan internal diwajibkan untuk menerangkan esensi dari pembiayaan musyarakah serta kondisi penerapannya. Hal yang wajib dijelaskan antara lain meliputi : esensi pembiayaan musyarakah sebagai bentuk kerja sama investasi bank ke nasabah, definisi dan terminologi,

profit sharing atau revenue sharing, keikutsertaan dalam skema penjaminan, terms and conditions dan tata cara perhitungan bagi hasil b. Bank wajib meminta nasabah utntuk mengisi formulir permohonan

pembiayaan musyarakah dan formulir tersebut wajib diinformasikan mengenai;

1) Usaha yang ditawarkan untuk dibiayai 2) Jumlah kebutuhan dana investasi dan 3) Jangka waktu investasi

c. Dalam proses permohonan pembiayaan musyarakah dimaksud, bank wajib melakukan analisis mengenai;

1) Kelengkapan administrasi yang diisyaratkan 2) Aspek hukum

3) Aspek personal

24

4) Aspek usaha yang meliputi pengelolaan (manajemen), produksi, pemasaran, dan keuangan.

d. Bank menyampaikan tanggapan atas permohonan dimaksud sebagai tanda adanya tahapan penawaran dan penerimaan

e. Pada waktu penandatanganan akad antara para nasabah dan bank pada kontrak akad tersebut wajib diinformasikan:

1) Tanggal dan tempat melakukan akad

2) Definisi dan esensi pembiayaan musyarakah

3) Usaha yang dibiayai

4) Posisi para nasabah dan bank adalah sebagai pemilik modal 5) Penentuan pihak yang akan mengelola usaha.

6) Hak dan kewajiban bank dan para pihak/ pengelola 7) Investasi yang ditanamkan di jamin atau tidak

8) Jumlah uang yang akan disetorkan / diinvestasikan oleh para pihak 9) Jangka waktu pembiayaan

10) Pembagian keuntungan adalah sesuai nisbah bagi hasil yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian adalah proporsional sesuai sharing modal masing-masing dan tidak berubah sepanjang jangka waktu investasi yang disepakati.

11) Metode penghitungan: profit sharing atau revenue sharing

13) Rumus penghitungan dan faktor-faktor yang mengurangi nilai pendapatan yang akan dibagi.

14) Contoh perhitungan bagi hasil

15) Tata cara pembayaran baik penarikkan maupun pengembalian dana 16) Kondisi-kondisi tertentu yang akan memengaruhi keberadaan

investasi tersebut (terms and condition) antara lain:

 Biaya pembuatan akad seperti biaya notaries dan pihak yang menanggung

 Biaya operasional menjadi beban modal bersama

 Para pihak dilarang mencairkan dana modal untuk kepentingan sendiri maupun pihak III

 Pengelolaan harus tunduk pada hukum syariah maupun hukum positif yang berlaku

17) Definisi atas kondisi force majeur force majeur yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan bahwa bank tidak akan mengalami kerugian (dirugikan) oleh faktor-faktor yang bersifat spesifik dan 18) Lembaga yang akan berfungsi untuk menyelesaikan persengketaan

antara bank dengan para nasabah apabila terjadi sengketa.

f. Bank dan para pihak wajib menyetorkan dana sebesar nominal yang dituliskan dalam formulir permohonan dimaksud sebagai bukti investasi

tunai bukan utang serta menegaskan jumlah investasi yang sesuai dengan proporsi yang disepakati.

g. Dengan asumsi bank adalah sebagai sleeping partner, maka bank wajib melakukan pengawasan atas pengelolaan usaha dimaksd.

h. Bank wajib meminta pengelola untuk melaporkan angka basis bagi hasil (share base) berdasarkan laporan keuagan yang tervalidasi dengan baik, termasuk didalamnya penentuan komponen-komponen biaya yang mengacu kepada standar yang baku, terutama untuk skema profit and loss sharing, untuk menghindari ketidakpastian dalam kontrak yang berpotensi merugikan salah satu pihak.

i. Bank wajib memiliki standar prosedur untuk menerapkan tindakan yang diambil dalam rangka rescheduling kewajiban yang belum terselesaikan, dalam hal pembiayaan bersifat revenue sharing.

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

purposive sampling method purposive sampling method yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian),1yaitu Bank Syariah Mandiri dianggap bank yang mampu menjaga stabilitas dan memiliki kinerja yang baik.

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif ialah penelitian yang menggunakan data yang berbentuk angka. Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat.2 Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

1

Eti Rochoety, dkk, Metodelogi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), ed. Pertama, h.66

2

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesis yang

Dokumen terkait