• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revolusi Timur-Tengah

Dalam dokumen BAB I V pdf 1 (Halaman 44-73)

Revolusi merupakan suatu perubahan mendasar dalam kelembagaan dan prinsip politik, ekonomi atau sosial suatu negara disebabkan oleh penggulingan pemerintah yang sah. Revolusi biasanya mencakup pemberontakan rakyat serta pemakaian kekerasan terhadap elite pemerintah. Jika berhasil, pemimpin revolusi akan mengambil alih kekuasaan pemerintah dan kemudian menerapkan perubahan mendasar sesuai dengan tujuan revolusi. 46

Pada penghujung 2010 hingga tahun 2011, kawasan di Afrika utara dan Timur-Tengah mengalami pergolakan politik yang dikenal dengan “Jasmine Revolution” (Revolusi Melati). Suatu revolusi yang bertujuan untuk

45

. Badan pengakjian dan pengembangan kebijakan. Op.cit Hal. 23-24 46

. C.Plano jack.Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Putra A bardin. Bandung loc.cit Hal. 164

menumbangkan penguasa mereka yang dimulai dari Tunisia menyusul Mesir, Aljazair, Yaman, Bahrain, Libya dan negara-negara lainnya.47

Masyarakat Timur-Tengah menuntut perubahan pemerintahan dalam sistem politik, perubahan kebijakan ekonomi dan sosial yang pro rakyat. Mereka mendesak adanya sistem politik yang demokratis, kebijakan ekonomi dan sosial yang mendukung pemenuhan kebutuhan hidup. Pemimpin negara di Timur- Tengah telah berkuasa mulai dari 30 tahun sampai 40 tahun dan dinilai sudah tidak mampu melakukan perubahan untuk menjawab tuntutan rakyat dan tidak mampu menjalankan pemerintahan yang efektif untuk mengatasi meluasnya pengangguran serta kemiskinan.

Berbagai cara dilakukan oleh rakyat negara-negara Timur-Tengah dan Afrika utara untuk mendesak perubahan demokratis dan menuntut pemimpin mereka yang tidak mampu untuk lengser secara ikhlas guna kepentingan bangsa dan negara. Mesir adalah negara tetangganya yang bernasib sama, masih hangat di telinga kita revolusi ini akhirnya mampu menumbangkan rezim otoriter presiden Hosni Mubarak. Layaknya kartu domino yang terus berjatuhan tidak hanya sampai di Mesir revolusi ini terus menjalar. Yaman pun terjadi pergolakan yang sama dengan menuntut mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh. Tidak ketinggalan juga Aljazair Presiden Abdelaziz Bouteflika.48

47

.Tamburaka Apriadi. 2011. Loc.cit.Hal. 9 48

.http://inspirasionline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=173:belaj

ar-dari-revolusi-melati-yang-mengharumkan-dunia&catid=86:opini&Itemid=270 di akses pada tanggal 1.3.2012. Jam. 13.00

Gelombang revolusi memang terus menjalar di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika. Dimana sekarang ini mungkin waktu yang tepat untuk melakukan perubahan di negara mereka. Sebetulnya tak ada asap jika tak ada api, maka adanya api inilah yang membuat terjadinya kepulan asap dimana-mana. Negara-negara yang bergejolak tersebut ibaratnya merupakan sebuah “Tangkai” yang berada satu di Afrika utara dan kawasan Timur-Tengah, satu persatu kuncup

itu mulai bermekaran mengeluarkan “baunya yang harum” yaitu peristiwa-

peristiwa yang memicu terjadinya revolusi.

1.Penyebab Revolusi

Awaltahun 2011, beberapa Negara Arab dilanda revolusi. Awalnya terjadi di Tunisia yang merembet ke negara lain seperti Mesir. Alhasil, perubahan kekuasaan pun terjadi di kedua negara tersebut. Mantan Presiden Zine El Abidine Ben Ali terpaksa menyerahkan kekuasaannya pada 15 Januari lalu saat desakan rakyat Tunisia tidak berhasil dia bendung. Lengsernya Ben Ali ini dipicu oleh kejadian kecil yang pada akhirnya membawa perubahan besar di Tunisia. Awalnya fenomena bakar diri yang dilakukan pertama kali oleh pemuda yang bernama Muhammed Bouzizi terbebut di usir dan dianggap tidak memiliki izin oleh pihak keamanan untuk berjualan ditempat biasanya dia berjualan. Padahal Bouzizi sendiri telah berjualan sekitar tujuh tahun.

Saat dia di usir oleh petugas keamanan setempat pada tanggal 17 desember 2010. Bouzizi telah memberikan uang sebesar 10 dinar dan ditambah lagi sekitar 7 dolar. Namun, dia hanya dapat tamparan dan perlakuan tidak pantas, di ludahi

bahkan sampai ayahnya yang sudah meninggal pun dihina. Tidak terima atas perlakuan seperti itu, Bounzizi ingin melaporkan kepihak propoinsi. Namun, pejabat terkait enggan bertemu, dan akhirnya Bounzizi mengambil langkah sendiri dengan menuangkan minyak keseluruh tubuhnya dan membakar dirinya sendiri. Kejadian inilah yang membuat revolusi memanas di Tunisia, hingga akhirnya berhasil membuat pemimpin diktator itu lengser, Peristiwa itu pun menyulut kemarahan rakyat yang melihat masih banyaknya pengangguran, di saat Ben Ali dan keluarganya hidup bermewah-mewahan. 49

Sontak gelombang protes menentang kematian warga itu dan menilai kegagalan Pemerintahan Ben Ali pun mulai berkecamuk. Aksi protes pun berlangs]ung di beberapa kota termasuk Tunisia. Berkuasa selama 23 tahun, Ben Ali di mata rakyat Tunisia dianggap hanya sibuk memperkaya diri. Ketimpangan ekonomi yang dirasakan rakyat Tunisia menjadi sebab pecahnya protes. Namun Ben Ali justru bertindak represif terhadap rakyat. Desakan rakyat Tunisia yang menginginkan dirinya turun dari kursi presiden, tidak pernah digubris saat itu. Bahkan imbauan dunia internasional pun tidak diindahkannya, Bentrokan antara pihak keamanan dan kelompok pengunjuk rasa pun tak terhindarkan.

Ketika rezim Tunisia di bawah Zine El Abidine Ben Ali menghadapi revolusi kini Mesir, di bawah rezim Hosni Mubarak menghadapi arus yang sama ketika Revolusi Tunisia menyampaikan pesan pada rakyat Mesir: “Kekuasaan lama dapat digulingkan”. Di Mesir, aksi puluhan ribu massa yang berpusat di

49

. http://news.okezone.com/read/2011/12/26/349/547503/tragedi-tunisia-mesir-tonggak- revolusi-timur-tengah di akses pada tanggal 9.2.2012 Jam 09.00

Tahrir Squere, Kairo, disatukan oleh satu perasaan untuk Hosni Mubarak turun. Kekecewaan rakyat Mesir atas perilaku Mubarak yang korup, otoriter, oligarkis, dan antidemokrasi menjadi pemicu utama kemarahan rakyat negeri Piramid itu.

Di bawah kekuasaan Mubarak, ekonomi rakyat Mesir kian jauh dari sejahtera. Ketika rezim Mubarak dan para elite militer berpesta pora di singgasana kekuasaan, rakyat Mesir semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup, akibat tingginya angka pengangguran, maraknya kemiskinan, dan terus melambungnya harga kebutuhan pokok. Angka kemiskinan dan pengangguran yang terus menyebar tak lagi dipahami rezim Mubarak sebagai bentuk kegagalan negara dalam menciptakan kesejahteraan yang nyata bagi rakyat Mesir. Di sektor politik dan ketatanegaraan, penyalahgunaan kekuasaan berlangsung kian parah dengan maraknya perilaku korup yang terus dipertontonkan rezim Mubarak.50

Mengacu pada hukum sebab-akibat, revolusi melati di kawasan Timur- Tengah ada bukan tanpa sebab, dikarenakan suatu peristiwa pasti dimulai dari suatu alasan untuk melakukannya, demikian pula rakyat yang melakukan revolusi memiliki alasan untuk menumbangkan penguasa mereka. Gerakan revolusi yang terjadi di Timur-Tengah ada beberapa hal yang menyebabkan mereka melakukan revolusi, yaitu sebagai berikut :51

Pertama rakyat di kawasan Timur-Tengah memiliki kultur budaya yang hampir sama, yaitu bangsa Arab dan didominasi oleh kaum muslimin yang dulunya memiliki kejayaan di masa lampau, sehingga meski terpecah-pecah

50

.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Mesir+di+Bawah+Rezim+Mub arak&dn=20110208025559 di akses pada tanggal 24.2.2012. Jam. 12.00

51

dalam beberapa negara namun mereka merasa senasib dan sepenanggungan. Sebagai contoh Revolusi Tunisia yang berhasil menumbangkan Presiden Ben Ali dan berimbas juga kepada Negara Mesir yang di pimpin presiden Hosni Mubarak yang berhasil ditumbangkan.

Kedua, mereka sama-sama merasakan pahitnya penjajahan koloanialisme selama beberapa dekade meskipun pewaris selanjutnya adalah kaum generasi muda. namun, mereka juga merasakan penderitaan yang diwariskan pendahulu di masa lampau dan menyebabkan keterbelakangan mereka dalam segala hal. Contohnya Tunisia dan Aljazair pernah dijajah oleh negara Prancis, dan Mesir oleh negara Inggris. Ketiga, pasca-kemerdekaan dari kolonialisme mereka belum mengecap kemerdekaan dalam arti sebenarnya, baik ekonomi dan politik termaksud merasakan “manisnya” arti sebuah demokrasi. Justru para penguasa menjadi dikatator dan ototarian.

Kondisi kemiskinan, pengangguran yang dirasakan sejak zaman kolonialisme hingga sekarang masih dialami, padahal kawasan kawasan Timur- Tengah memiliki sumber daya alam minyak. Sementara negara-negara tetangga mereka di kawasan Eropa telah menikmati kemakmuran di abad ke 20. Kekayaan alam memang dikelola oleh negara, namun dikuasai oleh segelintir orang yang berupa perusahaan dan badan usaha, sehingga kekayaan itu hanya menumpuk pada penguasa dan orang-orang yang dekat dengannya. Para kaum muda terpelajar lulusan perguruan tinggi tidak bisa menggunakan ijazahnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Contohnya, Mohamad Bouazid yang memiliki keterampilan komputer, namun hanya bisa bekerja sebagai penjual buah,

kondisinya merupakan keterwakilan dari kegagalan kaum muda di negara-negara Timur-Tengah yang frustasi akan masa depan.

Faktor lain dalam sebab revolusi di Timur-Tengah yakni 52 Faktor diktator Ini dilihat dari berapa lama para pemimpin di Timur-Tengah memimpin negara masing-masing pertama Pemimpin Mesir Hosni Mubarak yang memimpin Mesir lebih dari 30 tahun, Pemimpin Tunisia Ben Ali memimpin Tunisia lebih dari 24 tahun dan Pemimpin Libya Moammar Khadafi selama lebih dari 42 tahun. Faktor yang kedua ialah faktor angka pengangguran Saat revolusi Tunisia meletus di bulan Januari lalu, faktor yang dianggap sebagai pemicu penyebab terjadinya revolusi adalah tingginya tingkat pengangguran di negara tersebut. Dan ini masuk akal. Tukang buah yang membakar diri tersebut konon adalah seorang yang berpendidikan sarjana akan tetapi terpaksa menjadi tukang buah karena sulitnya memperoleh pekerjaan di Tunisia.

Faktor selanjutnya ialah Dorongan kaum muda adanya dorongan dari kaum urban yang rata-rata berusia muda (20-25 tahun), mnggunakan sosial media sebagai wadah pergerakan. Aroma ini sangat pekat terasa saat revolusi meletus di Tunisia maupun di Mesir. Di Tunisia misalnya, para aktifis yang mendorong gerakan revolusi banyak menggunakan twitter dan Facebook. Seorang blogger yang juga seorang aktifis sempat menjadi menteri di pemerintahan transisi Tunsia. Goheim salah satu eksekutifnya Google banyak disebut-sebut sebagai orang yang paling berperanan mendorong gerakan revolusi di Mesir. Meskipun internet

52

.http://politik.kompasiana.com/2011/03/03/apa-penyebab-revolusi-di-timur-tengah- sebenarnya/ di akses pada tanggal 10.2.2012 Jam 22.00

sempat di blokir, gerakan ini terlanjur mengakar dan terus berkembang hingga menumbangkan kekuasaan Hosni Mubarak. Di Libya, gerakan aktifis di sosial media untuk meruntuhkan Qadaffi di nisbikan dengan menutup bukan hanya internet tetapi satelit.

Namun, seperti banyak terjadi dalam sejarah, gerakan pemuda hampir mustahil untuk bisa dibendung, kaum muda tersebut terhubung melalui jejaring sosial di internet sehingga keprihatinan mereka dengan mudah menyebar dan ikut dirasakan rakyat di negara-negara lain, terutama di kawasan yang memiliki kesamaan identitas sebagai negara Arab dan persoalan sosial ekonomi. Penyebaran informasi yang bersifat real-time di dunia maya memberi ruang bagi mereka untuk memberikan dukungannya dan pada akhirnya mendorong mereka untuk menuntut perubahan dan demokrasi.53

Gerakan dahsyat di Libya justru terjadi di jalanan-jalanan ibu kota. Dimanapun medannya sosial media maupun di jalanan, faktor dorongan kaum muda ini sangat signifikan dan jelas terlihat. Faktor selanjutnya ialah pendapatan perkapita Faktor yang tak kalah pentingnya adalah yang berkaitan dengan moneter. Meskipun mungkin pengaruhnya tidak sebesar faktor-faktor sebelumnya, pendapatan perkapita dan prosentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan rasanya juga cukup berpengaruh atas revolusi yang terjadi di Timur-tengah tersebut.

53

. A.M.Fachir.2011.Jurnal luar negeri.Gerakan Rakyat Untuk Perubahan:Pembelajaran dari Timur-Tengah.Jakarta:BPKP.Hal. 21

2.Tujuan Revolusi

Hingga kini Kawasan Timur-Tengah masih terus bergejolak, dimulai Tunisia, Mesir, Libya, Aljazair, Bahrain, Yaman, dan Suriah sebagian negara ada yang sudah jatuh rezimnya dan sebagian lainnya sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengakhiri rezim diktatornya, dan bukan tak mungkin pula revolusi ini akan menjalar kesaantero kawasan Timur-Tengah dan bukan tak mungkin pula Saudi Arabia. Suriah yang tadinya damai dan tentram kini hampir setiap hari selalu terdengar ada massa yang turun kejalan menuntut rezim yang sedang berkuasa, untuk segera turun jika tak mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyatnya, ribuan nyawa rakyat Suriah sudah banyak berjatuhan untuk mewujudkan reformasi ini.

Gerakan rakyat di Timur-Tengah yang menuntut terciptanya demokrasi merupakan bentuk ketidakpuasaan mereka atas pemerintah yang dinilai korup, otoriter dan menyebabkan termajinalkannya kehidupan rakyat baik di bidang politik, sosial dan ekonomi, apa yang dilakukan oleh rakyat di Timur-Tengah mempresentasikan gerakan people power sebagai strategi untuk mendorong perubahan sosial, politik dan terciptanya demokrasi. Gerakan tersebut bersifat damai, dilakukan oleh rakyat dengan kaum terpelajar dan pemuda sebagai motornya. Secara umum, negara-negara di kawasan Timur-Tengah memiliki permasalahan ekonomi dan sosial yang mirip, antara lain tingginya angka pengangguran, belum meratanya tingkat kesehjateraan dan pendidikan serta terbatasnya kebebasan menyatakan pendapat. Disisi lain, secara demografis

mayoritas penduduk di negara-negara Timur-Tengah adalah kaum muda, sehingga kebutuhan terhadap lapangan kerja sangat signifikan, meski umumnya memiliki tingkat pendidikan yang cukup, namun banyak dari mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan yang tetap. Kaum muda dan terpelajar inilah yang paling lantang menyuarakan keprihatinan mereka terhadap situasi sosial ekonomi, serta menuntut perubahan oleh pemerintah.54

Proses demokratisasi di Timur-Tengah mengarah pada tuntutan perubahan sistem pemerintahan. Rakyat menghendaki sistem yang lebih egaliter dan aspiratif. Untuk itu, sasaran utama pergerakan mereka adalah pergantian pemimpin dan melakukan pemilihan umum yang jujur dan adil. Rakyat menuntut kebebasan berpendapat dan berserikat serta mendapatkan akses terhadap informasi. Perubahan sosial yang terjadi kini menandakan bahwa umur politik para pemimpin sudah habis, walaupun umur biologis mereka masih panjang, wajar apabila banyak pemimpin dunia kini khawatir akan posisi mereka dan melakukan banyak cara dan upaya untuk mengamankan kedudukan mereka.55

Ibnu Taymiyah menyebut dalam siyasah syariyah bahwa sebuah pemerintahan sesungguhnya terbentuk dan menjadi legetimid karena pemimpinnya dipercaya mampu melakukan dua hal, pertama harus mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya, dan kedua juga harus mampu

54

A.M.Fachir.2011.Jurnal luar negeri.Gerakan Rakyat Untuk Perubahan:Pembelajaran dari Timur-Tengah.Jakarta:BPKP.Hal. 21

55

.Amany Lubis.2011.Jurnal Luar Negeri.Perubahan Sosial-Politik di Timur- Tengah.Jakarta: BPKP.Hal.45

menciptakan rasa keadilan bagi semua warga tanpa padang bulu 56. Jika penguasa tak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi rakyatnya, pengangguran terus meningkat, gizi buruk warganya terlihat nyata ditengah bergelimangnya sumber daya alam dalam negeri dan bermewahnya para pemimpin, maka seharusnya secara jantan pemerintah meletakkan jabatan, sebab jika tidak mau turun juga atau kekuasaan tak mau ia letakkan maka kata revolusi adalah sebuah keharusan yang harus dilaksanakan. Terkadang rakyat Timur- Tengah sudah tak ingin lagi tertipu dengan islam yang hanya formalitas namun esensinya hilang dan tak berbekas, secara teks formalitas hukum islam namun esensinya sangat jauh dari keadilan dan kesejahteraan.

Karenanya sistem demokrasi mungkin pilihan yang akan diambil negara- negara Timur-Tengah untuk mewujudkan dua tujuan politik islam ini, mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. Keadilan yang terus dilupakan, hukum seolah hanya berpihak untuk orang kaya sementara si miskin terus dizalimi dan diinjak, kekuasaan hanya terbatas hanya pada segelintir orang saja tanpa melihat kemampuan dan kapasitasnya maka revolusi segera akan tiba. Karena pada hakikatnya tersebut, terlibat dalam pemerintahan serta politik karena ingin terbentuknya kesejahteraan dan keadilan, jika dua hal ini tak terwujud maka sekali lagi rakyat akan marah dan bergerak memprotes menuntut pemerintah yang jika tak sanggup untuk meletakkan pemerintahannya dan memberikan kepada yang mampu untuk mewujudkan kesejateraan dan keadilan. Jika pemimpin Timur-

56

http://www.islamedia.web.id/2011/09/refleksi-revolusi-timur-tengah.html di akses pada tanggal 14.2.2012. Jam 13.00

Tengah tak berkenan revolusi ini terus menjalar maka jawabannya sangat sederhana, segera wujudkan kesejahteraan dan tegakkan keadilan tanpa pandang bulu, jika dua hal ini tak mampu diwujudkan maka sekuat apapun partai politik yang mendukungnya, kekuatan rakyat akan melawannya.

Kepercayaan terhadap sebuah institusi memiliki makna yang strategis bagi kebelangsungan dan kelancaran proses transisi. Dalam kasus Mesir, institusi yang dipercaya tersebut adalah Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir (Supreme Council of the Armed Forces – SCAF ), meskipun lembaga ini sebelumnya dipimpin langsung oleh Presiden Mubarak sebagai Panglia Tertinggi Angkatan Bersenjata. Sejak awal, bahkan sebelum proses Revolusi 2011 bergulir, Angkatan Bersenjata Mesir memang sudah memiliki reputasi yang lebih baik di mata publik daripada lembaga kepolisian (keamanan). AB Mesir dipersepsikan sebagai lembaga profesional yang mengedepankan keselamatan negara, sedangkan lembaga kepolisian pada era Presiden Mubarak lekat dengan citra “abdi

penguasa” yang penuh dengan praktik korupsi dan kekerasan terhadap warga

secara sistemik. 57

Penunjukan SCAF sebagai penguasa sementara (carateker) segera mendapatkan penerimaan yang luas dari rakyat. Fenomena ini tidak aneh jika memperhatikan latar belakang reputasi SCAF. Terlebih lagi, reputasi dimaksud tetap dijaga oleh Angkatan Bersenjata (AB) Mesir dengan mengambil posisi dan sikap yang sangat persuasif dan simpatik terhadap para demosntran selama

57

. A.M.Fachir.2011.Jurnal luar negeri.Gerakan Rakyat Untuk Perubahan:Pembelajaran dari Timur-Tengah.Jakarta:BPKP.Hal.17

gerakan revolusi 25 Januari 2011 berlangsung. Keharmonisan tentara-rakyat setidaknya masih dielukan oleh warga secara umum meskipun dalam proses transisi Mesir sejauh ini keharmonisan tersebut sempat mengalami sejumlah ujian dan tantangan.58

Bermodalkan kepercayaan rakyat, SCAF dalam pernyataan penerimaan peralihan kekuasaan dari presiden Muabrak (11 Februari 2011) menegaskan komitmennya untuk mengantarkan proses transisi politik dan kekuasaan di Mesir kepada terbentuknya sebuah pemerintahan sipil yang demokratis sesuai dengan amanat revolusi. Setelah itu, SCAF merancang sejumlah kebijakan dan tahapan bagi proses transisi dengan menunjukkan pendekatan yang akomodatif terhadap berbagai aspirasi yang berkembang, termaksud melalui proses dialog dan konsultasi dengan berbagai elemen politik dan masyarakat.

Hanya berselang dua hari sejak menerima kekuasaan dari presiden Mubarak, SCAF mengeluarkan Deklarasi Konstitusional (I ) yang memuat beberapa hal berikut:

a. Pembekuan konstitusi Mesir

b. Pembubaran dua lembaga parlemen (Majelis Shaab dan Majelis Shoura) c. Penegasan sifat sementara kekuasaan SCAF selama enam bulan atau

hingga pelaksanaan pemilu parlemen dan pemilu presiden d. Keputusan untuk mempertahankan kabinet PM Ahmed Shafiq e. Keputusan untuk membentuk komite amandemen konstitusi, dan

58

f. Komitmen untuk tetap menghormati perjanjian internasional yang mengikat Mesir. Deklarasi konstitusional pertama ini kemudian menjadi landasan bagi penetapan sejumlah langkah/tahapan berikutnya. 59

Langkah/tahapan penting yang telah dilakukan SCAF hingga sejauh ini mencakup hal-hal berikut:

a. Pembentukan komite Amandemen Konstitusi pada 14 Februari 2011 b. Pembentukan kabinet baru, dengan mengangkat Essam Sharaf (Tokoh

Revolusi) sebagai perdana menteri, menggantikan Ahmed Shafik yang mengundurkan diri pada 3 maret 2011.

c. Pembubaran State Security Agency pada 15 Maret 2011

d. Referendum Amandemen Konstitus, 19 Maret 2011, yang dimenangkan oleh suara yang setuju (77,2%)

e. Pengesahan revisi UU parta politik 28 Maret 2011, yang melonggarkan syarat dan mekanisme perizinan pendirian partai politik

f. Deklarasi konstitusional II, 30 Maret;dan

g. Pembubaran mantan partai penguasa, National Democratic party (NDP), melalui keputusan pengadilan Tinggi Administrasi, 16 April 2011

Deklarasi konstutusional II merupakan pemantapan dari deklarasi

konstutusioanal I. Deklarasi kedua menjadi semacam “Konstitusi Interim” yang

memuat 63 pasal, termaksud pasal-pasal yang diamandemen melalui referendum, dan mengatur berbagai aspek ketatanegaraan Mesir serta kekuasaan transisional

59

SCAF hingga pelaksanaan pemiu Legislatif dan pemilu presiden. Pokok-pokok amandemen yang tercakup dalam konstitusi interim ini, sesuai hasil referendum, a.I. pelonggaran mekanisme pencalonan presiden, pembatasan masa jabatan presiden (maksimal 2 periode berturut-turut), pengembalian fungsi supervisi penuh lembaga peradilan terhadap pelaksanaan pemilu/referendum untuk menjamin asas bebas/jurdil, pembatasan pemberlakuan keadaan darurat (6 bulan dan selanjutnya harus melalui referendum), dan pengaturan mekanisme penyusunan konstitusi baru oleh lembaga legislatif mendatang.60 Setelah mundurnya Mubarak, Mesir hingga saat ini tengah menjalani masa transisi pemerintahan dan mencari bentuk sistem politik yang baru. Berbagai pihak mengharapkan sistem politik yang demokratis. Baik kekuatan politik liberal/sekular maupun kekuatan politik berbasis agama kini mendapatkan ruang gerak yang jauh lebih luas. Hingga akhir Agustus 2011, setidaknya pemerintahan transisi telah mengesahkan sebanyak 19 partai politik.61

Sebagai negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia, Mesir menjadi salah satu sahabat Indonesia dalam kancah diplomatik internasional. Mesir yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 18 November 1946, menjadi bukti kedua negara memiliki hubungan emosional yang kuat serta berpandangan sama tentang hakikat kemerdekaan. Mesir bagi Indonesia sangat penting karena memiliki hubungan historis yang panjang, terutama tercatat dalam sejarah sebagai negara pertama mengakui kemerdekaan Republik Indonesia.

60

.Ibid hal.19 61

. http://www.kemlu.go.id/cairo/Pages/AboutUs.aspx?IDP=4&l=id di akses pada tanggal 10.4.2012.Jam.19.00

Indonesia dan Mesir membuka hubungan diplomatik secara resmi pada tanggal 10 Juni 1947 melalui penandatanganan Perjanjian Persahabatan (Treaty of Friendship and Cordiality) kemudian dilanjutkan dengan pembukaan perwakilan RI di Cairo pada 1949.62

Sejak menjalin hubungan diplomatik, kedua negara senantiasa menjaga hubungan yang baik dan erat secara politis. Hubungan yang baik dan akrab

Dalam dokumen BAB I V pdf 1 (Halaman 44-73)

Dokumen terkait