• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Risiko Nilai Tukar

Menurut Taswan (2006) risiko nilai tukar adalah potensi timbulnya kerugian akibat bergeraknya nilai tukar di pasar kearah yang berlawanan dengan ekspektasi posisi portofolio bank. Sedangkan menurut Fahmi (2011) risiko valuta asing (valuta asing) adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di pasaran yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan, terutama pada saat dikonversikan dengan mata uang domestik. Setiap negara yang masuk dalam lingkungan global harus berhadapan dengan kondisi perubahan nilai tukar uang (exchange rate) yang setiap waktu terus mengalami kondisi fluktuatif.

Menurut Fahmi (2011) ada beberapa keuntungan dan kerugian dari pergerakan valuta asing bagi kinerja keuangan perusahaan, yaitu:

1. Transaksi yang mengakibatkan laba atau rugi ditranslasikan pada nilai mata uang rata-rata yang berlaku selama tahun berjalan.

2. Aktiva dan kewajiban dalam neraca penutupan ditranslasikan pada nilai tukar yang berlaku pada tanggal penutupan laporan.

3. Aktiva bersih pada neraca awal dinyatakan kembali dengan nilai tukar pada saat penutupan, yaitu selisih dari tahun sebelumnya akan dimasukkan dalam cadangan.

4. Perbedaan nilai tukar atas pinjaman dalam bentuk mata uang asing yang secara langsung dinaikkan untuk, atau untuk memberikan pembendung (hedging) terhadap aktiva tetap di luar negeri akan dimasukkan dalam cadangan dan akan di-offset terhadap perbedaan nilai tukar atas aktiva tersebut.

5. Semua keuntungan dan kerugian lainnya telah dimasukkan dalam laporan laba-rugi.

Menurut Kamau (2015) risiko nilai tukar merupakan jumlah selisih kurs mata uang asing yang terdiri dari seluruh keuntungan atau kerugian dari hasil penjabaran laporan keuangan dan keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing yang termasuk dalam laba atau rugi setelah pajak dalam laporan keuangan. Selain itu, risiko nilai tukar juga dapat mengarah pada efek yang merugikan atau menguntungkan pada nilai perusahaan. Hal itu muncul diakibatkan adanya fluktuasi tak terduga pada nilai tukar antara mata uang pelaporan suatu perusahaan dan mata uang asing lainnya. Menurut Madura (2000) dikarenakan nilai valuta berfluktuasi sepanjang waktu, sebuah bank yang memegang valuta asing mungkin akan mengalami kerugian atau keuntungan karenanya dan ada berbagai cara yang dapat digunakan bank dalam mengurangi risiko tersebut. Akan tetapi, sejumlah bank tidak berupaya untuk

meng-hedge posisi mereka dalam valuta asing jika mereka memperkirakan valuta asing yang dimaksud akan naik di masa mendatang.

Menurut Taswan (2006) secara umum bank-bank menggunakan historical method untuk mengukur risiko nilai tukar. Historical method adalah metoda perhitungan value at risk dengan mempertimbangkan volatilitas nilai tukar valuta selama periode tertentu yang diobservasi. Volatilitas atau standar deviasi adalah besar simpangan data yang diukur dari nilai rata-rata tingkat perubahan data. Pengukuran VaR dengan menggunakan Net Open Position (NOP/PDN) masing-masing valuta dilakukan setiap hari dengan menggunakan data historis 250 hari sebelumnya. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002) kegiatan valuta asing dapat menempatkan bank dalam posisi long, short, atau square (seimbang). Bank akan dikatakan posisi long dalam suatu mata uang apabila aktiva valuta asing lebih besar dari pasiva valuta asing dalam mata uang tersebut. Sedangkan posisi short terjadi apabila pasiva valuta asing lebih besar dari aktiva valuta asing dalam mata uang tersebut. Apabila jumlah aktiva valuta asing sama dengan jumlah pasiva valuta asing maka bank dikatakan dalam posisi square. Berikut tabel 2.1 yang menggambarkan Posisi Devisa Neto (PDN) bank.

Tabel 2.1 Posisi Devisa Neto (PDN)

1. Aktiva valas > Pasiva valas Posisi Long 2. Aktiva valas < Pasiva valas Posisi Short 3. Aktiva valas = Pasiva valas Posisi Square

Posisi Devisa Neto (PDN) merupakan selisih bersih antara aktiva dan pasiva valuta asing setelah memperhitungkan rekening-rekening administrasinya. Secara ringkas PDN dapat digambarkan dengan rumus:

PDN =

Bila PDN menunjukkan hasil yang positif maka disebut posisi long, sebaliknya apabila PDN menunjukkan hasil yang negatif maka disebut posisi short.

Tabel 2.2 Posisi PDN

1. PDN Positif Posisi Long 2 PDN Negatif Posisi Short

Sumber: Kuncoro dan Suhardjono (2002: 301)

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002) risiko mata uang terjadi apabila bank dalam posisi long (aktiva valuta asing lebih besar dari pasiva valuta asing) atau overbought dalam suatu mata uang dan nilai tukarnya menurun (depresiasi) maka bank akan menanggung rugi karena nilai uang yang dipelihara juga mengalami penurunan. Dikarenakan perubahan ini berlangsung cepat, maka nilai suatu posisi juga cepat berubah. Hal ini menyebabkan memelihara posisi yang cukup besar dalam suatu mata uang dapat menimbulkan risiko yang tinggi. Penetapan PDN dimaksudkan agar bank-bank dalam mengambil posisi selalu dalam pengawasan, sehingga apabila terjadi perubahan nilai tukar secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar bank tidak mengalami gangguan yang dapat berakibat fatal. Shapiro (2013) membandingkan antara risiko transaksi, risiko translasi dan risiko ekonomi dan menemukan bahwa pengukuran dan dampak dari risiko transalasi retrospektif di masa depan karena didasarkan pada tindakan yang terjadi di masa lalu. Oleh

karena itu risiko translasi berdampak pada aset dan liabilitas di neraca dan item laporan keuangan yang sudah ada. Shapiro (2013) mengamati bahwa pengukuran risiko transaksi menggabungkan antara retrospektif dan prospektif karena didasarkan pada kegiatan yang terjadi di masa lalu tetapi diselesaikan di masa depan. Sehingga risiko transaksi dapat menjadi bagian dari risiko transalasi dan risiko ekonomi dalam arti bahwa kontrak yang sudah masuk dan dicatat di neraca merupakan bagian dari risiko transalasi dan kontrak belum diakui di neraca adalah bagian dari risiko ekonomi.

Dokumen terkait