• Tidak ada hasil yang ditemukan

2015 Projected unit credit

1. Risiko Operasional

a. Risk Control and Self Assessment (RCSA)

RCSA merupakan perangkat manajemen risiko yang bersifat kualitatif dan prediktif yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko berdasarkan dimensi dampak (impact ) dan kemungkinan kejadian (likelihood ). RCSA di PT Pegadaian (Persero) telah diterapkan di Divisi Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Area, Kantor Cabang dan Kantor Unit Pelayanan.

Penerapan Manajemen Risiko Operasional dilakukan dengan mengacu pada Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Perusahaan dalam bentuk Peraturan Direksi Nomor 487/MR.200/2012 tentang Piagam, Kebijakan Umum dan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko yang mencakup pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko dan sistem pengendalian internal.

Penerapan Manajemen Risiko dimaksud ditujukan untuk mengelola eksposur risiko operasional yang disebabkan oleh faktor ketidakcukupan sumber daya manusia, internal proses, kegagalan sistem teknologi informasi, bencana alam, dan kejahatan pihak eksternal terhadap PT Pegadaian (Persero) yang berpotensi menimbulkan kerugian finansial maupun non finansial bagi Perusahaan. Pengelolaan terhadap eksposur risiko operasional di PT Pegadaian (Persero) mencakup pengelolaan terhadap eksposur risiko hukum dan risiko reputasi yang terdapat pada setiap proses bisnis dan aktifitas operasional.

Setiap unit kerja operasional PT Pegadaian (Persero) bertanggung jawab atas penerapan proses manajemen risiko melalui pengendalian intern dalam aktifitas operasional dan bisnis di masing-masing unit kerja. Hal tersebut dilakukan mulai dari tahap identifikasi, pengukuran, pemantauan hingga pengendalian risiko. Direksi menetapkan fungsi manajemen risiko pada setiap unit kerja mulai dari tingkat Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Area, Kantor Cabang dan Kantor Unit Pelayanan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses penilaian risiko yang dilaksanakan per triwulan guna mendapatkan profil risiko perusahaan.

Di samping itu, Manajemen berperan aktif dalam pemantauan risiko perusahaan, penilaian kecukupan pengelolaan risiko dari suatu produk dan/atau aktifitas baru, serta mendukung pemilik risiko (risk owner ) dalam mengembangkan budaya sadar risiko, penerapan strategi anti fraud , dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip manajemen risiko. Dalam rangka pengelolaan dan perbaikan kontrol atas risiko operasional, Divisi Manajemen Risiko mengkaji dan membahas risiko operasional yang dilaksanakan secara berkala bersama Divisi dan Unit Kerja terkait. Internal Audit selaku third line of defense yang meliputi Audit Kantor Pusat dan Inspektorat Wilayah di seluruh Indonesia bertugas melakukan pemantauan dan validasi atas kecukupan pengendalian intern dalam aktifitas operasional dan bisnis di unit kerja operasional dan konsisten atas penerapan manajemen risiko operasional di PT Pegadaian (Persero) secara pegadaian wide.

Penerapan Manajemen Risiko Operasioal PT Pegadaian (Persero) difasilitasi melalui perangkat manajemen risiko operasional berupa modul Risk and Control Self Assessment (RCSA), Loss Event Database (LED), Key Risk Indicator (KRI) dan maturitas. Upaya peningkatan pemahaman atas menajemen risiko difokuskan pada peningkatan budaya sadar risiko dan sosialisasi/pelatihan manajemen risiko yang terus dilakukan kepada seluruh karyawan PT Pegadaian (Persero) serta peningkatan kualitas pengendalian risiko pada setiap aktifitas operasional PT Pegadaian (Persero).

Dalam aktivitas usaha sehari-hari, PT Pegadaian (Persero) dihadapkan pada risiko utama yang timbul dari instrument keuangan seperti risiko pasar (yaitu penurunan harga emas dan kenaikan tingkat suku bunga pinjaman) dan risiko operasional. Fungsi utama dari manajemen risiko PT Pegadaian (Persero) adalah untuk mengidentifikasi seluruh risiko utama, mengukur risiko-risiko tersebut dan mengelola posisi risiko sesuai dengan Piagam, Kebijakan dan Pedoman Manajemen Risiko yang ada. Secara berkala perusahaan melakukan review atas kebijakan dan sistem manajemen risiko untuk menyesuaikan dengan perubahan pasar, produk dan praktek manajemen risiko terbaik.

b.

c.

d.

Manajemen Insiden merupakan Loss Event Database (LED) Pegadaian yang mencakup proses pencatatan data kejadian kerugian yang dilakukan untuk setiap jenis kerugian finansial yang meliputi actual loss dan potential loss sejak terjadi sampai dengan penyelesaian termasuk langkah-langkah perbaikan dan penanganan insiden yang dilakukan.

Berdasarkan data kejadian kerugian, dapat dilakukan analisa kejadian kerugian berdasarkan penyebab, aktifitas fungsional, kategori dan lini bisnis Pegadaian. Sistem informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan langkah-langkah preventif pengendalian risiko berbasiskan pendokumentasian proses penanganan/penyelesaian insiden baik dari sisi non finansial, kerugian finansial dan recovery kerugian maupun proses litigasi.

Data kerugian operasional Pegadaian yang didokumentasikan mulai dari tahun 2012 yang disusun secara konsisten dan sistematis dalam bentuk matriks database kerugian yang diklasifikasikan berdasarkan lima (5) kategori kejadian dan dilihat dari dimensi frekuensi dan severity/loss.

Key Risk Indicator (KRI)

KRI adalah alat untuk mendeteksi peningkatan dan atau penurunan risiko kerugian yang belum terjadi maupun yang bersifat historis. Prediksi tren dimaksud ditujukan untuk menentukan tindak lanjut terkait risiko operasional yang muncul sebelum kerugian finansial atau non finansial terjadi.

Pegadaian telah melakukan identifikasi terhadap indikator-indikator risiko utama untuk semua jenis risiko dan menetapkan batasan atau limit risiko yang mencerminkan kondisi dan risiko yang dapat diterima (risk appetite) Pegadaian. Identifikasi indikator risiko utama dan penetapan batasan KRI dilakukan dengan menggunakan best judgement dengan mempertimbangkan eksposur risiko dan risk appetite Pegadaian. Penentuan batasan melibatkan Audit Internal, Risk Owner dan Unit Kerja terkait lainnya. Indikator risiko utama Pegadaian antara lain tercermin dalam Laporan Profil Risiko Pegadaian yang dimonitor secara rutin dan dilaporkan kepada pihak manajemen setiap triwulan.

Maturitas

Maturitas merupakan self assessment terhadap tingkat kemapanan penerapan manajemen risiko di setiap Unit Kerja Pegadaian yang dilakukan setiap akhir tahun oleh masing-masing pimpinan Unit Kerja Pegadaian terhadap parameter-parameter tertentu. Dengan melakukan penilaian maturitas diharapkan masing-masing Unit Kerja dapat mengevaluasi penerapan manajemen risiko yang telah dilakukan sehingga lebih baik ke depan.

RCSA ditujukan untuk membantu unit kerja dalam mengidentifikasi dan mengukur secara independen risiko operasional pada setiap aktifitas operasional dan bisnis, termasuk melakukan pemantauan dan penentuan langkah-langkah perbaikan/rencana tindak lanjut ke depan.

Pengkinian risk issue pada RCSA dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan bisnis Pegadaian yang meliputi implementasi produk dan atau aktifitas baru, segmen pasar baru dan persaingan bisnis, perubahan ketentuan internal/eksternal, dan perubahan lainnya yang mempengaruhi eksposur risiko Pegadaian. Penilaian dimaksud dilakukan antara lain dengan mempertimbangkan Loss Event Database (LED), Key Risk Indicator (KRI) dan Laporan Hasil Audit. RCSA dilaksanakan secara periodik setiap triwulan, dan frekuensinya akan ditingkatkan apabila terjadi perubahan eksposur risiko yang signifikan.

Laporan hasil konsolidasi RCSA tersebut dilaporkan secara rutin kepada seluruh Direksi PT Pegadaian (Persero) dalam bentuk Profil Risiko Pegadaian setiap triwulan.

f.

a.

Berdasarkan data, tidak terdapat konsentrasi kredit yang signifikan b.

c.

d.

Dalam rangka penerbitan setiap produk dan/atau aktifitas baru di Pegadaian, dilakukan proses manajemen risiko yang meliputi penilaian risiko oleh product owner terhadap setiap jenis risiko yang mungkin timbul dari PAB, termasuk penetapan kontrol dan pengendalian yang ditujukan untuk memitigasi risiko PAB dimaksud. Divisi Manajemen Risiko Pegadaian bertugas melakukan penilaian kecukupan atas pengelolaan risiko PAB dan merekomendasikan hasil penilaian dimaksud untuk mendapatkan persetujuan Direktur IV.

Penerapan Strategi Anti Fraud Pegadaian

Penerapan sistem pengendalian fraud telah dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prosedur pengendalian internal Pegadaian, dimana perhatian khusus diberikan terhadap penyelesaian kasus-kasus fraud yang terjadi untuk menunjukkan intoleransi Manajemen Pegadaian terhadap fraud . Penetapan dan penerapan strategi anti fraud sebagai bagian dari penerapan manajemen risiko dalam rangka pencegahan dan pengelolaan kejadian fraud di Pegadaian mencakup 4 (empat) pilar, yaitu pilar pencegahan, pilar deteksi, pilar investigasi, pelaporan dan sanksi dan pilar evaluasi, pemantauan dan tindak lanjut.

Risiko Operasional di PT Pegadaian (Persero) diantaranya memiliki sub risiko sebagai berikut: Sub Risiko Kredit

Eksposur maksimum risiko kredit Pegadaian adalah sebagai berikut:

31 Desember 2016 31 Desember 2015 Pinjaman Yang Diberikan Rp 35.465.078.655.471 Rp 30.985.222.965.932

Sub Risiko Pengelolaan Barang Jaminan

Risiko yang dihadapi Pegadaian dalam mengelola barang jaminan nasabah seperti: tertukar, hilang atau rusak. Sub Risiko Sumber Daya Manusia

Risiko yang dihadapi Pegadaian dalam mendukung operasional, seperti kurangnya formasi karyawan, produktifitas rendah dan penyebaran pegawai yang tidak merata.

Sub Risiko Sarana dan Prasarana

Risiko yang dihadapi Pegadaian dalam mendukung operasional seperti kurangnya jumlah dan kualitas sarana kerja dan pengamanan. Pegadaian menghadapi risiko kredit sebagai akibat kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajiban. Risiko ini terjadi karena kemampuan nasabah membayar angsuran pinjamannya rendah dan kurangnya itikad baik.

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh Unit Kerja Bisnis telah mempertimbangkan dan memperhatikan risiko kredit sejak saat kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut dilunasi. Pemantauan dilakukan secara berkala terhadap kualitas kredit untuk mencegah terjadinya Non performing Loan (NPL).

Pengelolaan risiko kredit Pegadaian dimaksud agar kemungkinan kerugian yang diakibatkan oleh nasabah karena tidak terbayarkannya pinjaman yang diberikan dan kontrak keuangan lainnya, baik secara individual maupun kredit secara keseluruhan dapat dikelola seminimal mungkin.

e.

Dokumen terkait