• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I V pdf 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I V pdf 1"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah

Timut-Tengah merupakan kawasan yang sejak lama menjadi kawasan terpenting di dunia. Hal ini dikarenakan posisi geografis kawasan tersebut yang memiliki arti strategis dimana letaknya berada pada pertemuan benua Eropa, Asia dan Afrika, negara-negara yang berada pada kawasan Timur-Tengah secara umum kondisi sosial politiknya terhubung satu sama lain. Kawasan Timur-Tengah memang selalu menarik perhatian bagi masyarakat Indonesia. Pergolakan yang tidak henti-hentinya makin menjadi perhatian sekaligus keprihatinan bangsa Indonesia. Salah satu faktor penyebab tingginya perhatian pada kawasan itu, adalah adanya kedekatan emosional (keagamaan) antara bangsa Indonesia dan Negara-negara di Timur-Tengah. Selain itu, masyarakat Indonesia umumnya mempunyai cukup pengetahuan mengenai kawasan Timur-Tengah.

(2)

Pada akhir tahun 2010 hingga awal 2011, kawasan Timur-Tengah mengalami pergolakan politik berupa Revolusi, yang bertujuan untuk menumbangkan penguasa otoriter di negara-negara kawasan Timur-Tengah, yang dimulai dari Tunisia menyusul Mesir, Aljazair, Yaman, Bahrain, Libya dan negara-negara yang berada di Timur-Tengah. Namun, baru tiga pemimpin negara yang harus meninggalkan jabatannya, yakni mantan Presiden Tunisia Zine Abidin Ben Ali, mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak, dan mantan Presiden Libya Moammar Khadafi. Sedangkan pemimpin negara lainnya belum dipastikan, karena negaranya masih bergejolak menuntut pengunduran diri para pemimpin di negara-negara Timur-Tengah.

(3)

Sejak peristiwa tersebut, terjadi aksi demonstrasi menuntut pengunduran diri Presiden Tunisia, aksi tersebut dilakukan oleh masyarakat Tunisia yang sudah bosan dan jenuh terhadap kondisi di negaranya, setelah beberapa hari melakukan aksi demonstrasi, kekuasaan Presiden, akhirnya lepas pada tanggal 14 februari 2011.1 Setelah mengundurkan diri Zein Al-Abidin Ben Ali langsung melarikan diri ke negara lain untuk mencari perlindungan.

Kesuksesan rakyat Tunisia menumbangkan rezim penguasa Ben Ali, mengilhami rakyat Mesir, untuk melakukan hal yang sama, mengingat rakyat Mesir memiliki persoalan yang sama, yakni kemiskinan dan pengangguran yang merajalela, serta sifat kekuasaan otoriter Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama tiga puluh tahun lebih. penyebab revolusi di Mesir dikarenakan seorang warga Mesir membuat laman web di situs jejaring sosial tentang keadaan negaranya, sejak itu warga tersebut menjadi korban dari kebrutalan rezim Mubarak yang disiksa sejumlah polisi berpakaian sipil di suatu warung internet di Kota Alexandria.2

Secara demikian demonstrasi di Mesir terispirasi oleh revolusi yang sukses di Tunisia, dimana ribuan orang mulai “turun” ke jalan untuk memprotes kemiskinan, pengangguran yang merajalela, korupsi pemerintah dan pemerintahan otoriter dari Presiden Hosni Mubarak, yang telah lama memerintah negara tersebut. Revolusi di Mesir merupakan kumpulan kekecewaan publik yang selama puluhan tahun dikekang oleh rezim Hosni Mubarak, kumpulan kekecewaan ini

1

. Tamburaka Ariadi . 2011. Revolusi Timur-Tengah. Jakarta: PT Buku Seru. Hal 34

2

(4)

pararel dengan krisis politik di Tunisia, sehingga rakyat Mesir menemukan momentum yang tepat untuk segera menggulingkan rezim Mubarak, setelah aksi demonstrasi di Mesir, akhirnya Presiden Mesir Hosni Mubarak mengundurkan diri sebagai Presiden pada tanggal 11 Februari 2011.3

Mengacu pada hukum sebab-akibat, Revolusi di kawasan Timur-Tengah bukan tanpa sebab, dikarenakan suatu peristiwa yang dimulai dari suatu alasan untuk melakukannya. demikian pula rakyat yang melakukan revolusi memilih alasan untuk menumbangkan penguasa mereka yang dinilai korup, otoriter, dan menyebabkan termajinalkannya kehidupan rakyat baik di bidang politik, sosial, dan ekonomi. Apa yang dilakukan oleh rakyat di wilayah merepresentasikan gerakan people power sebagai strategi untuk mendorong perubahan sosial politik dan terciptanya demokrasi.

Apa yang terjadi di Mesir dan Tunusia tentang revolusi, tentu saja membawa kosekuensi-kosekuensi baik masalah internal negara masing-masing, maupun yang berkaitan dengan urusan hubungan luar negerinya. Begitu pun sebaliknya, bagi negara-negara lain yang memiliki hubungan dengan kedua negara tersebut, mengalami kosekuensi, berupa peninjauan kembali atau memformat ulang bentuk-bentuk hubungan bilateralnya dengan kedua negara tersebut. Indonesia sebagai salah satu negara yang telah lama menjalin hubungan bilateral dengan kedua negara tersebut, termaksud terkena imbas dari peristiwa revolusi yang terjadi di Tunisia dan Mesir yang akan berakibat pada terganggunya kepentingan nasional Indonesia. secara demikian, Indonesia harus dengan cermat

3

(5)

untuk melakukan evaluasi dan mereformulasikan kembali kebijakan luar negeri, sehingga kepentingan nasionalnya dikedua negara tersebut dapat tetap terjamin dan berkesinambungan.

Sebagai mana kita ketahui Politik luar negeri suatu negara adalah merupakan suatu perangkat formula yang berisikan nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional. Suatu komitmen yang pada dasarnya untuk mencapai tujuan, baik dalam konteks dalam negeri maupun luar negeri, serta sekaligus untuk menentukan keterlibatan suatu negara di dalam isu-isu internasional atau lingkungan sekitar.4

Politik luar negeri Indonesia yang menganut prinsip bebas-aktif telah diamanatkan untuk menempatkan diri sebagai pihak yang berhak menentukan sikap dan tujuannya sendiri, dan bukannya sebagai obyek dalam pergaulan internasional. Pada tataran Timur-Tengah, kawasan tersebut masih menjadi wilayah yang penting Indonesia dan memiliki makna istimewa tersendiri. Dari pandangan Indonesia, wilayah Timur-Tengah, dapat dilihat dari berbagai sudut dan kepentingan. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia tentu memiliki hubungan emosional yang erat dengan kawasan tersebut, mengingat Timur-Tengah merupakan wilayah tempat kelahiran dan pusat spiritual agama Yahudi, Kristian dan terutama Islam.

4

(6)

Hubungan Indonesia dengan negara-negara Arab di Timur-Tengah, sudah lama terjalin. Secara makro Indonesia melihatnya sejak masuknya Islam ke Indonesia. Hubungan itu juga dilakukan melalui pertemuan-pertemuan resmi dengan keikutsertaan organisasi-organisasi Islam di Indonesia dalam kongres-kongres Islam. Dalam rangka menjajaki dan menggalang dukungan bagi upaya peningkatan peran Indonesia dalam proses perdamaian di Timur-Tengah, Indonesia juga telah secara aktif terlibat dalam memecahkan isu-isu konflik di negara-negara Timur-Tengah, seperti Palestina, Irak, dan Lebanon. Untuk mendukung formulasi kebijakan peningkatan peran Indonesia dalam proses perdamaian Timur-Tengah, khususnya dalam penyelesaian konflik Arab-Israel, dan untuk mendukung program pembangunan kapasitas Palestina sebagai negara yang menuju kemerdekaan.

Melihat hubungan yang dijalin oleh negara-negara Timur-Tengah kepada Indonesia atau sebaliknya, maka akan mendapati hubungan solidaritas yang didasari atas rasa persaudaraan (ukhwah Islamiyah). Upaya diplomasi Indonesia di kawasan Timur-Tengah, yang difokuskan pada dua target utama, yakni peningkatan hubungan kerja sama bilateral Indonesia dengan negara-negara di kawasan Timur-Tengah, khususnya dalam bidang ekonomi dan maksimalisasi peran serta Indonesia dalam proses perdamaian Timur-Tengah.5

Dalam pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif Indonesia yang diabadikan kepada kepentingan nasional, terutama untuk kepentingan pembangunan di segala bidang. Indonesia dapat dan harus meningkatkan

6..

(7)

hubungan-hubunganya dengan negara-negara Timur-Tengah. Sehubungan dengan itu Indonesia perlu membina dan meningkatkan persahabatan dan kerjasama dengan negara-negara Timur-Tengah yang saling menguntungkan, bersama-sama dengan mereka memperkokoh kesetiakawanan, persatuan dan kerjasama dalam segala bidang.

Hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Mesir telah berlangsung cukup lama, Untuk memperkuat hubungan di berbagai bidang, kedua negara telah menyepakati pembentukan forum Konsultasi Bilateral di tingkat Pejabat Senior Kementerian Luar Negeri masing-masing sejak tahun 2001 dengan ditandatanganinya MoU on Consultation. Pertemuan Konsultasi Bilateral telah dilaksanakan sebanyak empat kali, dua kali di Indonesia, (di Bali, 19–20 Juli 2004 dan di Jakarta, 14 Agustus 2006) dan dua kali di Mesir (di Cairo, 9–10 Mei 2005 dan 29 Oktober 2008). Melalui forum tersebut, kedua negara membahas berbagai isu hubungan dan kerjasama bilateral serta melakukan pertukaran pandangan tentang berbagai isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama.6

Selain Mesir, Indonesia juga melakukan Hubungan kerjasama Bilateral dengan Tunisia, Hubungan kerjasama dengan tunisia ini telah lama terjalin begitu erat antara lain:

Di bidang politik, Hubungan bilateral di bidang politik antara RI dan Tunisia telah terjalin baik bahkan sejak sebelum kemerdekaan Tunisia. Indonesia pertama kali membuka Kedutaan Besarnya di Tunis pada tahun 1960, yang

6

(8)

sekaligus menandai pembukaan hubungan diplomatik antara kedua negara. Namun karena terbatasnya keuangan negara, Perwakilan RI di Tunis terpaksa ditutup pada tahun 1967 dan baru dibuka kembali pada tahun 1977. Sementara itu, Kedutaan Besar Tunisia di Jakarta dibuka pada tanggal 14 Oktober 1987. Di bidang ekonomi, volume perdagangan bilateral RI-Tunisia pada tahun 2010 menunjukkan peningkatan 26% dari periode yang sama tahun sebelumnya, dari US$ 62,7 juta menjadi US$ 88,6 juta. Neraca perdagangan RI Tunisia masih menunjukkan surplus bagi Indonesia, ekspor dari Indonesia ke Tunisia pada tahun 2010 mencapai US$ 78,8 juta, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$ 67,8 juta. Adapun ekspor Tunisia ke Indonesia juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 42%, dari US$ 7,5 juta pada tahun 2009 menjadi US$ 10,7 juta pada tahun 2010.7

Dari berbagai pemaparan diatas, oleh karena itu sangat menarik untuk dikaji “Reformulasi kebijakan politik luar negeri Indonesia dengan kawasan

Timur-Tengah pasca revolusi, studi kasus Mesir”.

7

(9)

B.Batasan dan rumusan masalah

Begitu luasnya penulisan yang akan diteliti antara Tunisia dan Mesir, maka penulis hanya membatasi pada Reformulasi kebijakan politik luar negeri Indonesia terhadap kawasan Timur-Tengah pasca Revolusi, Studi kasus Mesir.

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan dua hal yang perlu dikaji lebih lanjut yakni sebagai berikut:

A. Apa yang melatarbelakangi Reformulasi kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia?

B. Mengapa Reformulasi itu dilakukan?

C.Tujuan dan kegunaan penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menjelaskan apa yang melatarbelakangi Reformulasi kebijakan politik luar negeri Indonesia b. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengapa Reformulasi tersebut

dilakukan

2. Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

(10)

b. Sebagai bahan bagi penentu kebijakan dalam pemerintahan Republik Indonesia khususnya kementerian luar negeri sebagai pelaku kebijakan politik luar negeri Indonesia

c. Diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dan wawasan terhadap pengembangan studi ilmu hubungan internasional, utamanya bagi peminat masalah hubungan internasional

D.Kerangka konseptual

Politik luar negeri merupakan kepanjangan tangan dari politik dalam negeri, kebijakan politik luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya. Politik luar negeri suatu negara merupakan pedoman atau penuntun dalam berinteraksi dengan negara lain dalam arena internasional, politik luar negeri merupakan kumpulan kebijakan luar negeri yang mengatur hubungan luar negeri suatu negara.

(11)

Agustus 1945, Pancasila dan UUD 1945 telah dijadikan landasan utama bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.8

politik luar negeri adalah kumpulan kebijaksanaan suatu negara untuk mengatur hubungan luar negerinya. Ia merupakan bagian dari kebijaksanaan nasional semata-mata dimaksudkan untuk mengabdi kepada tujuan-tujuan yang sedang dihadapi, lazim disebut kepentingan nasional. Pada hakikatnya ia merupakan suatu pola sikap atau respon terhadap lingkungan ekologisnya. Respon tersebut mempunyai latar belakang yang berinteraksi dengan persepsi pengalaman, kekayaan alam serta kebudayaan yang biasanya dimanifestasikan sebagai falsafah bangsa dan diakomodasikan dalam konstitusi.9

Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik, yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.10 setiap entitas negara yang berdaulat memiliki kebijakan yang mengatur hubungannya dengan dunia internasional, begitu pula Indonesia, kebijakan tersebut merupakan bagian dari politik luar negeri yang merupakan pencerminan dari kepentingan nasionalnya.

Kebijakan politik luar negeri merupakan alat bagi Indonesia untuk membangun sinergitas peranan dalam lingkup regional ataupun global, kebijakan yang dibuat pun tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan Indonesia, sebagai salah satu aktor dalam sistem internasional. Menurut Holsti, Lingkup kebijakan luar negeri meliputi semua tindakan serta aktifitas negara terhadap lingkungan

8

(12)

eksternalnya dalam upaya memperoleh keuntungan dari lingkungan tersebut, serta hirau akan berbagi dalam kondisi internal yang menopang formulasi tindakan tersebut.11

Menurut kamus besar bahasa Indonesia arti dari kata formulasi adalah perumusan, Reformulasi membahas tentang bagaimana merumuskan atau menyusun, atau pun memperbaharui misi serta strategi yang tepat. Konsep Reformulasi digunakan oleh setiap pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan pada lembaga atau organisasi maupun negara. Pada tataran negara, konsep Reformulasi identik dengan aktor yang terlibat dalam pengambilan yang mengarah pada keputusan yang berlaku secara internal dan eksternal. Secara eksternal, konsep ini digunakan untuk melihat bagaimana perumusan kembali kebijakan politik luar negeri Indonesia terhadap kawasan lain khususnya Mesir pasca revolusi, yang akan menjadi kajian dalam penulisan ini.

Dewasa ini kehidupan setiap bangsa semakin terkait dengan perkembangan keadaan dibagian-bagian lain di dunia. Tidak ada satu negara pun di dunia yang mampu memecahkan masalah pokoknya dalam alam isolasi terlepas dari bagian dunia lainnya. Selain itu akibat kebijaksanaan dari satu negara terkadang menentukan kebijaksanaan negara lainnya.

11

(13)

Negara dalam mengejar tujuan yang erat berkaitan dengan kepentingan nasionalnya tidak jarang terjadi perbedaan-perbedaan bahkan kadang-kadang bahkan terjadi bentrokan-bentrokan kepentingan. Meurut K.J.Holsti, kebijakan luar negeri secara umum menganalisis tindakan suatu negara terhadap lingkungan dan kondisi ekternal yang biasanya bersifat domestik. Bentuk-bentuk output kebijakan luar negeri yaitu tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan berupa kebijakan, sikap atau tindakan negara lain.

(14)

E.Metode penelitian

1.Tipe penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan fakta-fakta tentang kebijakan politik luar negeri Indonesia terhadap Mesir pasca revolusi.

2.Jenis data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dimana data-data yang berasal dari telaah pustaka dari berbagai literatur yang menyangkut permasalahan yang akan penulis teliti.seperti Buku-buku, Jurnal, Koran, Majalah dan situs Internet.

3.Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis adalah telaah pustaka (library research), yaitu pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur baik berupa buku-buku, jurnal, dokumen, surat kabar, makalah dan artikel yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dan kemudian menganalisanya.

Adapun tempat penelitian yang dikunjungi :

A1. Kedutaan besar Republik Mesir

A.2. Kementerian luar negeri RI

(15)

A.4. Perpustakaan wilayah Makassar

A.5. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin

4.Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, dimana permasalahan di negara Mesir mengalami Revolusi dan untuk itu juga melihat bagaimana Indonesia mereformulasi kebijakan politik luar negeri Indonesia. dan mengaitkan antara masalah yang satu dengan yang lain dan ditarik sebuah kesimpulan.

5.Teknik penulisan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep tentang Kebijakan Politik Luar Negeri

Politik luar negeri merupakan suatu perangkat formula, nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional. Politil luar negeri terdiri dari dua komponen dasar yaitu politik (policy) dan luar negeri, politik (policy) merupakan seperangkat keputusan yang menjadi pedoman untuk bertindak, atau seperangkat aksi yang bertujuan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.12

Politik suatu negara merupakan pedoman atau penuntun dalam berinteraki dengan negara lain dalam arena sistem internasional, politik luar negeri merupakan kumpulan kebijakan luar negeri yang mengatur hubungan luar negeri suatu negara. Kebijakan Politik Luar negeri merupakan kumpulan kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungan luar negerinya. Hal tersebut merupakan bagian dari kebijakan nasional yang semata-mata dimaksudkan untuk tujuan-tujuan yang biasanya telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu.

Kebijakan Politik luar negeri sangat ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai oleh negara tersebut sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Tujuan-tujuan yang dimaksud adalah Tujuan-tujuan politik, keamanan, dan ekonomi. Kepentingan nasional itu ditentukan oleh para penentu kebijakan politik luar negeri sebagai hasil dari proses politik.

12

(17)

Kebijakan luar negeri suatu negara di pengaruhi oleh faktor luar negeri dan faktor dalam negeri ialah :13

a. Faktor Luar negeri

Faktor luar negeri, misalnya akibat globalisasi. Dengan globalisasi seakan dunia ini sangat kecil dan begitu dekat. Maksudnya dunia ini seperti tidak ada batasnya. Hubungan satu negara dengan negara lainnya sangat mudah dan cepat. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi seperti sekarang ini. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara lain dengan mudah diketahui oleh negara lain.

b. Faktor Dalam Negeri

Faktor dalam negeri juga akan mempengaruhi kebijakan politik luar negeri suatu negara. Misalnya sering terjadinya pergantian pemimpin pemerintahan. Setiap pemimpin pemerintahan mempunyai kebijakan sendiri terhadap politik luar negeri.

Politik luar negeri sebagai sekumpulan komitmen dan rencana bertindak mengacu pada strategi (strategies), keputusan-keputusan (decisions), atau kebijaksanaan-kebijaksanaan (policies), yang memuat tujuan-tujuan khusus ( specific goals) dan sarana-sarana (means) untuk mencapainya; dan dianggap

sebagai tindakan yang memadai dalam menghadapi peluang dan hambatan dari

13

(18)

lingkungannya. Komitmen dan rencana bertindak ini lebih mudah diamati dan diarahkan pada situasi yang berlangsung, negara, kawasan, atau isu tertentu.14

Kebijakan politik luar negeri suatu negara, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal suatu negara, secara umum, faktor-faktor-faktor-faktor internal antara lain faktor historis, geografis, demografis, sistem politik, cara-cara pandang aktor politik (pemberi pengaruh, pembuat dan penentu kebijakan), terhadap sistem internasional, serta kepentingan dan peran yang diinginkan oleh negara didalam sisem internasional. Faktor-faktor ekternal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara antara lain ialah lingkungan regional dan internasional, termaksud dalam hal ini konstalasi politik, ekonomi dan keamanan internasional. Serta kebijakan negara atau sekelompok negara lain terhadap negara tersebut.15

Kebijakan politik luar negeri yang bersifat umum terjadi atas serangkaian keputusan yang diekspresikan melalui pernyataan-pernyataan kebijakan dan tindakan-tindakan langsung. Sedangkan keputusan luar negeri yang bersifat administratif dibuat oleh anggota-anggota birokrasi pemerintah yang bertugas melaksanakan hubungan luar negeri negaranya.

(19)

untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional, politik luar negeri yang spesifik dilaksanakan oleh sebuah negara sebagai sebuah inisiatif atau sebagai reaksi terhadap inisiatif yang dilakukan oleh negara lain.

Politik luar negeri mencakup proses dinamis dari penerapan pemaknaan kepentingan nasional yang relatif tetap terhadap faktor situsional yang sangat fluktuatif di lingkungan internasional dengan maksud untuk mengembangkan suatu cara tindakan yang diikuti oleh upaya untuk mencapai pelaksanaan diplomasi sesuai dengan panduan kebijaksanaan yang telah ditetapkan.16 Politik luar negeri juga menganalisis tindakan negara terhadap lingkungan ekternal serta berbagai kondisi domestik yang menopang formulasi tindakan; perhatiannya pada tujuan negara, variabel yang mempengaruhi pilihan, dan teknik yang dipergunakan untuk mencapainya.

Kebijakan politik luar negeri memiliki tiga konsep untuk menjelaskan suatu negara dengan kejadian dan situasi diluar negaranya, yaitu:17

Kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi ( as a cluster of orientation) politik luar negeri sebagai sekumpulan orientasi merupakan menjadi

pedoman pembuat keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi, yang terdiri dari sikap, persepsi, dan nilai-nilai yang dijabarkan dari pengalaman sejarah dan keadaan strategis yang menentukan posisi negara dalam politik internasional.

16

. C. Plano jack.Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Putra Abardin. Bandung. Hal. 5

17

.http://www.docstoc.com/docs/82805440/Teori-Politik-Luar-Negeri di akses pada

(20)

Politik luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (as a set of commitmens to palan for action). Dalam hal ini kebijakan luar negeri berupa rencana dan komitmen konkret yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan untuk membina dan mempertahankan situasi lingkungan ekternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar negeri. Rencana tindakan ini termaksud tujuan yang spesifik serta alat atau cara untuk mencapainya yang dianggap cukup memadai untuk menjawab peluang dan tantangan dari luar negeri. Rencana tindakan ini merupakan terjemahan dari orientasi umum dan reaksi terhadap keadaan yang konkret (immediate context).

Kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of behavior). Pada tingkat ini kebijakan luar negeri berada pada tingkat yang lebih

empiris, yaitu berupa langkah-langkah nyata yang diambil oleh para pembuat keputusan yang berhubungan dengan kejadian serta situasi di lingkungan ekternal. Langkah-langkah tersebut dilakukan berdasarkan orientasi umum yang dianut serta dikembangkan berdasarkan komitmen dan sasaran yang lebih spesifik.18

Sumber-sumber utama yang menjadi input dalam perumusan kebijakan politik luar negeri yaitu19 :

Sumber sistemik merupakan sumber yang berasal dari lingkungan eksternal suatu negara, sumber ini menjelaskan struktur hubungan antar negara-negara besar, pola-pola aliansi yang terbentuk negara-negara-negara-negara dan fungsi situsional

18

.Anak Agung Banyu Perwita, 2006, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hal 53

19

(21)

ekternal dapat berubah isu area dan krisis. Yang dimaksud dengan struktur hubungan antara negara besar adalah jumlah negara besar yang ikut andil dalam struktur hubungan internasional dan bagaimana pembagian kapabilitas diantara mereka, sementara faktor situsional ekternal merupakan stimulan tiba-tiba yang berasal dari situasi internasional terkhir. sumber masyarakat, merupakan sumber yang berasal dari lingkungan internal, sumber ini mencakup faktor kebudayaan dan sejarah, pembangunan ekonomi, struktur sosial, dan perubahan opini publik, kebudayaan dan sejarah mencakup nilai, norma, tradisi dan pengalaman masa lalu yang mendasari kepentingan negara tersebut untuk berhubungan negara lain.

Struktur sosial mencakup sumber daya manusia yang dimiliki suatu negara atau seberapa besar konflik dan harmoni internal dalam masyarakat, opini publik dapat menjadi faktor dimana penstudi dapat melihat perubahan sentimen masyarakat terhadap dunia luar. Sumber pemerintahan, merupakan sumber internal yang menjelaskan tentang pertanggung jawaban politik dan struktur dalam pemerintahan, pertanggung jawaban seperti pemilihan umum, kompetensi partai dan kemampuan dimana pembuat keputusan dapat secara fleksibel merespon situasi ekternal, sementara dari struktur kepemimpinan dari kelompok dan invidu yang terdapat dalam pemerintahan. Sumber ideosintratik merupakan sumber internal yang melihat nilai-nilai pengalaman, bakat serta kebribadian elit politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar negeri.

(22)

interest), kemampuan nasional(national capability) dan kondisi internasional yang melingkupinya dengan segala dinamikanya.20

Determinan yang pertama adalah kepentingan nasional, pelaksanaan politik luar negeri merupakan salah satu upaya pemenuhan tercapainya kepentingan nasional, maka segala langkah-langkah yang diambil dalam rangka kebijaksanaan luar negerinya tidak lepas dari apa yang menjadi kepentingan nasionalnya.

Hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Cris Brown21

Politik luar negeri dapat dipahami sebagai cara untuk mengartikulasikan Dan memperjuangkan kepentingan nasional terhadap dunia luar kebijakan politik luar negeri merupakan upaya pemenuhan kepentingan nasional dalam ruang lingkup internasional.

Setiap strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara didalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Tindakan negara dalam politik luar negeri senantiasa bertujuan untuk mencapai sasaran yang dianggapnya sebagai kepentingan nasional, suatu sasaran mungkin meminta perubahan dalam situasi atau menghendaki dipertahankannya hubungan-hubungan baik yang sedang berlangsung. Karena itu penting adanya perumusan suatu sasaran secara konkret

20

. http://www.docstoc.com/docs/82805440/Teori-Politik-Luar-Negeri di akses pada tanggal 1.2.2012 Jam 21.20

21

(23)

dan jelas sesuai dengan kondisi yang ada dan pilihan tindakan yang diambil negara.22

Suatu sasaran bersumber dari penerapan kepentingan nasioanal pada situasi umum, dimana kebijakan sedang dibuat. Penetapan tujuan yang berakar pada faktor-faktor tetap dari lingkungan keputusan, akan memberi bantuan material dalam peningkatan kekuatan dinamik yang akan membentuk sasaran khusus yang dipilih. Dengan demikian, dalam situasi kebijakan, hubungan kepentingan nasional, tujuan yang ditetapkan dan sasaran yang dipilih pada umumnya merupakan fungsi ananlisis dari kurun waktu yang berbeda. Kepentingan nasional mempunyai sifat abadi, sehingga negara akan selalu terlibat dalam permasalahannya atau selama sistem politiknya tetap berdiri. Suatu tujuan ditentukan dalam kurun waktu maksimal yang dapat diharapkan secara analitik. Selama bentuk situasinya masih konstan, tujuan yang diterapkan akan terus berlaku, tetapi bila terjadi perubahan drastis, maka diperlukanlah pilihan tujuan yang baru yang lebih sesuai dengan sifat masalahnya.23

Tujuan dari kebijakan politik luar negeri merupakan fungsi dari proses dimana tujuan negara disusun, Tujuan tersebut dipengaruhi oleh sasaran yang dilihat berdasarkan masa lalu dan aspirasi untuk masa yang akan datang, Tujuan kebijakan politik luar negeri sendiri dibedakan atas tujuan jangka panjang, jangka

22

.Dahlan Nasution.1991.Politik Internasional konsep dan teori.Penerbit

Erlangga:Jakarta.Hal.7

23

(24)

menengah, dan jangka pendek, Pada dasarnya tujuan kebijakan luar negeri jangka panjang adalah untuk mencapai perdamaian, kemanan dan kekuasaan.24

Kondisi internasional yang dinamis mengharuskan suatu negara yang ingin memenuhi kepentingan nasionalnya diluar batas-batas teritorialnya untuk membuat penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan internasionalnya dengan asumsi bahwa lingkungan internasional umumnya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi suatu negara ketimbang sebaliknya, dalam hal ini keberhasilan sautu politik luar negeri akan sangat bergantung pada bagaimana suatu negara melihat dan membaca suatu kondisi internasional, kemudian menyesuaikan dengan kebijakan politik luar negerinya.

Determinan kedua yang berhubungan dengan politik luar negeri dan politik internasional adalah kekuatan nasional. Kekuatan nasional adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu negara yang bersifat aktual maupun yang tersimpan. Kekauatan aktual adalah kekuatan nyata yang dimiliki oleh suatu negara yang dapat dimunculkan pada saat-saat tertentu.

Determinan yang ketiga adalah kondisi internasional dengan sifatnya yang dinamis. Suatu negara dalam menuangkan kepentingan nasionalnya dalam kebijakan politik luar negeri harus mampu melihat dan menyesuaikan dengan kondisi domestik, regional maupun kondisi global yang melingkupinya, hal ini penting karena dinamika sistem internasional selalu mengalami perubahan setiap waktu disebabkan interaksi yang terus menerus antara negara di dunia.

24

(25)

Tujuan politik luar negeri dapat dikatakan sebagai citra mengenai keadaan dan kondisi di masa depan suatu negara dimana pemerintah melalui para perumus kebijaksanaan nasional mampu meluaskan pengaruhnya kepada negara-negara lain dengan mengubah atau mempertahankan tindakan negara lain.25 Ditinjau dari sifatnya, tujuan politik luar negeri dapat bersifat konkret dan abstrak, sedangkan dilihat dari waktunya, tujuan politik luar negeri dapat bertahan lama dalam suatu periode waktu tertentu dan dapat pula bersifat sementara, berubah sesuai dengan kondisi waktu tertentu.26

Proses konversi yang terjadi dalam perumusan politik luar negeri suatu negara akan mengacu pada pemaknaan situasi, baik yang berlangsung dalam lingkungan ektenal maupun internal dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan sarana dan kapabilitas yang dimiliknya. Politik luar negeri dari suatu negara merupakan iringan kebijaksanaan disertai rentetan tindakan yang rumit tetapi dinamis, yang ditempuh oleh negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain atau sebagai kegiatan dalam organisasi-organisasi regional dan internasional, politik luar negeri bukanlah hanya merupakan jumlah dari kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang luar negeri. Tiap-tiap pemerintah negara mempunyai semacam hubungan dengan pemerintah dari negara-negara lain, dan pemerintah menetapkan suatu pola cara kerjasama. Dengan menentukan tindakan-tindakan yang perlu diambil atau tidak perlu diambil terhadap pemerintahan lain.

25

.Anak Agung Banyu Perwita.op.cit.Hal 51

26

(26)

Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang disusun dan keputusan-keputusan yang diambil dalam bidang politik luar negeri ditentukan oleh manusia dan manusia itu didorong oleh kepentingan-kepentingan tertentu dan pandangan hidupnya. Oleh karena itu politik luar negeri sangat bergantung dari ideologi bangsa dan untuk mengetahui strategi atau sasaran jangka panjang dari politik luar negeri suatu negara.27 Dalam hubungan internasional dan politik luar negeri, faktor-faktor memainkan peranan sebagai unsur dari kekuatan negara dan dapat berbentuk baik secara spiritual maupun material.

B.Konsep Reformulasi

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa arti kata Reformulasi ialah merumuskan atau menyusun dalam bentuk yang tepat. Dalam penjabaran maksud dari kata Reformulasi ialah merumuskan, menyusun, dan mengekspresikan.28 Formulasi merupakan turunan dari formula, yang berarti untuk mengembangkan rencana, metoda resep, dalam hal ini untuk meringankan suatu kebutuhan untuk tindakan dalam suatu masalah.29 Ini merupakan suatu permulaan dari kebijakan. Pengembangan fase aktifitas dan tidak ada metoda yang pasti dalam menjalankan. Formulasi adalah istilah yang lebih menyeluruh; ini termaksud perencanaan dan usaha kurang sistemis untuk menentukan apa yang harus dilakukan terhadap masalah umum.

27

. Yusuf Sufri.1989. Hubungan Internasional Dan Politik Luar Negeri, Pustaka Sinar harapan. Jakarta. Hal. 114

28

. http://artikata.com/arti-327347-formulasi.html di akses pada tanggal 21.2.2012 Jam. 13.00

29

(27)

Secara ringkas formulasi digunakan untuk menyatukan perencanaan yang rasional dan apa yang dapat diartikan sebagai bereaksi subyektif. Untuk menampikan pedoman untuk memperluas lingkup dari formulasi sebagai aktifitas kebijakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Tidak ada kebetulan antara formulasi dengan institusi tertentu.

2. Formulasi dan reformulasi dapat terjadi setelah jangka waktu yang lama setelah meninggalkan dukungan yang cukup untuk satu pun usaha.30

Formulasi kebijakan memberikan perhatian yang sangat dalam pada sifat-sifat (perumusan) permasalahan kebijakan politik luar negeri. Karena (perumusan) permasalahan kebijakan politik luar negeri merupakan fundamen dasar dalam merumuskan kebijakan politik luar negeri sehingga arahnya menjadi benar, tepat dan sesuai. Perumusan kebijakan dapat dipandang sebagai kegiatan yang dikemudian hari kelak akan menentukan masa depan suatu kebijakan politik luar negeri apakah lebih baik atau sebaliknya. Karenanya, perumusan kebijakan tidak dapat dianggap sebagai sebuah kegiatan yang main-main.

Kebijakan politik luar negeri yang merupakan pencerminan kepentingan nasional yang ditujukan ke luar negeri secara elementer dianggap sebagai unit kajian dan unit analisa, menurut Warsito dicirikan sebagai berikut :

30

(28)

a. Isu politik luar negeri dapat saja ditimbulkan oleh masalah-masalah politik, keamanan atau militer (high politics) atau bisa juga masalah-masalah ekonomi, sosial budaya atau yang lain (low politics).

b. Aspek dari isu politik luar negeri adalah kepentingan nasional dan kekuatan nasional pada masing-masing permasalahan yang terjadi berdasarkan persepsi negara-negara yang bersangkutan.

c. Untuk memperjelas eksistensi aspek ekternal maka perlu dijelaskan pihak luar bisa berarti negara-negara lain atau organisasi nasional ataupun internasional diluar jangkauan sistem negara bangsa.

(29)

BAB III

Gambaran umum tentang kebijakan politik luar negeri Indonesia dan Revolusi Timur-Tengah

A.Kebijakan politik luar negeri Indonesia

Setiap entitas negara yang berdaulat memiliki kebijakan yang mengatur hubungannya dengan dunia internasional, begitu pula Indonesia, kebijakan tersebut merupakan bagian dari politik luar negeri yang merupakan pencerminan dari kepentingan nasionalnya. Sejak deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat serta negara yang aktif telah ikut berkiprah dalam arena politik internasionalnya. Politik luar negeri Indonesia yang pada awal abad 21 ini telah melewati usia lebih dari enam puluh tahun, gelombang pasang surut perjuangan para pionir Indonesia di bidang diplomasi dan politik luar negeri Indonesia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan mereka di forum internasional untuk membela kepentingan nasional Indonesia. Sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan oleh pembukaan UUD 1945. Pasang surut politik luar negeri Indonesia yang dinamis ini seiring dengan perubahan dan perkembangan kehidupan politik dalam negeri Indonesia dan konstlasi politik internasional.

(30)

untuk mempertemukan kepentingan nasional, khususnya rencana pembangunan nasional dengan perkembangan dan perubahan lingkungan internasional.

Dengan berkiprah di kancah internasional, suatu negara diharapkan mampu mengartikulasikan kepentingan dan kebutuhan dalam negeri, lebih penting lagi politik luar negeri diarahkan pada upaya untuk mengaitkan strategi dan kebijakan pembangunan nasional dengan langkah yang ditempuh ditingkat internasional. Oleh karena itu dalam menjalankan kebijakan politik luar negeri diperlukan semacam dasar dan landasan kebijakan politik luar negeri, tidak terkecuali Indonesia.

1.Dasar kebijakan politik luar negeri Indonesia

(31)

Kebijakan luar negeri suatu negara akan berjalan sesuai dengan perkembangan internasional dan domestik, begitu pula yang terjadi pada kebijakan luar negeri Indonesia, kebijakan luar negeri Indonesia sangat di pengaruhi oleh konstalasi politik di dalam negeri. Dalam rezim pemerintahan yang pernah berkuasa di Indonesia, nampak jelas pada pola kebijakan yang diambil pada masing-masing pemerintahannya yang dipengaruhi oleh politik dunia serta juga disesuaikan dengan kondisi politik dan ekonomi di dalam negeri.31

Sebagai negara berdaulat, Indonesia telah menggariskan suatu landasan bagi politik luar negeri Indonesia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 dan pancasila, dalam bingkai kenegaraan, pemerintah merupakan pemeran utama dalam menjalankan politik luar negeri Indonesia, Pembukaan UUD 1945 secara tegas menggariskan kewajiban bagi pemerintah. Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea pertama dan Alinea keempat, serta pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13

Ciri utama atau landasan pokok politik luar negeri ini tersimpul dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945 yang berbunyi : Sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan

di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan

peri-keadilan. Nilai-nilai tersebut mencerminkan hak asasi manusia yang paling

31

.Teuku Rezasyah. 2008. Politik luar negeri Indonesia antara idealisme dan praktik.

(32)

mendasar yaitu hak untuk menentukan nasib sendiri, komitmen Indonesia bagi kemajuan dan perlindungan hak asasi manusia juga bersumber pada pasal-pasal yang relevan dalam UUD 1945. Orientasi internasional bangsa Indonesia juga tercantum dengan jelas dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.32 Dalam Undang-undang dasar 1945 pasal 11 Presiden

dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain. Dan dalam Undang-dasar 1945 pasal 13. Ayat 1 ialah Presiden mengangkat duta dan konsul, Ayat 2 ialah Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Dan Ayat 3 ialah Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.33

Dalam perkembangan dasar kebijakan politik luar negeri Indonesia ditetapkan dalam ketetapan MPR No.IV/MPR/1999 tentang GBHN. Di dalam GBHN di gariskan bahwa sasaran penyelenggaraan hubungan luar negeri

Indonesia adalah “perwujudan politik luar negeri yang berdaulat bermatabat,

bebas dan pro-aktif bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan

global”34.

32

.Badan pengakjian dan pengembangan kebijakan. 2003 .Buku putih politik luar negeri Indonesia. Kementerian luar negeri. Jakarta Hal . 9-10

33

.http://www.crayonpedia.org/mw/Landasan_Politik_Luar_Negeri_6.2 di akses pada tanggal 19.2.2012 Jam. 22.00

34

(33)

Pancasila dan UUD 1945 khusus pembukaannya merupakan landasan idiil dan konstitusional politik luar negeri Indonesia. Politik bebas aktif yang diabadikan kepada kepentingan nasional, terutama kepentingan pembangunan di segala bidang, merupakan prinsip dasarnya, sedangkan tujuan pokoknya pada intinya dapat dirumusakan sebagai upaya untuk menegakkan kemerdekaan, perdamaian serta keadilan di dunia melalui pembangunan bangsa-bangsa,

pembinaan persahabatan dan kerjasama bilateral, regional dan internasional

atas dasar persamaan derajat, kepentingan dan kemanfaatan bersama.35

Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai berikut:36

1. Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada kepentingan nasional, menitik beratkan p

2. ada solidaritas antar negara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.

3. Dalam melakukan perjanjian dan kerjasama internasional yang menyangkut kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga perwakilan rakyat.

35

.Badan pengakjian dan pengembangan kebijakan. Op.cit.Hal . 10

36

(34)

4. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di dunia internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara dan kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi kepentingan nasional.

5. Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan pembangunan nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun internasional dalam rangka stabilitas, kerjasama dan pembangunan kawasan.

6. Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi perdagangan bebas, terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC dan WTO.

7. Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negaranegara sahabat serta memperlancar prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagi penyelesaian perkara pidana.

8. Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang berbatasan langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas, pembangunan dan kesejahteraan.

(35)

internasional guna mencapai tujuan nasional. UU No. 37 tahun 1999 pasal 3 dan pasal 4 menegaskan, bahwa prinsip politik luar negeri kita adalah bebas aktif dan dilaksanakan melalui proses diplomasi yang kreatif, aktif dan antisipatif, tidak sekedar rutin dan reaktif, teguh dalam prinsip dan pendirian serta rasional dan luwes dalam pendekatan.37

Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Bebas adalah dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan keprebadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam pancasila, Aktif adalah berarti bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersikap pasif-reaktif atas kejadian-kejadian internasionalnya, melainkan bersikaf aktif.38 Dengan politik luar negeri yang bebas aktif itu, Indonesia mendudukan dirinya sebagai subyek dalam hubungan luar negerinya dan tidak sebagai obyek, sehingga Indonesia tidak dapat dikendalikan oleh haluan politik negara lain yang berdasarkan pada kepentingan-kepentingan nasional negara lain itu sendiri.

Prinsip dari politik luar negeri Indonesia adalah politik luar negeri Indonesia yang “bebas aktif”, dan politk bebas aktif pun ditetapkan sebagai

landasan operasional politik luar negeri Indonesia, sebagai sebuah landasan operasional, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif namun selalu merujuk pada apa yang menjadi kepentingan nasional, yang dimaksud dengan bebas aktif

37

.http://setkab.go.id/index.php?pg=detailartikel&p=3405. Di akses pada tanggal 17.2.2012. Jam. 13.00

38

(36)

adalah politik luar negeri yang pada hakekatnya bebas menetukan sikap dan kebijakan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikat diri pada salah satu kekuatan dunia. Dengan kata lain dalam menjalankan politk luar negeri, Indonesia tetap menjunjung tinggi apa yang menjadi amanat UUD 1945 dan rasa nasionalisme serta menolak ketergantungan terhadap pihak luar yang dapat mengurangi kedaulatan Indonesia.39

Politik luar negeri merupakan pencerminan dari kepentingan nasional yang ditujukan ke luar negeri dan merupakan bagian dari keseluruhan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan-tujuan nasional, politik luar negeri adalah komponen dari kebijaksanaan politik nasioanal yang tidak dapat dipisahkan dari kondisi-kondisi real di dalam negeri.40 Dalam rangka mendukung penyenggalaraan politik luar negeri yang lebih terarah, terpadu dan berlandaskan kepastian hukum yang lebih kuat, pemerintah Indonesia telah memberlakukan UU nomor 37 tahun 2000 tentang hubungan luar negeri dan UU nomor 24 tahun 2000 tentang perjanjian internasional, kedua produk hukum tersebut merupakan landasan hukum bagi pemerintah pusat dan pelaku hubungan luar negeri, termaksud pemerintah daerah, dalam melaksanakan hubungan luar negeri akan berpengaruh tidak hanya terhadap kepentingan daerah tetapi juga tidak boleh bertentangan dengan politik luar negeri Indonesia.41

39

. Mohammed Hatta.dalam Athiqah Nur Alami.op.cit Hal.43

40

.Kusumaatmadja Mochtar. 1983. politik luar negeri Indonesia dan pelaksanaanya dewasa ini. Bandung: Penerbit Alumni. Hal. 7

41

(37)

Pada dasarnya politik luar negeri Indonesia selama ini tidak mengalami perubahan yaitu tetap bersifat bebas dan aktif yang mengacu pada pembukaan UUD 1945 dan ketetapan majelis permusyawaratan rakyat (MPR) No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang menegaskan arah politik yang bebas aktif dan beriorentasi untuk kepentingan nasioanl, menitikberatkan kepada solidaritas antar negara bekembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa, menolak segala bentuk penjajahan serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama internaional bagi kesejahteraan masyarakat.

Politik luar negeri yang bebas aktif ini pertama kali dicetuskan oleh almarhum Bung Hatta selaku perdana menteri pada tanggal 2 dan 16 September 1948 di hadapan sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Yogyakarta, yang kemudian dikenal dengan “Mengayuh di antara dua karang”.

Politik bebas aktif ini bukanlah merupakan suatu politik “Netral”, politik “tidak

memihak” atau mengambil “jarak seimbang” (equidistance) secara pasif, bukan

pula suatu politik yang “tak acuh” ataupun menjauhkan diri dari perkembangan

dan permasalahan dunia. Politik luar negeri yang “bebas” berarti berhak

menentukan penilaian dan mempunyai sikap sendiri terhadap permasalahan-permasalahan dunia, bebas dari keterikatan blok kekuatan politik dan militer manapun di dunia : “aktif” berarti aktif dan konstruktif berusaha menyumbang

bagi tercapainya kemerdekaan, perdamaian dan keadilan di dunia.42

42

(38)

Prinsip politik luar negeri bebas aktif dalam perspektif Bung Hatta pernah disampaikan melalui slogan politik luar negerinya, yang menyatakan bahwa frase tersebut bukan hanya sebuah retorika tetapi ada makna penting yang tersimpan di baliknya. Makna pertama ialah politik luar negeri bebas aktif tidak bisa dilepaskan dari nila-nilai pancasila yang tertanam di dalamnya. Kedua, bahwa politik luar negeri bebas aktif harus bertujuan sebagai penyelamat dan penuntun bangsa Indonesia dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Ketiga, bahwa dalam pencapaian guna mendapat apa yang menjadi kepentingan nasional bangsa Indonesia diperlukan kebijakan-kebijakan yang bersifat independen, dan yang terakhir bahwa kebijakan politik luar negeri Indonesia harus dibangun secara praktis melalui pencarian solusi yang sesuai dengan its own national interest dan melihat pada situasi juga fakta yang ada.43

2.Tujuan Dan Sasaran Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia

Sebagaimana politik luar negeri pada umumnya, maka politik luar negeri Indonesia memiliki tujuan yakni mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk itu tugas pokok politik luar negeri Indonesia sebagaimana tercantum dalam alinea keempat pembukaan Undang-undang dasar 1945. Adalah “...ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial....”. Berdasarkan keputusan Presiden No. 7 Tahun 2005

tentang rencana pembangunan jangka menengah Nasional 2004-2009, telah

43

(39)

digaris bawahi bahwa untuk memperkuat kebijakan politik luar negeri Indonesia dan meningkatkan kerjasama Internasional.

Prioritas tersebut dipahami akan dapat meningkatkan peranan Indonesia dalam hubungan internasional dan akan dapat juga membantu menciptakan dunia yang damai, serta untuk mewujudkan dan menjaga citrapositif Indonesia dan kepercayaan internasional terhadap Indonesia selanjutnya akan mendorong penciptaan tatanan dan kerjasama ekonomi regional dan internasional yang baik. Untuk menerapkan kebijakan politik luar negeri dalam tingkatan regional pemerintah republik Indonesia mengelompokkan negara-negara yang berada di kawasan sekitarnya dalam bentuk lingkaran-lingkaran konsentrik yang terdiri dari tiga lingkaran. Masing-masing lingkaran dibuat berdasarkan pendekatan geopolitik dan geostrategik yang ditinjau dari kepentingan nasional Indonesia. Lingkaran-lingkaran dibuat untuk menunjukkan pengelompokan negara-negara yang menjadi perhatian utama Indonesia karena mempunyai kepentingan langsung dengan Indonesia secara timbal balik, baik dilihat dari segi kepentingan politik, ekonomi, keamanan, maupun kebudayaan.

(40)

Pada lingkaran yang lebih luas (konsentrik kedua dan lingkaran kosentrik ketiga), Indonesia menempatkan kawasan sebelah timur dan tenggara yang disebut sebagai kawasan pasifik selatan dan negara asia timur. Untuk kawasan Asia timur tujuan kebijakan luar negeri Indonesia adalah untuk membangun, mengembangkan dan memperkuat dialog kerjasama dengan negara di kawasan tersebut. Kawasan pasifik selatan mempunyai nilai penting bagi Indonesia karena dalam hal hal-hal tertentu berkaitan dengan masalah kesatuan wilayah Indonesia bagian timur, orientasi kebijakan politik luar negeri Indonesia terhadap kawasan pasifik ini, selain memanfaatkan untuk kepentingan pembangunan ekonomi dan menciptakan kawasan yang aman, damai dan stabil, juga dalam rangka mengamankan wilayah Indonesia dari gangguan kelompok separatis yang memperoleh dukungan dari negara-negara di kawasan pasifik tersebut.

faktor-faktor tersebut merupakan aset bangsa yang sifatnya dinamis.44

a. Kedudukan Geostrategis

Sebagai sebuah negara kepulauan yang letaknya sangat strategis, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang kuat didukung oleh sumber daya alam, jumlah penduduk serta keanekaragaman budaya.

b. Demokrasi

Semenjak reformasi digulirkan pada tahun 1998, disusul pemilu 1999, Indonesia berusaha menempatkan diri sebagai salah satu negara yang mengembangkan sistem demokrasi. Semangat demokratisasi telah membawa

44

(41)

perubahan pada sistem kepartaian yang multi partai, pers yang semakin bebas, perekomonian yang menganut sistem pasar, dan diamandemenya UUD 45, mengacu pada UU no. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, Indonesia telah mengubah sistem pemerintahan daerah dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Salah satu perubahan menonjol yang dihasilkan oleh reformasi adalah makin besarnya peran badan legislatif, daerah, masyarakat termaksud media massa dalam merumuskan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan secara komprehensif.

c. Multi kultural/etnis

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat majemuk di dunia dilihat dari segi suku bangsa, bahasa dan agama yang memiliki bahasa nasional/persatuan dan sepakat membentuk negara kesatuan. Kesadaran dan semangat persatuan Indonesia merupakan hasil dari suatu proses sejarah bangsa sejak masa sebelum kemerdekaan. Faktor ini adalah salah satu modal dasar terpenting bagi kesatuana negara kini dan ke depan.

(42)

dituntut untuk benar-benar sensitif dan artikulatif namun tetap arif dalam mengakomodasi aspirasi kesukuan/kedaerahan yang beragam.

Kekayaan budaya dan multi-etnis dapat memberikan manfaat ganda bagi Indonesia, yakni peluang perolehan devisa dan peningkatan pendapatan daerah melalui pariwisata, dan sekaligus mendukung pembentukan citra positif Indonesia di dunia internasional. Akan tetapi, keberagaman budaya dan etnik tersebut juga dapat berpotensi menimbulkan efek negatif yang ditandai oleh munculnya sentimen promordial atau kedaerahan yang sempit dan bahkan potensi munculnya separatisme.

d. Potensi ekonomi

Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta keempat terbesar didunia dan tingkat pertumbuahan ekonomi yang secara kuantitatif mulai meningkat dewasa ini, Indonesia memilih daya tarik tersendiri bagi produsen dan investor dalam maupun luar negeri. Potensi ekonomi Indonesia juga didukung oleh kekayaan alam Indonesia yaitu minyak dan mineral yang memberikan kontribusi besar pada Gross Domestic Product (GDP), disusul dengan pertanian dan berbagai komoditi serta jasa dan sektor lainnya. Faktor pentig lainnya adalah besarnya angkatan kerja, namun masih perlu ditingkatkan kualitasnya.

e. Penduduk muslim terbesar

(43)

islam Indonesia dalam sejarah perjuangan bangsa merupakan faktor yang memperkokoh berdirinya negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) yang merupakan aset penting yang harus dilestarikan. Sepanjang perjalana bangsa dan sejalan dengan budaya politik internasional, posisi umat islam sebagai mayoritas lebih tampak sebagai faktor penyatu jika terjadi perbedaan kepentingan antar golongan.

Sejarah juga mencatat bahwa kondisi di atas telah memberikan sumbangan positif di bidang diplomasi Indonesia, berupa solidaritas negara-negara islam untuk mengakui dan mendukung kemerdekaan Indonesia, solidaritas serupa juga muncul ketika Indonesia menghadapi berbagai krisis lainnya kondisi tersebut pula terus dijaga dan dikembangkan untuk memperkuat jalinan kerjasama internasional di berbagai bidang, khususnya dengan negara-negara islam atau bependuduk muslim lainnya.

Aspek-aspek sensitif yang berpotensi mengganggu kestabilan politik di dalam negeri maupun hubungan luar negeri dari faktor ini dapat muncul apabila timbul kecenderungan ektrimisme dan sektarianisme, karena adanya perbedaan penafsiran atas suatu masalah yang terkait dengan keyakinan. Persoalan ini perlu dikelola dengan bijak, khususnya untuk menghindarkan kemungkinan adanya politisasi yang mengarah pada destabilisasi sosial dan politik.

(44)

dan budaya, kekuatan militer serta good governence dan penegakan hukum merupakan pula aktor penentu berhasil tidaknya pelaksanaan politik luar negeri. Pengertian dan dukungan pubik menentukan pula keberhasilan suatu politik luar negeri. Politik luar negeri tidak dapat hanya dipandang sebagai refleksi kebijakan dalam negeri, melainkan juga merupakan kelanjutan dari kebijakan dalam negeri, keterkaitan erat ini menekankan pentingnya para pelaksana diplomasi Indonesia mengetahui dengan baik pula konstelasi di bidang politik, ekonomi, dan militer. Dalam keutuhan NKRI.45

B.Revolusi Timur-Tengah

Revolusi merupakan suatu perubahan mendasar dalam kelembagaan dan prinsip politik, ekonomi atau sosial suatu negara disebabkan oleh penggulingan pemerintah yang sah. Revolusi biasanya mencakup pemberontakan rakyat serta pemakaian kekerasan terhadap elite pemerintah. Jika berhasil, pemimpin revolusi akan mengambil alih kekuasaan pemerintah dan kemudian menerapkan perubahan mendasar sesuai dengan tujuan revolusi. 46

Pada penghujung 2010 hingga tahun 2011, kawasan di Afrika utara dan Timur-Tengah mengalami pergolakan politik yang dikenal dengan “Jasmine Revolution” (Revolusi Melati). Suatu revolusi yang bertujuan untuk

45

. Badan pengakjian dan pengembangan kebijakan. Op.cit Hal. 23-24 46

(45)

menumbangkan penguasa mereka yang dimulai dari Tunisia menyusul Mesir, Aljazair, Yaman, Bahrain, Libya dan negara-negara lainnya.47

Masyarakat Timur-Tengah menuntut perubahan pemerintahan dalam sistem politik, perubahan kebijakan ekonomi dan sosial yang pro rakyat. Mereka mendesak adanya sistem politik yang demokratis, kebijakan ekonomi dan sosial yang mendukung pemenuhan kebutuhan hidup. Pemimpin negara di Timur-Tengah telah berkuasa mulai dari 30 tahun sampai 40 tahun dan dinilai sudah tidak mampu melakukan perubahan untuk menjawab tuntutan rakyat dan tidak mampu menjalankan pemerintahan yang efektif untuk mengatasi meluasnya pengangguran serta kemiskinan.

Berbagai cara dilakukan oleh rakyat negara-negara Timur-Tengah dan Afrika utara untuk mendesak perubahan demokratis dan menuntut pemimpin mereka yang tidak mampu untuk lengser secara ikhlas guna kepentingan bangsa dan negara. Mesir adalah negara tetangganya yang bernasib sama, masih hangat di telinga kita revolusi ini akhirnya mampu menumbangkan rezim otoriter presiden Hosni Mubarak. Layaknya kartu domino yang terus berjatuhan tidak hanya sampai di Mesir revolusi ini terus menjalar. Yaman pun terjadi pergolakan yang sama dengan menuntut mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh. Tidak ketinggalan juga Aljazair Presiden Abdelaziz Bouteflika.48

47

.Tamburaka Apriadi. 2011. Loc.cit.Hal. 9 48

.http://inspirasionline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=173:belaj

(46)

Gelombang revolusi memang terus menjalar di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika. Dimana sekarang ini mungkin waktu yang tepat untuk melakukan perubahan di negara mereka. Sebetulnya tak ada asap jika tak ada api, maka adanya api inilah yang membuat terjadinya kepulan asap dimana-mana. Negara-negara yang bergejolak tersebut ibaratnya merupakan sebuah “Tangkai” yang berada satu di Afrika utara dan kawasan Timur-Tengah, satu persatu kuncup

itu mulai bermekaran mengeluarkan “baunya yang harum” yaitu peristiwa

-peristiwa yang memicu terjadinya revolusi.

1.Penyebab Revolusi

Awaltahun 2011, beberapa Negara Arab dilanda revolusi. Awalnya terjadi di Tunisia yang merembet ke negara lain seperti Mesir. Alhasil, perubahan kekuasaan pun terjadi di kedua negara tersebut. Mantan Presiden Zine El Abidine Ben Ali terpaksa menyerahkan kekuasaannya pada 15 Januari lalu saat desakan rakyat Tunisia tidak berhasil dia bendung. Lengsernya Ben Ali ini dipicu oleh kejadian kecil yang pada akhirnya membawa perubahan besar di Tunisia. Awalnya fenomena bakar diri yang dilakukan pertama kali oleh pemuda yang bernama Muhammed Bouzizi terbebut di usir dan dianggap tidak memiliki izin oleh pihak keamanan untuk berjualan ditempat biasanya dia berjualan. Padahal Bouzizi sendiri telah berjualan sekitar tujuh tahun.

(47)

bahkan sampai ayahnya yang sudah meninggal pun dihina. Tidak terima atas perlakuan seperti itu, Bounzizi ingin melaporkan kepihak propoinsi. Namun, pejabat terkait enggan bertemu, dan akhirnya Bounzizi mengambil langkah sendiri dengan menuangkan minyak keseluruh tubuhnya dan membakar dirinya sendiri. Kejadian inilah yang membuat revolusi memanas di Tunisia, hingga akhirnya berhasil membuat pemimpin diktator itu lengser, Peristiwa itu pun menyulut kemarahan rakyat yang melihat masih banyaknya pengangguran, di saat Ben Ali dan keluarganya hidup bermewah-mewahan. 49

Sontak gelombang protes menentang kematian warga itu dan menilai kegagalan Pemerintahan Ben Ali pun mulai berkecamuk. Aksi protes pun berlangs]ung di beberapa kota termasuk Tunisia. Berkuasa selama 23 tahun, Ben Ali di mata rakyat Tunisia dianggap hanya sibuk memperkaya diri. Ketimpangan ekonomi yang dirasakan rakyat Tunisia menjadi sebab pecahnya protes. Namun Ben Ali justru bertindak represif terhadap rakyat. Desakan rakyat Tunisia yang menginginkan dirinya turun dari kursi presiden, tidak pernah digubris saat itu. Bahkan imbauan dunia internasional pun tidak diindahkannya, Bentrokan antara pihak keamanan dan kelompok pengunjuk rasa pun tak terhindarkan.

Ketika rezim Tunisia di bawah Zine El Abidine Ben Ali menghadapi revolusi kini Mesir, di bawah rezim Hosni Mubarak menghadapi arus yang sama ketika Revolusi Tunisia menyampaikan pesan pada rakyat Mesir: “Kekuasaan

lama dapat digulingkan”. Di Mesir, aksi puluhan ribu massa yang berpusat di

49

(48)

Tahrir Squere, Kairo, disatukan oleh satu perasaan untuk Hosni Mubarak turun. Kekecewaan rakyat Mesir atas perilaku Mubarak yang korup, otoriter, oligarkis, dan antidemokrasi menjadi pemicu utama kemarahan rakyat negeri Piramid itu.

Di bawah kekuasaan Mubarak, ekonomi rakyat Mesir kian jauh dari sejahtera. Ketika rezim Mubarak dan para elite militer berpesta pora di singgasana kekuasaan, rakyat Mesir semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup, akibat tingginya angka pengangguran, maraknya kemiskinan, dan terus melambungnya harga kebutuhan pokok. Angka kemiskinan dan pengangguran yang terus menyebar tak lagi dipahami rezim Mubarak sebagai bentuk kegagalan negara dalam menciptakan kesejahteraan yang nyata bagi rakyat Mesir. Di sektor politik dan ketatanegaraan, penyalahgunaan kekuasaan berlangsung kian parah dengan maraknya perilaku korup yang terus dipertontonkan rezim Mubarak.50

Mengacu pada hukum sebab-akibat, revolusi melati di kawasan Timur-Tengah ada bukan tanpa sebab, dikarenakan suatu peristiwa pasti dimulai dari suatu alasan untuk melakukannya, demikian pula rakyat yang melakukan revolusi memiliki alasan untuk menumbangkan penguasa mereka. Gerakan revolusi yang terjadi di Timur-Tengah ada beberapa hal yang menyebabkan mereka melakukan revolusi, yaitu sebagai berikut :51

Pertama rakyat di kawasan Timur-Tengah memiliki kultur budaya yang hampir sama, yaitu bangsa Arab dan didominasi oleh kaum muslimin yang dulunya memiliki kejayaan di masa lampau, sehingga meski terpecah-pecah

50

.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Mesir+di+Bawah+Rezim+Mub arak&dn=20110208025559 di akses pada tanggal 24.2.2012. Jam. 12.00

51

(49)

dalam beberapa negara namun mereka merasa senasib dan sepenanggungan. Sebagai contoh Revolusi Tunisia yang berhasil menumbangkan Presiden Ben Ali dan berimbas juga kepada Negara Mesir yang di pimpin presiden Hosni Mubarak yang berhasil ditumbangkan.

Kedua, mereka sama-sama merasakan pahitnya penjajahan koloanialisme selama beberapa dekade meskipun pewaris selanjutnya adalah kaum generasi muda. namun, mereka juga merasakan penderitaan yang diwariskan pendahulu di masa lampau dan menyebabkan keterbelakangan mereka dalam segala hal. Contohnya Tunisia dan Aljazair pernah dijajah oleh negara Prancis, dan Mesir oleh negara Inggris. Ketiga, pasca-kemerdekaan dari kolonialisme mereka belum mengecap kemerdekaan dalam arti sebenarnya, baik ekonomi dan politik termaksud merasakan “manisnya” arti sebuah demokrasi. Justru para penguasa

menjadi dikatator dan ototarian.

(50)

kondisinya merupakan keterwakilan dari kegagalan kaum muda di negara-negara Timur-Tengah yang frustasi akan masa depan.

Faktor lain dalam sebab revolusi di Timur-Tengah yakni 52 Faktor diktator Ini dilihat dari berapa lama para pemimpin di Timur-Tengah memimpin negara masing-masing pertama Pemimpin Mesir Hosni Mubarak yang memimpin Mesir lebih dari 30 tahun, Pemimpin Tunisia Ben Ali memimpin Tunisia lebih dari 24 tahun dan Pemimpin Libya Moammar Khadafi selama lebih dari 42 tahun. Faktor yang kedua ialah faktor angka pengangguran Saat revolusi Tunisia meletus di bulan Januari lalu, faktor yang dianggap sebagai pemicu penyebab terjadinya revolusi adalah tingginya tingkat pengangguran di negara tersebut. Dan ini masuk akal. Tukang buah yang membakar diri tersebut konon adalah seorang yang berpendidikan sarjana akan tetapi terpaksa menjadi tukang buah karena sulitnya memperoleh pekerjaan di Tunisia.

Faktor selanjutnya ialah Dorongan kaum muda adanya dorongan dari kaum urban yang rata-rata berusia muda (20-25 tahun), mnggunakan sosial media sebagai wadah pergerakan. Aroma ini sangat pekat terasa saat revolusi meletus di Tunisia maupun di Mesir. Di Tunisia misalnya, para aktifis yang mendorong gerakan revolusi banyak menggunakan twitter dan Facebook. Seorang blogger yang juga seorang aktifis sempat menjadi menteri di pemerintahan transisi Tunsia. Goheim salah satu eksekutifnya Google banyak disebut-sebut sebagai orang yang paling berperanan mendorong gerakan revolusi di Mesir. Meskipun internet

52

(51)

sempat di blokir, gerakan ini terlanjur mengakar dan terus berkembang hingga menumbangkan kekuasaan Hosni Mubarak. Di Libya, gerakan aktifis di sosial media untuk meruntuhkan Qadaffi di nisbikan dengan menutup bukan hanya internet tetapi satelit.

Namun, seperti banyak terjadi dalam sejarah, gerakan pemuda hampir mustahil untuk bisa dibendung, kaum muda tersebut terhubung melalui jejaring sosial di internet sehingga keprihatinan mereka dengan mudah menyebar dan ikut dirasakan rakyat di negara-negara lain, terutama di kawasan yang memiliki kesamaan identitas sebagai negara Arab dan persoalan sosial ekonomi. Penyebaran informasi yang bersifat real-time di dunia maya memberi ruang bagi mereka untuk memberikan dukungannya dan pada akhirnya mendorong mereka untuk menuntut perubahan dan demokrasi.53

Gerakan dahsyat di Libya justru terjadi di jalanan-jalanan ibu kota. Dimanapun medannya sosial media maupun di jalanan, faktor dorongan kaum muda ini sangat signifikan dan jelas terlihat. Faktor selanjutnya ialah pendapatan perkapita Faktor yang tak kalah pentingnya adalah yang berkaitan dengan moneter. Meskipun mungkin pengaruhnya tidak sebesar faktor-faktor sebelumnya, pendapatan perkapita dan prosentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan rasanya juga cukup berpengaruh atas revolusi yang terjadi di Timur-tengah tersebut.

53

(52)

2.Tujuan Revolusi

Hingga kini Kawasan Timur-Tengah masih terus bergejolak, dimulai Tunisia, Mesir, Libya, Aljazair, Bahrain, Yaman, dan Suriah sebagian negara ada yang sudah jatuh rezimnya dan sebagian lainnya sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengakhiri rezim diktatornya, dan bukan tak mungkin pula revolusi ini akan menjalar kesaantero kawasan Timur-Tengah dan bukan tak mungkin pula Saudi Arabia. Suriah yang tadinya damai dan tentram kini hampir setiap hari selalu terdengar ada massa yang turun kejalan menuntut rezim yang sedang berkuasa, untuk segera turun jika tak mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyatnya, ribuan nyawa rakyat Suriah sudah banyak berjatuhan untuk mewujudkan reformasi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Volume lalu lintas saat jam sibuk akan menjadi dasar volume lalu lintas yang akan digunakan dalam analisis kinerja lalu lintas ruas jalan eksisting tahun

Dengan menggunakan bilangan asli kita dapat menghitung banyaknya buku yang kita miliki, kendaraan yang melalui suatu jalan, orang-orang yang berada dalam suatu ruang

Hanindawan, 5 –7 Manajemen Seni Pertunjukan Ruang Etno Fawarti G.. Utami Manajemen Seni Pertunjukan Ruang Etno

Dari gambar, dapat dilihat bahwa yang memperoleh nilai maksimal pada atribut aroma, tekstur, rasa dan penampakan adalah perlakuan suhu 95 0 C dengan waktu pemasakan 115

Menimbang, bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam perkara ini adalah Penggugat mohon agar diceraikan dengan Tergugat, dengan dalil bahwa antara Penggugat dan Tergugat

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan

Posisi saat ini perusahaan mempunyai beberapa faktor yang menguntungkan untuk dapat dilaksanakannya strategi penetrasi pasar yaitu banyaknya pengalaman perusahaan,

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang sudah dikemukakan di dalam penelitian ini yang menyatakan apabila nilai tukar suatu negara terdepresiasi atau