• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI SATWA PAN BALANG TAMAK SEBAGAI UPAYA DALAM MENCIPTAKAN REVOLUSI MENTAL ANAK BANGSA. MENCIPTAKAN REVOLUSI MENTAL ANAK BANGSA

6.7 Revolusi Mental Sikap Ceroboh

Sifat ceroboh dimaksudkan dalam tulisan ini adalah suatu sikap mental yang tidak hati-hati atau waspada, tidak cermat, dan tidak kritis. Sikap mental seperti itu ada pada tokoh raja dalam cerita Pan Balang Tamak.

Dalam ceritera Pan Balang Tamak, diceritakanlah bahwa ketika raja mendapat laporan dari jero bendesa, raja mempervayai begitu saja laporan itu. Raja tidak berfikir,

apakah laporan jero bendesa itu benar atau salah. Pada saat itu raja langsung memerintahkan jero bendesa membunuh Pan Balang Tamak. Pembunuhan harus dilakukan dengan cara tersembunyi, yaitu dengan cara meracuni Pan Balang Tamak. Untuk itu diperintahkanlah seseorang untuk mencarikannya racun yang sangat ampuh/manjur.

Di sisi lain, Pan Balang Tamak telah mengetahui dirinya akan diracun. Itulah sebabnya ia berpesan kepada istrinya, bila ia nanti mati, agar mayatnya jangan buru-buru dikubur. Pesannya berbunyi:

“Istriku, aku dengar kabar bahwa raja sangat marah dan akan meracuniku. Bila seandainya nanti aku mati, tolong mayatku diatur seperti sikap orang meditasi. Carikanlah beberapa ekor kumbang, lalu masukkan kumbang itu ke dalam sibuh (tempurung kelapa yang bagian atasnya sudah dilubangi). Tutuplah sibuh itu agar kumbangnya tidak bisa terbang dan masih tinggal di dalamnya. Kumbang itu pastilah akan bersuara did ala sibuh karena ingin ke luar. Mayatku itu pasti akan ada yang mengintipnya dan mereka menduga bahwa aku masih hidup dan sedang bermeditasi/bermentra. Setelah itu pengintip mayatku pasti akan melaporkan kepada raja bahwa aku masih hidup dan sedang bermentra. Bila kamu mendengar kabar bahwa raja sudah meninggal, maka buru-buru buat air panas lalu mandikan mayatku dengan air panas itu. Hal itu akan menyebabkan mayatku menjadi lemas dan mudah diluruskan untuk diatur. Taruhlah mayatkua di dalam peti. Taruhlah peti itu di kamar yang biasa kita pakai tempat menyimpan kekayaan kita. Barang-barang kekayaan kita semua, bawa dan taruhlah di tempat tidur. Susunlah barang-barang itu agar menyerupai mayatku, lalu tutuplah dengan kain. Di sana kamu harus menangisi kekayaan kita. Pastilah orang-orang akan menduga bahwa kamu sedang bersedih dan menangisi mayatku. Mayatku yang ada di dalam peti pasti akan dikira barang-barang kekayaan kita, dan itu akan dicuri oleh para pencuri. Untuk itu jangan kamu hiraukan mayatku yang dicuri itu. Kuharap kau jangan bersedih atas kematiankua, istriku!”.

Dugaan Pan Balang Tamak ternyata benar. Tidak berselang beberapa lama ia pun meninggal terkena racun. Setelah ia meninggal, mayatnya diatur oleh istrinya, dibuat mirip menyerupai orang yang sedang duduk berdoa. Dengungan sura kumbang yang ada di dalam tempurung kelapa, dikira doa-doa/mentra-mentra yang sedang

diucapkan. Hal itu dilihat oleh mata-mata raja. Mata-mata itu langsung melaporkan hal yang dilihatnya itu kepada raja. Mereka melaporkan bahwa Pan Balang Tamak dijumpainya sedang berdoa/sembahyang.

Mendengar laporan para mata-mata (telik tanem) seperti itu maka raja berfikir dan menduga bahwa dirinya telah ditipu oleh pemberi racun (cetik). Raja mengira bahwa, pasti bukan racunlah yang diberikan itu. Raja juga marah kepada jero bendesa yang dikiranya membohonginya. Raja lalu menyuruh patihnya untuk membunuh jero bendesa dan si pemberi racun. Jero bendesa dan pemilik racunpun mati terbunuh saat itu.

Kebetulan pada waktu itu, racun yang digunakan untuk meracuni Pan Balang Tamak masih ada sisanya dan sisa itu disimpan oleh raja. Raja lalu mengeluarkan sisa racun itu. Sisa racun yang dikira tidak ampuh itu lalu dijilat oleh raja untuk memastikan apakah benda itu benar-benar racun atau bukan. Karena racun itu adalah racun yang memang sangat ampuh, maka setelah dijilatinya, seketika itu pula wafatlah sang raja tanpa bisa diberi pertolongan. Setelah raja wafat maga gegerlah seluruh kerajaan mendengar berita kematian sang raja. Kematian raja itu menandakan bahwa raja sangat ceroboh. Sikap ceroboh itulah yang menyebabkan kematiannya.

Bertolak dari ceritera di atas, dapat dikatakan bahwa, raja memiliki sikap yang sangat ceroboh. Kecerobohan itu membuat orang lain seperti jero bendesa dan pemilik racun mati tanpa alasan. Kecerobohan itu pula yang menyebabkan sebuah petaka pada diri sang raja sehingga ia mengalami kematian. Jadi kecerobohan bisa menyebabkan kehancuran dan bahkan kematian. Kematian yang disebabkan oleh kecerobohan diri

sendiri dalam pandangan orang Bali disebut dengan kematian yang sangat nista (salah pati). Keadaan seperti itu tentu saja tidak diinginkan oleh masyarakat manapun juga. Tokoh raja yang wafat karena sifat kecerobohannya dalam cerita Pan Balang Tamak seperti memberi petunjuk atau infirasi kepada masyarakat (pembaca) agar jangan pernah memiliki sifat ceroboh seperti yang dimiliki sang raja. Sifat seperti itu patut dibuang jauh-jauh. Manusia dalam seluruh hidupnya haruslah selalu waspada, kritis dan mawas diri. Sifat ceroboh merupakan pertanda kebodohan. Sifat seperti itu harus direvolusi demi kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6.8 Rangkuman

Ceritera Pan Balang Tamak merupakan ceritera yang memberi isfirasi dan motivasi (pembaca) untuk merevolusi sikap mental yang kurang baik. Sikap mental penguasa yang arogan, ingin memperkaya diri dengan jalan tidak halal, membuat aturan tanpa berdasarkan musyawarah mufakat, membuat aturan yang bertujuan mencelakakan orang lain dengan mencari kelemahannya, sangat perlu dirubah dan dihilangkan. Begitu pula dengan sifat malas, tidak mempunyai rasa kebersamaan, gotong royong, sikap menentang, juga perlu direvolusi. Lebih-lebih lagi sikap mental yang ceroboh yang mau memaksakan kehendaknya kepada orang lain sangat perlu dirubah bahkan direvolusi. Sebab sikap mental semacam itu merupakan cerminan kebodohan, kelalaian yang pada akhirnya membawa kehancuran, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, bangsa, dan Negara.

Dokumen terkait