BAB I PENDAHULUAN
6. Risiko Mobile banking
Risiko yang banyak terjadi adalah adanya orang atau sekelompok orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan phising. Artiya mereka membuat situs yang mirip dengan situs bank aslinya sehingga tanpa disadari oleh nasabah yang bersangkutan sedang mengakses situs palsu karena logo bank dan formatnya sama persis menyerupai aslinya. Pelaku
phising akan mendapatkan informasi yang sangat rahasia, user name dan
nomor PIN. Dengan informasi lengkap ini mereka akan bebas bergerak memindahkan dana nasabah ke rekening mana yang mereka mau. Untuk menjaga agar tidak masuk kedalam perangkap ini, nasabah harus memasukan alamat situs benar dan pasti. Jika tidak tahu jelas dan pasti, jangan mencoba-coba alamat istus yang belum pasti. Atau adanya kejahata yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggng jawab seperti pembobolan secara online (Supriyono, 2011: 70-71).
Fitur keamanan menjadi salah satu isu penting pengguna mobile
banking. Para ahli keamanan secara umum setuju mobile banking lebih
aman dari online banking lainnya karena sedikit virus yang menyerang
rentan diserang penipuan yang dianamakan “shimshing”. penyebab penipuan ini adalah lebih banyak disebabkan oleh pengguna mobile
banking menerima sms palsu yang menanyakan detail rekening bank dari
seorang hacker yang menyamar sebagai institusi keuangan modus seperti ini telah banyak membuat orang terjebak di dalamnya dan uangnya terkuras.
Isu kekurangan mobile banking yang lain adalah mengenai kompabilitas. Nasabah memerlukan smartphone untuk dapat mengakses layanan mobile banking. Software dukungan mobile banking pihak ketiga tidak selalu kompatibel bagi semua jenis smartphone. Dan jika tidak memiliki smartphone maka fitur yang dapat diakses dalam menggunakan
mobile banking terbatas, seperti fitur transfer antar rekening tidak
tersedia bagi pengguna ponsel model lama sehingga tetap saja harus menggunakan smartphone.
Pembajakan nomor ponsel dan pencurian PIN mobile banking pembajakan nomor ponsel adalah pengambil alihan nomor ponsel oleh orang lain dengan cara melaporkan kehilangan kepada perusahan operator telpon dan menerbitkan SIM card yang baru. Pembajakan nomor ponsel terjadi biasanya pada saat ponsel nasabah tidak aktif atau tidak mendapatkan sinyal. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecurigaan nasabah. Mobile banking dapat disalah guakan jika ponsel nasabah di curi atau digunakan orang lain, karena biasanya nasabah menyimpan PIN, user id, dan password di dalam ponsel agar tidak lupa dan memudahkan bertransaksi Sebagai contoh, PIN SMS banking akan tersimpan pada sent items sehingga dapat diketahui dan disalahgunakan oleh orang lain (Tampubolon, 2015:22).
Dibandingkan dengan SMS banking atau internet banking, mobile
banking lebih mudah dipraktekan karena tidak perlu mengingat
kode-kode dalam transaksi yang dilakukan. Selain itu dalam menggunakan
mobile banking tidak memerlukan pulsa untuk mengaksesnya selagi kita
26
ini namun kita tetap perlu berhati hati dalam menggunakan kemudahan yang diberikan.
Kesimpulan dari pengertian mobile banking adalah layanan yang diberikan oleh bank untuk memudahkan nasabah melakukan transaksi tanpa harus mengisi slip dan menunggu lama di bank. Mobile banking dapat di akses melalui perangkan smartphone di mana saja dan kapan saja. Layanan mobile banking aman dan dapat diandalkan, semua transaksi di bank bisa dilakukan melalui mobile banking kecuali tarik tunai dan setor tunai.
Penelitian Relevan D.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hanif Astika Kurniawati (2015) dengan judul “Analisis Minat Penggunaan Mobile banking Dengan Pendekatan
Technology Acceptance Model (TAM)” Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa pengalaman berpengaruh terhadap persepsi kegunaan, kerumitan berpengaruh terhadap persepsi kegunaan, gender tidak berpengaruh terhadap persepsi kegunaan, gender tidak berpengaruh terhadap persepsi kemudahan, persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap minat perilaku pengguna mobile banking, persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap persepsi kegunaan, persepsi kegunaan berpengaruh terhadap minat perilaku penggunaan mobile banking.
Hal yang membedakan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian ini adalah penelitian di atas menggunakan pendekatan
Technology Acceptance Model (TAM), sedangkan penulis menggunakan
pendekatan deskriptif kuantitatif yang menggambarkan tentang minat generasi milenial.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yasinta Oktaviana L.Rema, Djoko Budianto (2016), dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Mobile Banking Studi Kasus: BRI Cabang Bajawa”. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa kemudahan penggunaan, persepsi keamanan, dan biaya yang dikeluarkan merupakan tiga faktor yang paling
menentukan niat perilaku nasabah BRI Cabang Bajawa dalam penggunaan kembali mobile banking. Sedangkan manfaat yang dirasakan dan pengaruh sosial tidak berpengaruh terhadap niat seseorang menggunakan kembali
mobile banking. Hal ini dapat dikarenakan mobile banking bukan
merupakan sistem atau aplikasi utama yang langsung responden gunakan dalam pekerjaan mereka sehingga manfaat langsung tidak terlalu dirasakan. Dibandingkan niat perilaku, kondisi pemfasilitasi masih menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap penggunaan kembali
mobile banking oleh nasabah BRI Cabang Bajawa
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah, penelitian di atas membahas tentang faktor-faktor yang memepengauhi penerimaan mobile banking pada BRI cabang Bajawa, sedangkan penulis membahas mengenai minat generasi milenial menggunakan mobile banking, serta perbedaan selanjutnya adalah tempat penelitian yang mana penulis melakukan penelitian di Kota Padang Panjang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Febriana Maulana Yusuf (2017) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Menggunakan Internet Banking pada Nasabah Bri Syariah Yogyakarta”
Dengan hasil penelitian kemudahan tidak berpengaruh terhadap minat menggunakan internet banking pada nasabah dan kenyamanan berpengaruh positif terhadap minat menggunakan Internet Banking Pada Nasabah BRI Syariah Yogyakarta.
Hal yang membedakan penelitian di atas dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian di atas membahas tentang internet banking pada nasabah, sedangkan penulis membahas tentang mobile
banking pada generasi milenial. Serta yang membedakannya adalah tempat
penelitian di mana penulis meneliti di Kota Padang Panjang sedangkan penelitian di atas melakukan penelitian di BRI Syariah Yogyakarta.
28 BAB III
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
A.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan langsung kepada objek penelitian dengan cara peneliti langsung turun ke lapangan untuk memperoleh data-data dan informasi yang berhubungan dengan penelitian. Untuk metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian yang peneliti lakukan dengan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif, maksudnya untuk menggambarkan keadaan sebenarnya secara sistematik, faktual dan akurat mengenai minat generasi milenial menggunakan mobile banking di Kota Padang Panjang.
Tempat dan Waktu Penelitian B.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Padang Panjang. 2. Waktu Penelitian Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian Kegiatan Septemb er Oktobe r
November Desember Januari Febr uari Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Observasi Membuat proposal skripsi Bimbingan proposal skripsi Seminar proposal Perbaikan skripsi Instrumen penelitian Penelitian Pengolahan data penelitian Bimbingan skripsi Munaqasah
Populasi dan Sampel C.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya satu orang, tapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tapi juga meliputi seluruh karakteristik sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut (Sugiono, 2014:148). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah generasi millenial yang ada di Padang Panjang.
Adapun jumlah generasi milenial di Kota Padang Panjang yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. 2
Populasi Generasi Milenial di Kota Padang Panjang
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki – Laki 5.289
2 Perempuan 4.982
Total 10.271
Sumber: BKKBN Kota Padang Panjang
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Atas dasar itu, peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2013:81).
Adapun teknik sampling yang penulis gunakan adalah
non-probability sampling dengan teknik sampling insidential. Sampling insidential yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan/insidential bertemu dengan peneliti yang digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2013:85).
30
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam menentukan seberapa banyak sampel, yaitu dengan menggunakan rumus Slovin, perhitungan sampel didasarkan atas kesalahan 10%, jadi sampel yang digunakan dalam penelitan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n = jumlah elemen/ anggota sampel N = jumlah elemen/ anggota populasi e = error level/ tingkat kesalahan
Catatan: umumnya digunakan 5%, 10%, dan 15%. Eror level yang dipakai dalam penelitian ini adalah 10%.
Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
n = n = n = n = 99,03
Dengan toleransi kesalahan 10% didapatkan ukuran sampel sebesar 99,03 atau sama dengan 99 orang.
Pengembangan Instrumen D.
Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang perlu diketahui (Iqbal Hasan, 2010: 16).
Indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dan telah di uji validitasnya oleh seorang ahli (validator).
Sedangkan teknik skala yang penulis gunakan dalam ini adalah dengan skala likert, di mana skala ini berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya sangat puas, puas, cukup puas, kurang puas dan tidak puas. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu.
Tabel 3. 3
Kategori Point Skala Likert
No Pilihan Jawaban Kode Skala/Nilai
1 Sangat Berminat SB 5
2 Berminat B 4
3 Kurang Berminat KB 3
4 Tidak Berminat TB 2
5 Sangat Tidak Berminat STB 1
Sumber: (Muhammad, 2008: 154).
Adapun indikator kuesioner dalam penelitian yang terkait dengan minat generasi milenial menggunakan mobile banking di Kota Padang Panjang, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. 4
Indikator Kuesioner Penelitian
Indikator Kisi-kisi Nomor butir Referensi Pengetahuan 1. Tahu apa itu mobile
banking 2.Tahu cara menggunakan mobile banking 3.Tahu risiko menggunakan mobile banking 1-4 Noto admojo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010 : 30-40)
Efektivitas 1.Mudah digunakan 2.Memudahkan transaksi keuangan 3.Hemat waktu 5-8 Tjini dan Baridwan (2011: 6)
Kepercayaan 1.Sistem aman digunakan
2.Sistem yang dapat dipercaya
3.Tidak salah dalam memproses transaksi 9-12 Flavian dan giunaliu (2007) Minat generasi milenial
1.Dari dalam individu sendiri
2.Informasi yang
13-16 Sholeh dan Wahab (2004) dalam
32
disampaikan oleh orang lain
Machmudah (2009)
Teknik Pengumpulan Data E.
Adapun teknik pengumpulan data yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014:230).
Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang minat generasi milenial menggunakan mobile banking di Kota Padang Panjang, Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penyebaran kuesioner adalah metode pengambilan sampel secara acak (random sample) kepada generasi milenial di Kota Padang Panjang mengunakan google form dan langsung kepada sampel yang ditemui. 2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monomental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,sejarah, biografi dan kebijakan (Sugiyono, 2013: 240).
Teknik Analisis Data F.
Untuk menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan data yang diperoleh kemudian diinterprestasikan sehingga memberikan informasi yang lengkap minat generasi milenial menggunakan
mobile banking di Kota Padang Panjang.
Analisis data adalah data yang telah di peroleh selanjutnya akan di anlisis menggunakan program SPSS 22. Langkah-langkah analisis data menggunakan SPSS 22 alat analisis sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Uji validitas item merupakan uji instrument data untuk mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang ngin diukur. Uji validitas digunakan untuk menguji apakah kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 22 dan menggunakan metode correted item total correlation dengan taraf signifikan 10% dengan Uji 1 sisi. Jika r hitung > r tabel maka item dapat dinyatakan valid namun jika r hitung < r tabel, maka item dinyatakan tidak valid (Priyatno, 2014: 51).
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui ketepatan, ketelitian, keakuratan atau konsisten alat ukur yang biasanya menggunakan kuesioner. Maksudnya apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali. Metode yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur skala rentangan (seperti skala likert 1-5) adalah Alpha Cronbach. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas, di mana item yang masuk pengujian adalah item yang valid saja. Untuk menentukan apakah instrument reliabel atau tidak menggunakan batasan 0,6. Menurut sekaran, reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik (Priyatno, 2014: 64).
3. Skala likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomenal sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah diterapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variabel penelitian (sugiyono, 2007: 134).
Jawaban setiap item instrumen dalam penelitian ini mengunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata yaitu:
a. Sangat Setuju b. Setuju
34
c. Kurang setuju d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban untuk pernyataan positif dapat diberi skor.
Instrumen Skor
a. Sangat Setuju 5
b. Setuju 4
c. Kurang setuju 3
d. Tidak Setuju 2
e. Sangat Tidak Setuju 1
4. Analisi Deskriptif Data
Pada penelitian ini analisis data yang digunakan untuk metode kuantitatif adalah dengan statistik dan untuk metode kuantitatif mengunakan analisis deskriptif kuantitatif. Dengan analisis ini akan dapat dihitung seberapa besar minat masyarakat mengunakan mobile banking di kota padang panjang.
Nilai minat masyarakat (MM) = adalah, jumlah skor hitung (SH) hasil penelitian dari minat masyarakat dibagi dengan skor kriterium (SK), atau skor ideal. Jadi MM= (Sugiyono,2015: 639). Untuk mengetahui hasil minat generasi milenial Kota Padang Panjang mengunakan mobile
banking, maka interpretasi pencapaian responden digunakan klasifikasi
yang dapat dilihat:
Langkah-langkah yang dilakukan dalam deskripti data:
a. Mengedit data, menyusun dan merapikan data sehingga dapat diolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Meneliti data, yaitu memberikan tanda tertentu terhadap data yang telah diedit.
d. Menghitung presentase minat dengan rumus: x 100%
Tabel 3. 5
Interpretasi pencapaian responden
Presentase Interpretasi minat
80%-100% Sangat Berminat
60%-79,99% Berminat
40%-59,99% Kurang Berminat
20%-39,99% Tidak Berminat
0%-19.99% Sangat Tidak Berminat Sumber: (Darmadi, 2011)
Berdasarkan table 3.5 dapat diketahui bahwa presentase minat yang berkisaran antara 0% - 19,99% dikategorikan dengan sangat tidak berminat, presentase yang berkisaran antara 20% - 39,99% dikategorikan tidak berminat, presentase yang berkisaran antara 40% - 59,99% dikategorikan kurang berminat, presentase yang berkisaran antara 60% - 79,99% dikategorikan berminat, dan presentase yang berkisaran antara 80% - 100% dikategorikan sangat berminat.
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kota Padang Panjang A.
Sejarah Singkat Kota Padang Panjang 1.
Kota Padang Panjang adalah kota dengan luas wilayah terkecil di Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini memiliki julukan sebagai Kota Serambi Mekkah, dan juga dikenal sebagai Mesir van Andalas (Egypte
van Andalas). Sementara wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh
wilayah administratif Kabupaten Tanah Datar. Kawasan kota ini sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Tuan Gadang di Batipuh. Pada masa Perang Padri kawasan ini diminta Belanda sebagai salah satu pos pertahanan dan sekaligus batu loncatan untuk menundukkan kaum Padri yang masih menguasai kawasan Luhak Agam. Selanjutnya Belanda membuka jalur jalan baru dari kota ini menuju Kota Padang karena lebih mudah dibandingkan melalui kawasan Kubung XIII di kabupaten Solok sekarang. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan sementara Kota Padang, setelah Kota Padang dikuasai Belanda pada masa agresi militer Belanda sekitar tahun 1947 (http//www.padangpanjangkota.go.id).
Kota Padang Panjang terbentuk berdasarkan Undang-undang nomor 8 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota kecil dalam lingkungan daerah provinsi Sumatra Tengah pada tanggal 23 Maret 1956. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang nomor 1 tahun 1957, status Kota Padang Panjang sejajar dengan daerah kabupaten dan kota lainnya di Indonesia.
Berdasarkan keputusan DPRD Peralihan Kota Praja nomor 12/K/DPRD-PP/57tanggal 25 September 1957, maka kota Padang Panjang dibagi menjadi 4 wilayah administrasi, yakni Resort Gunung, Resort Lareh Nan Panjang, Resort Pasar dan Resort Bukit Surungan. Kemudian, berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 istilah kota praja
diganti menjadi kotamadya dan berdasarkan peraturan menteri nomor 44 tahun 1980 (http//www.padangpanjangkota.go.id).
Visi dan Misi Kota Padang Panjang 2.
VISI: “Padang panjang Amanah, Aman, dan Sejahtera”
Padang Panjang Amanah, memiliki makna pemerintahan daerah dan masyarakat Kota Padang Panjang mampu melaksanakan hak dan kewajiban dengan baik sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Padang Panjang Aman, memiliki maksud tidak hanya aman dari tindak kriminalitas, tapi yang dimaksud dengan aman lebih luas lagi, yaitu: Masyarakat sudah terlepas dari persoalan kebutuhan dasar serta lebih mandiri dan kehidupan yang Sejahtera, menggambarkan kondisi masyarakat dalam keadaan makmur, sehat dan damai.
Dengan demikian Visi Padang Panjang Amanah, Aman dan Sejahtera mengandung makna sebagai kota yang mencerminkan unsur pemerintahan dan masyarakatnya mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan norma, budaya dan aturan yang berlaku, terpenuhinya segala kebutuhan hidup lebih mandiri sehingga menggambarkan keadaan masyarakatnya yang makmur, sejahtera dan damai.
MISI:
a. Memantapkan Tatakelola Pemerintahan yang Amanah dan Anti KKN. b. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan Islami. c. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat.
d. Mengoptimalkan Potensi dan Daya Saing Ekonomi Daerah. e. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup dan Infrastruktur Kota. f. Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera dan berbudaya. (dalam
38
Jumlah Penduduk Kota Padang Panjang 3.
Tabel 4. 1
Jumlah Masyarakat Kota Padang Panjang Berdasarkan Usia
Usia Perempuan Laki- Laki Jumlah
0-<1 183 197 380 1 – 4 1.422 1.478 2.900 5 – 9 2.067 2.271 4.338 10 – 14 2.059 2.232 4.291 15 – 19 2.055 2.197 4.252 20 – 24 1.138 1.227 2.365 25 – 29 1.370 1.301 2.671 30 – 34 1.187 1.379 2.566 35 – 39 1.287 1.382 2.669 40 – 44 1.540 1.669 3.209 45 – 49 1.449 1.342 2.791 50 – 54 1.158 1.181 2.339 55 – 59 1.118 1.040 2.158 60 – 64 914 822 1.736 65 – 69 644 568 1.212 70 – 74 357 225 582 75 + 600 378 978 Total 20.548 20.889 41.437
Sumber: BKKBN kota Padang Panjang
Perekonomian Kota Padang Panjang 4.
Penduduk Kota Padang Panjang pada umumnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mempunyai profesi yang berbeda-beda, dintaranya ada beberapa macam mata pencaharian masyarakat Padang Panjang sebagai berikut:
a. Pertanian
Secara umum potensi pertanian di Kota Padang Panjang cukup beragam seperti sayuran, padi, jagung ubi jalar, cabe, terung, dan tanaman hias merupakan komoditas yang cukup prospektif untuk dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun luar Padang Panjang. Namun seiring dengan perkembangan Kota, maka telah terjadi alih fungsi lahan atau penyusutan lahan pertanian. Untuk
itu berbagai usaha program insentifikasi pertanian seperti penggunaan benih unggul bermutu, pertanian organik dan penerapan teknologi anjuran sudah berkembang. Tanaman hias juga mempunyai peluang untuk diberdayakan sebagai komoditas komersial yang penting dan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan petani tanaman hias dan devisa negara. Potensi untuk mengembangkan usaha tanaman hias sangatlah prospek dalam peluang pasar internasional.
Kota Padang Panjang termasuk salah satu daerah potensi pengembangan tanaman hias di Sumatera Barat yang didukung letak ketinggian dari permukaan laut, tipe iklim, curah hujan, tipe tanah, kesuburan tanah, dan temperatur udara. Selain tanaman hias tersebut di Padang Panjang juga berkembang berbagai usaha bunga dengan berbagai jenis.
b. Perkebunan
Usaha perkebunan di Kota Padang Panjang berskala kecil (perkebunan rakyat) dengan lahan terbatas. Luas areal tanam dan produksi tanaman perkebunan dari tahun ke tahun mengalami penurunan sesuai perkembangan.
c. Peternakan
Pembangunan peternakan diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dengan pengembangan peternakan rakyat, salah satunya yaitu dengan penguatan modal masyarakat. Di samping itu juga dilakukan pelayanan kesehatan ternak secara insentif, bimbingan usaha, temu agribisnis dan berbagai bentuk penyuluhan lainnya. Program pengembangan peternakan utamanya ditujukan pada pengembangan sapi potong dan sapi perah.
d. Perikanan
Pelaksanaan urusan perikanan, kebijakannya diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat petani ikan dengan peningkatan produktifitas dan efisiensi usaha perikanan sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya wirausaha
40
perikanan. Upaya pengembangan perikanan sesuai dengan potensi yang ada diarahkan untuk pengembangan budidaya ikan air tawar, pengembangan agribisnis perikanan, peningkatan sarana dan prasarana perikanan, pencegahan dan pemberantasan hama penyakit ikan. Pengembangan budidaya perikanan darat di Kota Padang Panjang dilakukan melalui budidaya kolam air deras, kolam air tenang, keramba, dan perairan umum yang dikelola secara terbatas. Jenis ikan yang banyak dibudidayakan antara lain ikan nila, ikan lele, ikan mas, dan lainnya.
e. Kehutanan
Pelaksanaan urusan kehutanan di Kota Padang Panjang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian. Sesuai dengan potensi yang ada, maka penebangan kehutanan bersifat skala kecil atau hutan rakyat dengan program pemanfaatan potensi hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, perlindungan dan pembinaan sumber daya hutan. Hal ini bertujuan antara lain untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung lingkungan, mencegah banjir, tanah longsor, erosi, dan sekaligus untuk mendukung produktivitas sumber daya hutan dan lahan