TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis .1 Pasar Modal
2.1.5 Risiko Sistematis
Risiko sistematis (syatematic risk) atau risiko pasar, berhubungan dengan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan), disebut juga dengan
41 risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. P parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam periode tertentu. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif.
Menurut Husnan (2001:168) penilaian terhadap Beta (β) sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu:
a. Apabila β = 1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar.
b. Apabila β > 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih besar dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham agresif.
c. Apabila β < 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham defensif.
Pengukuran beta suatu saham dapat dilakukan dengan menggunakan Single Index Model (Husnan 2001:46). Model ini berasumsi bahwa return saham berkorelasi dengan perubahan return pasar, dan untuk mengukur korelasi tersebut bisa dilakukan dengan menghubungkan return saham individual (Rit) dengan return indeks pasar (Rmt).
42 Tingkat return saham ini dihitung dengan rumus berikut:
Di mana:
Rt = Return saham pada akhir bulan ke t Pt = Clossing price pada akhir bulan ke t
Pt-1 = Clossing price pada akhir bulan sebelumnya (t-1)
Risiko sistematis sebagai bagian dari risiko pasar sangat tergantung pada investor dalam mendefinisikan kondisi pasar dan ini berpengaruh dalam perubahan harga saham yang umumnya dikaitkan dengan perubahan dalam pengharapan investor terhadap prospek perusahaan. Untuk mengetahui kondisi pasar dipergunakan indeks pasar sebagai indikator keadaana pasar modal di Indonesia yang dalam penelitian ini diwakili oleh IHSG.Untuk menghitung return pasar (market return) pada periode ke-t dengan menggunakan IHSG dapat dihitung sebagai berikut:
Dimana:
Rmt = Return pasar pada akhir bulan ke t IHSGt = IHSG pada akhir bulan ke t
43 Sehingga rumus mencari beta dengan metode indeks tunggal adalah sebagai berikut:
Dimana:
β = Beta Rmt = Retrun pasar (IHSG) n = Periode / Jumlah data Rit = Return Sekuritas (IHSI)
2.1.6 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan perbandingan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau penurunan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu (Anoraga, 2001 : 101). Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak (naik atau turun), banyak orang melihatnya dari sisi indeks yang dicapai saat itu. Bahkan saat ini, kegiatan politik juga dihubungkan dengan harga saham yang terjadi dan terlihat dari indeks harga saham. Indeks Harga saham sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend.
Menurut Fakhruddin (2001 : 201), indeks harga saham merupakan salah satu leading indikator bagi perekonomian. Seringkali indeks harga saham yang mengalami kenaikan dijadikan sebagai indikator yang menandai kebangkitan
44 perekonomian masyarakat, meskipun sebenarnya indeks harga saham ini saja kurang akurat jika digunakan untuk mengukur kebangkitan ekonomi masyarakat.
Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memliliki lima fungsi : 1. Sebagai indikator tren pasar
2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3. Sebagai tolak ukur kinerja portofolio
4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif
Ada beberapa macam pendekatan atau merode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu :
1. Menghitung rata-rata harga saham yang masuk dalam anggota indeks 2. Menghitung dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks 3. Menghitung rata-rata tertimbang pasar, umumnya semua indeks harga
saham gabungan (Composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang
Penentuan indeks harga saham dibedakan menjadi empat, antara lain: Indeks harga saham individu (IHSI) , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Indeks harga saham sektoral.
Indeks individual merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya (Darmadji, 2001 : 95), indeks ini tidak dapat mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu, apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan saham secara umum yang tercatat di bursa efek (Anoraga, 2001 : 101)
45 2.2 Penelitian Terdahulu
1. Robbi (2008), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor beta, debt to equiy ratio, price to earning ratio dan price to book value terhadap pendapatan saham pada sektor otomotif dan komponennya di BEI. Penelitian ini memakai data sekunder laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel selama tahun 2005-2007 dalam kwartal serta harga saham individu dan indeks harga saham kwartalan. Metode analisis yang di gunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini (beta, debt to equiy ratio, price to earning ratio dan price to book value) berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap pendapatan saham. Sementara pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya ada 2 variabel bebas yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu, beta dan price to book value. Sedangkan yang lain tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan saham.
2. Syahib Natarsyah (2000) tentang Pengaruh beberapa faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap saham, kasus industri barang konsumsi yang go public di Pasar Modal Indonesia”. Teknik pengambilan sample penelitian menggunakan purposive sampling dengan kriteria perusahaan
46 industri barang konsumsi yang sahamnya selalu terdaftar dan aktif diperdagangkan sejak 1990 sampai dengan 1997 dengan data tahunan. Variabel independent yang digunakan terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Divident Payout Ratio (DPR), Debt Equity Ratio (DER), nilai buku (book value) dan indeks beta. Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham yang diukur dari harga saham pada saat penutupan (closing price) pada periode 31 Desember. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan model loglinier. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ROA, DER dan book value berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari 1% dan resiko sistematik (indeks beta) signifikan pada level kurang dari 10%. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham. Dalam penelitian ini terdapat persamaan beberapa variabel independent yang digunakan yaitu ROA dan DER , sedangkan variabel independent lainnya berbeda. Obyek penelitiannya juga berbeda
3. Pancawati Hardiningsih, L. Suryanto dan Anis Chariri (2002) tentang Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi terhadap Return Saham pada perusahaan di BEJ adalah penelitian yang dilakukan oleh Pancawati Hardiningsih, L. Suryanto dan Anis Chariri (2002). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling terutama saham-saham kelompok basic industry and chemical yang terdaftar dan paling aktif diperdagangkan di BEJ. Variabel independent yang digunakan
47 adalah Return on Assets (ROA), Price to Book Value (PBV), Inflasi dan nilai tukar rupiah, sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Teknik analisis yang digunakan adalah metoda regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (OLS). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ROA, PBV, Inflasi berpengaruh positif dengan return saham, sedangkan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap return saham. Dalam penelitian ini terdapat persamaan beberapa variabel independent yang digunakan yaitu ROA, dan nilai tukar rupiah, sedangkan variabel independent lainnya berbeda. Obyek penelitiannya juga berbeda.
4. Liestyowati (2002) Penelitian ini berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Saham Di Bursa Efek Jakarta: Analisis Periode Sebelum Dan Selama risis”. Variabel independent yang digunakan adalah BETA, DER, E/P (Earning per Price), Size, dan PBV, sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Sampel yang digunakan adalah 22 saham dari populasi seluruh saham yang tercatat di BEJ. Data dianalisis dengan menggunakan single regression cross section model dan multi regression cross section model. Hasil analisis dari penelitian ini adalah PBV berpengaruh positif sebelum krisis dan berpengaruh negatif selama krisis terhadap return saham, sedangkan DER berpengaruh negatif sebelum dan selam krisis. Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan DER sebagai variabel independen, sedangkan variabel independent lainnya berbeda. Obyek penelitiannya juga berbeda.
48 Tausikal , Askam mengadakan penelitian dengan judul ” Pengaruh informasi akuntansi untuk memprediksi return saham : studi terhadap perusahaan pemanukfakturan dan non pemanukfakturan”. Hasil penelitiannya adalah Variabel CR, DER, ROA, TATO, dan PBV berpengaruh terhadap return saham. Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan variabel independen ROA, DER, CR ,TATO, suku bunga dan kurs, , sedangkan obyek penelitiannya dan teknik analisisnya juga berbeda.
6. Suharli, Michell ( 2005 )
Mereka mengadakan penelitian dengan judul Studi Empiris Dua Faktor yang mempengaruhi Return Saham pada Industri Food And Beverage di BEJ dengan Metode Regresi Berganda. Hasil penelitiannya DER dan Beta tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan variabel independen DER, sedangkan obyek penelitiannya dan teknik analisisnya juga berbeda. 6. Narman, Tendi, Stefanus Adre Cipto Setiawan, Maya Arianti (2005)
Mereka mengadakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham”. Mereka menggunakan metode Regresi Berganda dimana hasil yang diperoleh Variabel EPS, PER, Beta dan Nilai Tukar berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sedangkan Variabel Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Dalam penelitian
49 ini sama-sama menggunakan variabel independen Nilai Tukar sedangkan obyek penelitiannya dan teknik analisisnya juga berbeda.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO Peneliti Topik Variabel
yang diteliti Teknik Analisis Hasil Penelitian 1 Robbi (2008) Faktor-Faktor YangMempengar uhi Pendapatan Saham Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya Di Bursa Efek Indonesia beta, debt to equiy ratio, price to earning ratio dan price to book value Metode analisis yang di gunakan adalah analisis regresi berganda
beta, debt to equiy ratio, price to earning ratio dan price to book value
berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap pendapatan saham. Sementara pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya ada 2 variabel bebas yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu, beta
dan price to book value
2 Syahib Natarsyah (2000) Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Dan Resiko Sistematik Terhadap Saham, Kasus Industri Barang Konsumsi Yang Go Public Di Pasar Modal Indonesia Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Divident Payout Ratio (DPR), Debt Equity Ratio (DER), nilai buku (book value), indeks beta dan return saham regresi berganda dengan model loglinier
ROA, DER dan book value Berpengaruh positif dan Signifikan terhadap return saham pada level kurang dari 1% dan resiko sistematik (indeks beta) signifikan pada level kurang dari 10%. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham.
50 3 Pancawati Hardiningsih Suryanto dan Anis Chariri (2002) Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi terhadap Return Saham pada perusahaan di BEJ Return on Assets(ROA), Price to Book Value (PBV), Inflasi dan nilai tukar rupiah dan return saham metoda regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (OLS) ROA, PBV, Inflasi berpengaruh positif dengan return saham, sedangkan nilai
tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap return saham 4 Liestyowati (2002) Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Saham Di Bursa Efek Jakarta: Analisis Periode Sebelum Dan Selama Krisis BETA, DER, E/P (Earning per Price), Size, PBV dan return saham single regression cross section model dan multi regression cross section model PBV berpengaruh positif sebelum krisis dan berpengaruh negatif selama krisis terhadap return saham,
sedangkan DER berpengaruh
negatif sebelum dan selam krisis 5 Tausikal, Askam (200 2) Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Memprediksi Return Saham: Studi Terhadap Perusahaan Pemanufakturan CR, DER, ROA, TATO dan PBV Regresi Berganda
CR, DER, ROA, TATO dan PBV kesemuanya Berpengaruh terhadap Return Saham 6 Suharli, Michell (2005) Studi Empiris dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food and Beverage di BEJ
DER dan Beta Regresi Berganda
DER dan Beta kedua-duanya Tidak berpengaruh Signifikan terhadap Return Saham
51 7 Narman, Tendi, Stefanus Adre Cipto Setiawan, Maya Arianti (2005) Pengaruh Faktur Fundamental dan Resiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham EPS, PER, Beta, Nilai Tukar dan Inflasi Regresi Berganda
Variabel EPS, PER, Beta, Nilai Tukar berpengaruh positif signifikan
sedangkan variable Inflasi berpengaruh
negatif terhadap Return Saham