• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Kredit

Dalam dokumen PROSPEKTUS. PT Bank MNC Internasional Tbk (Halaman 121-139)

Mengembangkan infrastruktur manajemen risiko dan memperkuat Good Corporate Governance

B. Analisis Keuangan

VIII. KETERANGAN TENTANG PERSEROAN, KEGIATAN USAHA SERTA KECENDERUNGAN DAN PROSPEK USAHA

1. Risiko Kredit

Risiko kredit diartikan sebagai risiko kerugian akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Risiko ini berasal dari berbagai aktivitas Perseroan seperti aktivitas pemberian kredit, penempatan pada surat berharga atau pada bank lain, dan aktivitas trading. Risiko kredit juga berasal dari transaksi komitmen dan kontinjensi kepada nasabah atau pihak lain.

Risiko kredit diartikan sebagai risiko kerugian akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Risiko ini berasal dari berbagai aktivitas Perseroan seperti aktivitas pemberian kredit, penempatan pada surat berharga atau pada bank lain, dan aktivitas trading. Risiko kredit juga berasal dari transaksi komitmen dan kontinjensi kepada nasabah atau pihak lain. Pengelolaan risiko kredit bertujuan untuk mengukur, mengantisipasi, dan meminimalisir kerugian akibat kegagalan nasabah, debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya.

Organisasi Manajemen Risiko Kredit

Dalam rangka penerapan manajemen risiko khususnya untuk risiko kredit, Satuan Kerja Manajemen Risiko memiliki divisi khusus yang menangani risiko kredit. Pengawasan terhadap risiko kredit oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko melibatkan semua Lini dari tiga Lini Pertahanan.

Perseroan telah memiliki kebijakan dan pedoman yang mencakup strategi untuk seluruh aktivitas kredit khususnya yang memiliki eksposur risiko kredit yang signifikan. Strategi tersebut telah memuat secara jelas arah pembiayaan yang akan dilakukan, antara lain berdasarkan jenis kredit, sektor ekonomi, jangka waktu, dan sasaran pasar.

Pengelolaan risiko konsentrasi kredit secara portofolio diatur dalam Kebijakan Risk Appetite & Risk Tolerance yang menetapkan alokasi kredit maksimum pada tiap sektor konsentrasi, seperti konsentrasi kredit pada debitur inti, konsentrasi kredit pada sektor ekonomi tertentu, dan sektor-sektor lainnya yang memungkinkan Perseroan terkena dampak dari risiko konsentrasi kredit. Untuk pengelolaan konsentrasi kredit per debitur atau grup debitur Perseroan melakukan penetapan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dengan mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Risiko kredit dipantau secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai laporan internal manajemen risiko yang disusun secara berkala dan menginformasikan eksposur portofolio termasuk di dalamnya informasi perubahan tren kinerja portofolio, dan dampak kondisi makro ekonomi terhadap kualitas portofolio melalui stress test. Laporan-laporan tersebut disampaikan kepada Manajemen lewat berbagai komite risiko, khususnya Komite Manajemen Risiko dan Komite Pemantau Risiko yang kemudian untuk diperoleh penetapan mitigasi atas risiko kredit yang timbul.

Perseroan menetapkan kategori Tagihan yang Telah Jatuh Tempo yaitu seluruh tagihan yang ada dalam kategori portofolio yang telah jatuh tempo lebih dari 90 (sembilan puluh) hari, baik atas pembayaran pokok dan/atau pembayaran bunga. Kategori Tagihan yang Mengalami Penurunan Nilai/ Impairment menurut Perseroan adalah tagihan yang masuk dalam trigger event yaitu yang memenuhi kriteria NPL status 3, 4 dan 5 menurut Bank Indonesia; hari keterlambatan lebih dari 90 hari.

Perseroan menentukan cadangan secara individual untuk masing-masing aset keuangan kredit yang diberikan pada individu yang signifikan. Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam menentukan jumlah cadangan antara lain mencakup kelangsungan rencana bisnis debitur, kemampuan untuk memperbaiki kinerja setelah adanya kesulitan keuangan, proyeksi penerimaan dan pembayaran apabila terjadi kebangkrutan, kemungkinan adanya sumber pembayaran lainnya, jumlah yang dapat direalisasikan atas jaminan dan ekspektasi waktu atas arus kas. Cadangan penurunan nilai dievaluasi setiap tanggal pelaporan, kecuali bila terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan adanya pemantauan yang lebih berhati-hati.

Untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individu penilaian cadangan kerugian dilakukan secara kolektif. Dalam pembentukan CKPN kolektif, untuk perhitungan PD (Probability of Default) Perseroan menetapkan menggunakan pendekatan Net Roll Rates, sedangkan untuk perhitungan LGD (Loss Given Default) Perseroan menggunakan pendekatan Collateral Shortfall.

Pengungkapan Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar

Ketentuan perihal penggunaan peringkat dalam perhitungan ATMR untuk risiko kredit mengacu kepada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011. Peringkat yang digunakan adalah peringkat terkini yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia yaitu Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP/2011.

Kategori portofolio yang menggunakan peringkat adalah eksposur aset pada laporan posisi keuangan Perseroan (neraca), antara lain tagihan kepada pemerintah negara lain, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada bank pembangunan multilateral dan lembaga internasional, tagihan kepada bank jangka pendek, tagihan kepada bank jangka panjang dan tagihan kepada korporasi. Lembaga pemeringkat yang digunakan oleh Perseroan adalah lembaga pemeringkat yang diakui oleh regulator.

Perseroan telah memiliki kebijakan dan pedoman yang mencakup strategi untuk seluruh aktivitas kredit khususnya yang memiliki eksposur risiko kredit yang signifikan. Strategi tersebut telah memuat secara jelas arah pembiayaan yang akan dilakukan, antara lain berdasarkan jenis kredit, sektor ekonomi, jangka waktu, dan sasaran pasar.

Pengelolaan risiko konsentrasi kredit secara portofolio diatur dalam Kebijakan Risk Appetite & Risk Tolerance yang menetapkan alokasi kredit maksimum pada tiap sektor konsentrasi, seperti konsentrasi kredit pada debitur inti, konsentrasi kredit pada sektor ekonomi tertentu, dan sektor-sektor lainnya yang memungkinkan Perseroan terkena dampak dari risiko konsentrasi kredit. Untuk pengelolaan konsentrasi kredit per debitur atau grup debitur Perseroan melakukan penetapan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dengan mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Risiko kredit dipantau secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai laporan internal manajemen risiko yang disusun secara berkala dan menginformasikan eksposur portofolio termasuk di dalamnya informasi perubahan tren kinerja portofolio, dan dampak kondisi makro ekonomi terhadap kualitas portofolio melalui stress test. Laporan-laporan tersebut disampaikan kepada Manajemen lewat berbagai komite risiko, khususnya Komite Manajemen Risiko dan Komite Pemantau Risiko yang kemudian untuk diperoleh penetapan mitigasi atas risiko kredit yang timbul.

Perseroan menetapkan kategori Tagihan yang Telah Jatuh Tempo yaitu seluruh tagihan yang ada dalam kategori portofolio yang telah jatuh tempo lebih dari 90 (sembilan puluh) hari, baik atas pembayaran pokok dan/atau pembayaran bunga. Kategori Tagihan yang Mengalami Penurunan Nilai/ Impairment menurut Perseroan adalah tagihan yang masuk dalam trigger event yaitu yang memenuhi kriteria NPL status 3, 4 dan 5 menurut Bank Indonesia; hari keterlambatan lebih dari 90 hari.

Perseroan menentukan cadangan secara individual untuk masing-masing aset keuangan kredit yang diberikan pada individu yang signifikan. Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam menentukan jumlah cadangan antara lain mencakup kelangsungan rencana bisnis debitur, kemampuan untuk memperbaiki kinerja setelah adanya kesulitan keuangan, proyeksi penerimaan dan pembayaran apabila terjadi kebangkrutan, kemungkinan adanya sumber pembayaran lainnya, jumlah yang dapat direalisasikan atas jaminan dan ekspektasi waktu atas arus kas. Cadangan penurunan nilai dievaluasi setiap tanggal pelaporan, kecuali bila terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan adanya pemantauan yang lebih berhati-hati.

Untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individu penilaian cadangan kerugian dilakukan secara kolektif. Dalam pembentukan CKPN kolektif, untuk perhitungan PD (Probability of Default) Perseroan menetapkan menggunakan pendekatan Net Roll Rates, sedangkan untuk perhitungan LGD (Loss Given Default) Perseroan menggunakan pendekatan Collateral Shortfall.

Pengungkapan Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar

Ketentuan perihal penggunaan peringkat dalam perhitungan ATMR untuk risiko kredit mengacu kepada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011. Peringkat yang digunakan adalah peringkat terkini yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia yaitu Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP/2011.

Kategori portofolio yang menggunakan peringkat adalah eksposur aset pada laporan posisi keuangan Perseroan (neraca), antara lain tagihan kepada pemerintah negara lain, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada bank pembangunan multilateral dan lembaga internasional, tagihan kepada bank jangka pendek, tagihan kepada bank jangka panjang dan

Risiko kredit counterparty Perseroan bersifat bersih tanpa jaminan untuk counterparty yang merupakan pemerintah, bank dan beberapa perusahaan yang kredibel. Untuk counterparty lainnya, mitigasi dikonsolidasi dalam fasilitas kreditnya masing-masing.

Teknik mitigasi risiko kredit yang diterapkan oleh Perseroan adalah teknik mitigasi risiko berupa agunan. Jenis agunan keuangan yang diterima oleh Perseroan adalah berupa uang tunai yang disimpan pada Perseroan, giro, tabungan, dan deposito yang diterbitkan oleh Perseroan.

Terkait agunan yang diterima oleh Perseroan seperti yang disebutkan sebelumnya, untuk menilai dan mengelola agunan tersebut Perseroan telah memiliki kebijakan dan prosedur terkait agunan tunai.

Sejauh ini Perseroan tidak melakukan teknik mitigasi risiko kredit dengan menggunakan garansi, dan/atau penjaminan atau asuransi kredit, namun melalui teknik mitigasi risiko kredit berupa agunan. Jenis agunan keuangan yang diterima oleh Perseroan adalah berupa uang tunai yang disimpan pada Perseroan, giro, tabungan, dan deposito yang diterbitkan oleh Perseroan.

2. Risiko Pasar

Dalam pelaksanaan pengelolaan risiko pasar, Perseroan menerapkan prinsip segregation of Duties front office (Treasury, melaksanakan transaksi trading), middle office (Risk Management, melaksanakan proses manajemen risiko, menyusun kebijakan dan prosedur) dan back office (Treasury operation, melaksanakan proses settlement transaksi).

Pengelolaan transaksi trading dengan menetapkan dan pemantauan limit-limit yang telah ditetapkan, seperti limit Counterparty, Limit Treasury Group, Limit dealer, Limit MAT (Management Action Trigger) dan Limit Stop Loss.

Untuk menunjang pemantauan eksposur risiko dengan cepat dan tepat, Perseroan telah menggunakan OPICS Treasury system. Sistem tersebut meng-integrasikan front office (Treasury), middle office (Risk Management), dan back office (Treasury operation). Dengan demikian proses pemantauan risiko pada aktivitas Treasury dapat dilakukan dengan lebih baik, serta memudahkan Perseroan dalam memantau limit-limit yang telah tetapkan.

Perseroan menggunakan metode standar untuk menghitung dan memantau risiko pasar yang meliputi risiko suku bunga, risiko valuta asing dan risiko surat berharga yang konsisten sesuai Peraturan OJK No. 11/POJK.03/2016 tanggal 29 Januari 2016. Hasil perhitungan risiko pasar yang berdampak terhadap rasio permodalan, dilaporkan kepada Dewan Komisaris, Direksi dan manajemen senior secara berkala dalam rapat Komite Aset & Liabilitas.

Pelaksanaan proses monitoring risiko pasar atas aktivitas treasury dilakukan dengan membandingkan realisasi risiko terhadap limit yang telah ditetapkan sesuai risk appetite Perseroan. Dan pemantauan atas kinerja treasury untuk memastikan target bisnis dan pendapatan tercapai. Selama tahun 2015, Perseroan berusaha menjaga profil risiko pasar pada tingkat Rendah. Hal ini diindikasikan oleh antara lain tingkat Posisi Devisa Netto (PDN) rata-rata di bawah 7% dan tidak pernah melampaui ketentuan Bank Indonesia sebesar 20% dari Modal.

Portofolio yang diperhitungkan dalam risiko pasar adalah portofolio yang mempunyai risiko akibat pergerakan suku bunga, kurs dan harga untuk semua portofolio dalam neraca dan rekening administratif yaitu kredit yang diberikan, surat berharga (diperdagangkan, tersedia untuk dijual dan disimpan sampai jatuh waktu) dan posisi valuta asing.

Secara periodik, Satuan Kerja Manajemen Risiko (Risk Management Group) melakukan pembaharuan kebijakan risiko pasar yang disesuaikan dengan perkembangan peraturan eksternal, kebijakan internal dan strategi bisnis Perseroan, termasuk peninjauan kembali limit perdagangan yang diusulkan oleh Treasury Group untuk kemudian dibahas, dianalisa dan diputuskan dalam Komite Pemantau Risiko.

Untuk mengantisipasi bergejolaknya nilai tukar mata uang yang dapat berdampak pada kecukupan modal, Perseroan secara rutin maupun ad hoc melakukan stress test terhadap posisi terbuka permata uang yang dikelola dalam hal pelemahan terhadap nilai tukar Rupiah. Dengan stress test ini, Perseroan dapat mengantisipasi lebih awal dan mengambil langkah-langkah pengendalian dan solusi yang paling optimal sebagai strategi jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah potensi timbulnya kerugian sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang melibatkan manusia, proses, sistem dan kejadian-kejadian di luar Perseroan. Dalam rangka penerapan manajemen risiko khususnya untuk risiko operasional, Satuan Kerja Manajemen Risiko memiliki divisi khusus yang mengelola risiko operasional melalui kebijakan dan perangkat risiko operasional.

Mekanisme identifikasi risiko operasional yang dilakukan oleh Perseroan antara lain dilakukan melalui perangkat risiko operasional. Untuk pengukuran risiko operasional, Perseroan melakukan dengan memanfaatkan pendekatan Basic Indicator Approach (BIA) untuk menghitung Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Risiko Operasional yang kemudian digunakan dalam pengukuran Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM).

Mitigasi risiko operasional dilakukan oleh Pemilik Risiko dan dipantau oleh Lini Kedua dan Ketiga. Hasil pemantauan risiko operasional disampaikan kepada Direksi maupun kepada Risk Taking Unit untuk diupayakan proses mitigasi bagi pengendalian dan perbaikan risiko operasional Perseroan.

Menyadari sumber daya manusia adalah aset yang berharga dan merupakan unsur kunci di dalam pengelolaan risiko operasional, maka di tahun 2015 Perseroan telah melakukan rekrutmen tenaga kerja professional dari industri perbankan untuk membawa kontribusi di dalam penyempurnaan proses dan Perseroan telah melakukan banyak pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan didalam bekerja.

4. Risiko Likuiditas

Manajemen risiko likuiditas merupakan hal yang kritikal karena berdampak langsung terhadap keberlangsungan usaha, terutama apabila terjadi suatu krisis keuangan atau ekonomi. Oleh sebab itu, Perseroan berupaya memastikan bahwa kebutuhan pendanaan saat ini maupun masa depan dapat dipenuhi baik pada kondisi normal maupun dalam kondisi sulit. Pemantauan dan perhitungan risiko likuiditas ini dilakukan secara harian, mingguan dan bulanan serta dilaporkan kepada Dewan Komisaris, Direksi dan manajemen senior secara berkala secara harian maupun dalam rapat bulanan Komite Aset dan Liabilitas.

Selama paruh waktu pertama tahun 2016, Perseroan berhasil menjaga profil risiko likuiditas pada tingkat rendah. Hal ini diindikasikan dengan terjaganya tingkat kecukupan Giro Wajib Minimum, baik untuk rupiah maupun valuta asing di BI. Selain itu, Perseroan menggunakan rasio-rasio Secondary Reserve Ratio, Loan to Funding Ratio (LFR), rasio aset dan liabilitas likuid, rasio limit 25 nasabah terbesar, serta dengan memantau limit dari posisi neto arus kas harian dan arus kas keluar kumulatif neto harian.

Secara periodik, Satuan Kerja Manajemen Risiko (Risk Management Group) melakukan pembaharuan kebijakan risiko pasar yang disesuaikan dengan perkembangan peraturan eksternal, kebijakan internal dan strategi bisnis Perseroan, termasuk peninjauan kembali limit perdagangan yang diusulkan oleh Treasury Group untuk kemudian dibahas, dianalisa dan diputuskan dalam Komite Pemantau Risiko.

Untuk mengantisipasi bergejolaknya nilai tukar mata uang yang dapat berdampak pada kecukupan modal, Perseroan secara rutin maupun ad hoc melakukan stress test terhadap posisi terbuka permata uang yang dikelola dalam hal pelemahan terhadap nilai tukar Rupiah. Dengan stress test ini, Perseroan dapat mengantisipasi lebih awal dan mengambil langkah-langkah pengendalian dan solusi yang paling optimal sebagai strategi jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah potensi timbulnya kerugian sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang melibatkan manusia, proses, sistem dan kejadian-kejadian di luar Perseroan. Dalam rangka penerapan manajemen risiko khususnya untuk risiko operasional, Satuan Kerja Manajemen Risiko memiliki divisi khusus yang mengelola risiko operasional melalui kebijakan dan perangkat risiko operasional.

Mekanisme identifikasi risiko operasional yang dilakukan oleh Perseroan antara lain dilakukan melalui perangkat risiko operasional. Untuk pengukuran risiko operasional, Perseroan melakukan dengan memanfaatkan pendekatan Basic Indicator Approach (BIA) untuk menghitung Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Risiko Operasional yang kemudian digunakan dalam pengukuran Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM).

Mitigasi risiko operasional dilakukan oleh Pemilik Risiko dan dipantau oleh Lini Kedua dan Ketiga. Hasil pemantauan risiko operasional disampaikan kepada Direksi maupun kepada Risk Taking Unit untuk diupayakan proses mitigasi bagi pengendalian dan perbaikan risiko operasional Perseroan.

Menyadari sumber daya manusia adalah aset yang berharga dan merupakan unsur kunci di dalam pengelolaan risiko operasional, maka di tahun 2015 Perseroan telah melakukan rekrutmen tenaga kerja professional dari industri perbankan untuk membawa kontribusi di dalam penyempurnaan proses dan Perseroan telah melakukan banyak pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan didalam bekerja.

4. Risiko Likuiditas

Manajemen risiko likuiditas merupakan hal yang kritikal karena berdampak langsung terhadap keberlangsungan usaha, terutama apabila terjadi suatu krisis keuangan atau ekonomi. Oleh sebab itu, Perseroan berupaya memastikan bahwa kebutuhan pendanaan saat ini maupun masa depan dapat dipenuhi baik pada kondisi normal maupun dalam kondisi sulit. Pemantauan dan perhitungan risiko likuiditas ini dilakukan secara harian, mingguan dan bulanan serta dilaporkan kepada Dewan Komisaris, Direksi dan manajemen senior secara berkala secara harian maupun dalam rapat bulanan Komite Aset dan Liabilitas.

Selama paruh waktu pertama tahun 2016, Perseroan berhasil menjaga profil risiko likuiditas pada tingkat rendah. Hal ini diindikasikan dengan terjaganya tingkat kecukupan Giro Wajib Minimum, baik untuk rupiah maupun valuta asing di BI. Selain itu, Perseroan menggunakan rasio-rasio Secondary Reserve Ratio, Loan to Funding Ratio (LFR), rasio aset dan liabilitas likuid, rasio limit 25 nasabah terbesar, serta dengan memantau limit dari posisi neto arus kas harian dan arus kas keluar kumulatif neto harian.

Untuk memproyeksikan kondisi likuiditas di masa mendatang, Perseroan menggunakan metodologi liquidity gap. Liquidity gap di buat atas dasar maturity mismatch antara komponen-komponen aset dan liabilitas (termasuk off-balance sheet), yang disusun ke dalam periode waktu (time bucket) berdasarkan contractual maturity ataupun behavioral maturity. 5. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis tersebut antara lain disebabkan oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan dokumen yang tidak sempurna. Untuk memitigasi risiko hukum yang mungkin timbul akibat tuntutan hukum atau kelemahan aspek yuridis, Perseroan memiliki Divisi Legal untuk memastikan perikatan yang dilakukan oleh Perseroan telah memenuhi 4 (empat) landasan utama yaitu:

1. Kesepakatan, yaitu setiap hubungan hukum/ perikatan yang dilakukan dengan counterparty harus berlandaskan adanya kesepakatan dari para pihak.

2. Kecakapan, yaitu kemampuan atau kewenangan bertindak dari para pihak dalam suatu hubungan hukum perikatan.

3. Objek Perjanjian, yaitu obyek perjanjian hukum yang harus jelas atau spesifik dan realistis. 4. Memiliki causa prima yang halal, yaitu setiap perjanjian yang dilakukan tidak bertentangan

dengan norma kepatutan, kesusilaan dan tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Selain itu, Perseroan juga memiliki divisi litigasi yang salah satu fungsinya adalah menangani setiap permasalahan hukum yang terkait dengan litigasi agar risiko hukum yang mungkin timbul dapat diminimalisir. Pengelolaan risiko hukum dilakukan dengan memantau perkembangan kasus hukum yang terjadi dan mengambil tindakan hukum dari kasus-kasus tersebut. Penanganan kasus-kasus hukum yang dilakukan pada Perseroan senantiasa memperhitungkan potensi kerugian baik atas penyelesaian kasus secara damai ataupun melalui jalur pengadilan.

6. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan merupakan risiko akibat Perseroan tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menjalankan kegiatan usaha perbankan, Perseroan diwajibkan untuk selalu tunduk terhadap peraturan perbankan yang diterbitkan baik oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) dan/atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, Perseroan juga wajib tunduk kepada beberapa ketentuan lainnya, seperti peraturan dari Lembaga Penjamin Simpanan, Undang Undang Perseroan Terbatas, Perpajakan dan peraturan di bidang pasar modal .

Perseroan memiliki unit kerja Kepatuhan yang merupakan salah satu divisi di bawah Satuan Kerja Kepatuhan, dimana Satuan Kerja Kepatuhan bertanggung jawab langsung kepada Direktur yang Membawahi Fungsi Kepatuhan.

Tugas utama Satuan Kerja Kepatuhan adalah melakukan koordinasi atas pelaksanaan fungsi kepatuhan Perseroan yaitu :

a. Mewujudkan terlaksananya budaya kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Perseroan.

b. Mengelola risiko kepatuhan yang dihadapi oleh Perseroan.

c. Memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Perseroan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Memastikan kepatuhan Perseroan terhadap komitmen yang dibuat oleh Perseroan kepada otoritas pengawas yang berwenang.

Dalam rangka pengendalian aspek kepatuhan Perseroan melakukan mitigasi risiko kepatuhan yang setidaknya meliputi:

a. Melakukan sosialisasi Peraturan BI/OJK dan peraturan perundang-undangan lainnya yang baru diterbitkan kepada seluruh satuan kerja dan kantor cabang melalui e-mail blast (Compliance News), forum tatap muka, dan/atau teleconference.

b. Berkoordinasi dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko untuk melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko kepatuhan secara berkala dalam rangka penyusunan Laporan Profil Risiko.

c. Melakukan fungsi konsultatif terkait penerapan atas peraturan regulator yang berlaku. d. Melakukan pemantauan terhadap rasio-rasio keuangan utama.

e. Melakukan pemantauan kepatuhan terhadap rancangan kebijakan, prosedur, dan/atau kegiatan usaha Perseroan untuk memastikan kesesuaiannya dengan ketentuan regulator. f. Memantau dan memastikan surat-surat pembinaan dari OJK, BI dan/atau regulator

lainnya telah ditindaklanjuti oleh unit kerja terkait dengan benar dan tepat waktu. 7. Risiko Stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.Risiko stratejik berhubungan dengan perencanaan strategi yang baik untuk menghindari terjadinya kerugian atau dampak negatif lainnya dari adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang berdampak luas dan jangka panjang dalam organisasi. Seluruh satuan kerja

Dalam dokumen PROSPEKTUS. PT Bank MNC Internasional Tbk (Halaman 121-139)