• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Terkait dengan Kegiatan Usaha Perseroan

Dalam dokumen Dokumen Prospektus Akhir BlueBirdGroup (Halaman 115-124)

PERSEROAN TELAH MEMENUHI SEMUA RASIO KEUANGAN YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERJANJIAN UTANG PERSEROAN

A. Risiko Terkait dengan Kegiatan Usaha Perseroan

1. Adanya risiko atas kemungkinan ketidakmampuan Perseroan untuk memperoleh perizinan yang diberikan oleh instansi Pemerintah dan mempertahankan perizinan tersebut.

Perseroan menjalankan kegiatan usaha taksi di Indonesia berdasarkan perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah di lokasi di mana Perseroan menyediakan layanan taksi. Seperti contohnya, perizinan untuk kegiatan usaha taksi Perseroan di Jakarta ditawarkan melalui proses tender yang dilakukan secara kompetitif. Perizinan pada umumnya berlaku untuk jangka waktu enam bulan, dan dapat diperpanjang hingga tiga kali. Perizinan yang tidak digunakan setelah dilakukan perpanjangan hingga tiga kali dapat dicabut. Perseroan memiliki pengalaman dimana perizinan yang dimiliki diluar Jakarta dan belum digunakan kemudian tidak diperpanjang lagi oleh pemerintah daerah setempat. Tidak ada jaminan di masa mendatang bahwa perizinan yang belum digunakan Perseroan antara lain karena tidak tersedianya kendaraan baru, tidak akan mengalami pencabutan perizinan. Ketika digunakan perizinan tersebut memiliki masa berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang. Perizinan taksi tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, perizinan baru hanya dapat diperoleh dengan mendapatkan perizinan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau dengan mengakuisisi perusahaan yang memiliki perizinan yang diinginkan oleh Perseroan. Selain itu, kegiatan usaha taksi Perseroan di Jakarta bergantung sebagian pada kemampuan Perseroan untuk mendapatkan perizinan khusus untuk dapat beroperasi di kawasan bandara. Ketidakmampuan untuk mendapatkan perizinan baru atau memperbaharui perizinan yang sudah ada di lokasi dimana Perseroan menyediakan atau berencana untuk menyediakan layanan taksi dapat memberikan dampak yang negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha Perseroan.

2. Adanya risiko atas kemungkinan ketidakmampuan Perseroan untuk merekrut, melatih dan

mempertahankan para pengemudi yang memenuhi standar Perseroan.

Salah satu kunci kekuatan Perseroan adalah kemampuan Perseroan untuk menyediakan layanan terbaik bagi para pelanggan taksi, penyewaan mobil dan penyewaan bis, termasuk diantaranya adalah kemampuan Perseroan mengoperasikan kendaraan yang terawat dengan baik serta dioperasikan oleh pengemudi yang kompeten dan dapat dipercaya.

Apabila Perseroan tidak dapat untuk terus merekrut dan mempertahankan pengemudi yang mampu memberikan tingkat pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan, maka reputasi Perseroan dapat terpengaruh, merek Perseroan mungkin dinilai kurang baik dan permintaan untuk layanan taksi Perseroan dapat menurun. Selain itu, setiap kecelakaan besar atau insiden yang timbul atas perilaku pengemudi dapat merusak reputasi Perseroan dan/atau mengakibatkan klaim sehingga dapat memberikan dampak yang negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha Perseroan.

Secara khusus, penerapan peraturan daerah mengenai upah minimum baru dapat mempengaruhi kemampuan Perseroan untuk dapat merekrut dan mempertahankan para pengemudi yang berkualitas. Kenaikan upah minimum dapat mengakibatkan sulitnya Perseroan untuk merekrut dan mempertahankan pengemudi dengan kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan karena akan adanya kompetisi dan daya tarik yang lebih kuat dari pasar pekerja yang memberikan gaji tetap yang lebih besar berdasarkan kenaikan tertentu.

3. Adanya risiko atas fluktuasi biaya bahan bakar.

Kegiatan usaha Perseroan dapat terpengaruh secara negatif karena kenaikan signifikan dari harga bahan bakar atau adanya perubahan kebijakan subsidi BBM oleh pemerintah. Harga bahan bakar telah mengalami volatilitas yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tidak ada jaminan bahwa tidak akan ada kenaikan signifikan dalam harga minyak mentah dunia, yang dapat menyebabkan kenaikan harga BBM, atau bahwa tidak akan ada penurunan pada subsidi BBM oleh pemerintah. Sebagai contoh, pada tahun 2005 dan 2008, Pemerintah mengurangi subsidi BBM, meskipun terjadi demonstrasi umum

untuk menolak kebijakan tersebut. Pada bulan Desember 2010, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui rencana penggunaan BBM bersubsidi untuk sarana transportasi umum, dan membatasi penjualan BBM bersubsidi bagi pengguna kendaraan pribadi (sumber: Surat Kabar Kontan, Desember 2010). Pemerintah mengambil kebijakan untuk meningkatkan subsidi BBM pada November 2012 berdasarkan UU No 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2013. Namun begitu, pada tanggal 22 Juni 2013, Pemerintah meningkatkan harga bensin bersubsidi sebesar 44% dan Solar bersubsidi sebesar 22% berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.18 Tahun 2013. Dengan demikian tidak ada jaminan bahwa dimasa mendatang Pemerintah tidak akan melakukan perubahan kebijakan subsidi BBM.

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tarif untuk taksi reguler dan eksekutif ditentukan oleh masing-masing pemerintah daerah di wilayah di mana Perseroan beroperasi. Dengan demikian, perusahaan taksi tidak bisa meningkatkan tarif berdasarkan keputusan sendiri untuk menyesuaikan terhadap kenaikan harga BBM. Perusahaan taksi secara historis telah mampu membebankan kenaikan bahan bakar kepada para pelanggan melalui peningkatan tarif taksi karena adanya penyesuaian tarif oleh pemerintah lokal (sumber: Surat Kabar Kompas, Juli 2013). Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan dapat terus melakukannya, karena kenaikan tarif tersebut ditentukan oleh pemerintah daerah terkait di mana Perseroan beroperasi. Peningkatan harga dapat mempengaruhi permintaan terhadap layanan taksi, limusin dan sewa mobil maupun sewa bus, serta bisnis, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perseroan. Sesuai dengan kebijakan bisnis Perseroan, Perseroan menanggung sebagian risiko yang terkait dengan kenaikan harga BBM, dimana Perseroan memberikan kompensasi kepada pengemudi Perseroan melalui peningkatan subsidi BBM, untuk pengemudi taksi regular atau penggantian biaya bahan bakar, untuk pengemudi limusin dan sewa mobil serta sewa bis. Sebagai hasilnya, ketidakmampuan untuk membebankan kenaikan harga BBM kepada pelanggan Perseroan secara penuh dapat memiliki dampak negatif terhadap marjin Perseroan yang kemudian dapat mempengaruhi secara negatif kondisi keuangan, hasil usaha dan prospek Perseroan.

4. Adanya risiko sehubungan dengan penurunan kondisi perekonomian Indonesia atau

perekonomian global.

Layanan taksi, limusin, penyewaan mobil dan bis, hasil dari operasi dan prospek usaha Perseroan, senantiasa dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan perekonomian Indonesia serta perekonomian global. Jika terjadi suatu keadaan yang berpengaruh secara material dan negatif terhadap permintaan terhadap layanan jasa Perseroan hal ini dapat memberikan dampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan kinerja operasi serta prospek usaha Perseroan.

Keadaan perekonomian Indonesia atau perekenomian global yang mengalami penurunan atau perlambatan yang menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi secara menyeluruh dapat mengakibatkan melemahnya faktor – faktor pendorong utama kemajuan kegiatan usaha Perseroan, yaitu pertumbuhan PDB, pertumbuhan pendapatan domestik yang tersedia untuk dibelanjakan, pertumbuhan pendapatan pada segmen konsumen berpenghasilan menengah dan atas, dan pertumbuhan industri pariwisata Indonesia. Melemahnya faktor-faktor pendorong utama ini dapat menyebabkan turunnya permintaan layanan taksi, sewa mobil dan jasa penyewaan bis Perseroan yang pada akhirnya akan memberikan dampak negatif terhadap pendapatan, keuntungan dan hasil usaha Perseroan. Disamping itu, berkurangnya kepercayaan investor sebagai dampak dari gejolak yang terjadi di pasar keuangan juga dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan Perseroan untuk mendapatkan sumber pendanaan yang diperlukan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dan belanja modal.

Tidak ada jaminan bahwa peningkatan kondisi perekonomian dan ketahanan dalam menghadapi lambatnya perekonomian global akan terus berlanjut atau bahwa memburuknya kondisi ekonomi Indonesia dan seluruh kawasan Asia Pasifik yang pernah ada sebelumnya tidak akan terjadi lagi di masa depan. Secara khusus, berkurangnya kepercayaan investor terhadap sistem keuangan yang ada di pasar yang sedang berkembang dan juga pasar lainnya, atau disebabkan pengaruh faktor - faktor lainnya, dapat menyebabkan peningkatan volatilitas di pasar internasional dan pasar keuangan Indonesia sehingga menghambat atau memperburuk pertumbuhan ekonomi global dan perekonomian Indonesia. Situasi ekonomi global saat ini dapat menjadi lebih buruk dan dapat memberikan dampak kepada perekonomian Indonesia dan kegiatan usaha Perseroan. Terjadinya pelemahan dalam perekonomian Indonesia atau global dapat menyebabkan turunnya permintaan jasa transportasi darat dan selanjutnya mengakibatkan turunnya nilai penjualan, marjin dan keuntungan Perseroan. Ketidakpercayaan investor

pada pasar uang sehubungan dengan penurunan pasar dapat secara buruk berdampak pada kemampuan Perseroan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dan belanja modal Perseroan.

5. Perseroan tidak memiliki merek jasa yang diandalkan dalam kegiatan usahanya dan adanya risiko kegagalan dalam melindungi hak kekayaan intelektual lainnya.

Perseroan meyakini bahwa merek-merek yang digunakannya adalah merek-merek yang terbaik dalam segmen pasar yang bersangkutan. Beberapa dari merek tersebut telah dikembangkan selama bertahun-tahun dan telah memiliki brand awareness yang signifikan (sumber: Markplus, Agustus 2013). Dengan demikian, Perseroan sangat mengandalkan kekayaan intelektual yang berkaitan dengan merek-merek tersebut dalam perjalanan bisnisnya. Hak Kekayaan Intelektual ini dilindungi oleh Undang-Undang Merek dan pembatasan kontraktual. Merek jasa “Blue Bird”, “Silver Bird”, “Golden Bird”, “Big Bird”, dan “Pusaka” yang per 30 April 2014 terdaftar atas nama PT Pusaka Citra Djokosoetono, yang merupakan Pemegang Saham Utama. Perseroan menguasai merek “Blue Bird”, “Silver Bird”, “Golden Bird”, “Big Bird”, “Blue Bird Group”, “Pusaka Group” dan “Pusaka” (“Grup HKI”) berdasarkan Perjanjian Pinjam-Pakai Merek Jasa antara Pemegang Saham Utama dengan Perseroan, tertanggal 25 Juli 2013, sebagaimana diubah terakhir kali pada 28 Oktober 2013 dan 13 November 2013, (“Perjanjian Merek Jasa”).

Grup HKI merupakan merek jasa utama yang digunakan berkaitan dengan bisnis Perseroan, dan Perjanjian Merek Jasa, yang memberikan Perseroan hak untuk menggunakan Grup HKI secara eksklusif. Namun demikian, merek-merek tersebut juga digunakan oleh Perusahaan Transportasi Terafiliasi, Anak Perusahaan Perseroan, dan pihak afiliasi dari Pemegang Saham Utama lainnya dan/atau Pemegang Saham Pendiri Perorangan, yang mana telah memanfaatkan Grup HKI berkaitan dengan bisnis mereka sebelum Penawaran Umum.

Jangka waktu masing-masing Perjanjian Merek Jasa adalah 10 tahun dan dapat diperpanjang secara otomatis untuk 10 tahun berikutnya, kecuali disepakati sebaliknya oleh Pemegang Saham Utama dan Perseroan. Atas ketentuan Perjanjian Merek Jasa tersebut, Perseroan telah setuju untuk membayar biaya lisensi kepada Pemegang Saham Utama sebesar 2% dari pendapatan bersih (net revenue) Perseroan per tahun terhitung sejak ulang tahun ke-sebelas sejak tanggal Perjanjian Merek Jasa. Biaya lisensi tersebut akan ditinjau kembali oleh para pihak pada ulang tahun ke-15 sejak tanggal Perjanjian Merek Jasa, yang mana apabila para pihak tidak dapat menyetujui biaya lisensi yang baru setelah bernegosiasi dengan itikad baik, maka biaya lisensi tersebut akan tetap sebesar 2% dari pendapatan bersih (net revenue) Perseroan per tahun untuk sisa jangka waktu Perjanjian Merek Jasa.

Perseroan bergantung kepada Pemegang Saham Utama untuk menegakkan perlindungan atas Grup HKI dan mempertahankan Grup HKI terhadap penggunaan-penggunaan yang dilakukan secara ilegal oleh pihak ketiga. Apabila Pemegang Saham Utama gagal untuk mempertahankan perlindungan atas Grup HKI atau melakukan pembelaan atas penggunaan-penggunaan yang dilakukan secara ilegal tersebut, maka hal ini akan berimplikasi terhadap nilai Grup HKI serta reputasi merek-merek yang terkait. Selanjutnya, apabila Perusahaan Transportasi Terafiliasi, Anak Perusahaan Perseroan, dan pihak afiliasi dari Pemegang Saham Utama lainnya dan/atau Pemegang Saham Pendiri Perorangan menggunakan Grup HKI tersebut dengan cara-cara yang membawa dampak yang buruk, maka reputasi Perseroan dapat menjadi buruk, sehingga dapat secara material berdampak negatif pada usaha, kondisi keuangan, dan hasil kegiatan usaha Perseroan. Lebih lanjut lagi, tidak ada jaminan bahwa Merek Jasa akan atau dapat diperpanjang oleh otoritas berwenang setelah masa berlaku habis. Apabila kondisi-kondisi di atas terjadi, kemampuan Perseroan untuk menggunakan Grup HKI berpotensi terpengaruh secara negatif. Dari waktu ke waktu, para pesaing dan pihak ketiga dapat juga mengadopsi nama dan logo yang mirip atau serupa dengan nama serta Merek Jasa Perseroan, yang dapat mengakibatkan kebingungan konsumen dan menghambat upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat pengenalan merek Perseroan. Contohnya, di lokasi-lokasi tertentu di Indonesia terdapat beberapa kasus di mana operator-operator taksi lainnya berusaha untuk menampilkan taksi mereka mirip seperti taksi Blue Bird. Tidak ada jaminan bahwa langkah-langkah yang diambil Pemegang Saham Utama dan/atau Perseroan untuk melindungi hak kekakayaan intelektual yang digunakan Perseroan cukup untuk mencegah terjadinya penggunaan yang bertentangan dengan hak kekayaan intelektual, termasuk penyalahgunaan atas merek Perseroan dan informasi kepemilikan lainnya.

Apabila salah satu kondisi sebagaimana dijelaskan di atas terjadi, maka hak kekayaan intelektual, reputasi, bisnis, kondisi keuangan, hasil pekerjaan, dan prospek Perseroan berpotensi terpengaruh secara negatif.

6. Adanya risiko atas kemungkinan ketidakmampuan untuk membeli lahan yang akan dipergunakan untuk kebutuhan pooldengan ketentuan komersial yang wajar.

Perseroan menjalankan kegiatan usahanya melalui pool yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia. Sejalan dengan pertumbuhan usaha, Perseroan berencana untuk menambah jumlah pool untuk mendukung pertumbuhan armada dan operational Perseroan. Saat ini, Perseroan menyewa hampir keseluruhan lokasi pool dari pihak afiliasi Perseroan. Perseroan berencana untuk membeli beberapa lokasi ini setelah Masa Penawaran Umum. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan dapat mengidentifikasi potensi lahan untuk pool baru, dengan ketentuan komersial yang wajar sesuai dengan kriteria investasi yang ditetapkan Perseroan. Jumlah tanah yang sesuai mungkin terbatas dan mungkin memiliki nilai yang tinggi. Lebih lanjut, ketika Perseroan mengidentifikasi tanah yang cocok untuk lokasi pool Perseroan, Perseroan mungkin tidak dapat membeli tanah tersebut dengan ketentuan komersial yang wajar.

Terdapat kondisi dimana beberapa lokasi lahan atau pool yang disewa Perseroan memiliki nilai yang sangat tinggi, sehingga Perseroan mungkin tidak dapat membeli tanah tersebut dalam konsep arm’s length basis secara komersial. Lebih lanjut, transaksi-transaksi seperti itu mungkin membutuhkan persetujuan dari pemegang saham minoritas. Hal-hal diatas dapat mempengaruhi kemampuan Perseroan dalam mengembangkan usaha Perseroan dan dapat memberikan dampak negatif terhadap pengembalian modal Perseroan.

7. Perseroan mungkin tidak mampu mengelola pertumbuhan atau mengeksekusi strategi secara efektif atau gagal untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan yang baik.

Perseroan berencana untuk mengembangkan jumlah armadanya. Perseroan mungkin tidak dapat menerapkan strategi pertumbuhan secara efektif atau menjaga tingkat pertumbuhan dimasa mendatang yang disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk namun tidak terbatas pada kondisi pasar secara umum di Indonesia, permintaan atas layanan transportasi darat, persaingan diantara jasa taksi, limusin, sewa mobil dan bis, kemampuan Perseroan untuk mengelola dan mengendalikan biaya dan pengeluaran, ketersediaan sumber daya keuangan, pertimbangan peraturan dan kondisi makroekonomi secara global maupun di Indonesia. Dengan demikian, Perseroan mungkin tidak mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang telah dicapai dan tingkat pertumbuhan tersebut mungkin tidak dapat dijadikan sebagai indikasi atas kinerja masa depan Perseroan. Ketidakberhasilan dalam mempertahankan tingkat pertumbuhan yang telah dicapai atau mempertahankan tingkat pertumbuhan yang sesuai, atau ketidakmampuan untuk mengelola secara efektif yang berdampak pada pertumbuhan Perseroan terhadap sumber daya operasional dan manajerial, dapat memberikan dampak yang negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha.

8. Perseroan mungkin tidak mampu untuk mempertahankan dan mengembangkan perjanjian

eksklusif dengan penyedia jaringan distribusi.

Saat ini Perseroan memiliki perjanjian eksklusif dengan beberapa hotel, mal, kantor, apartemen, kompleks perumahan dan beberapa toko untuk menyediakan taxi stand di area sekitar lokasi tersebut. Perseroan juga memiliki perjanjian eksklusif dengan beberapa hotel untuk limosin dan sewa mobil. Perseroan bergantung pada perjanjian-perjanjian ini untuk memberikan peningkatan akses pelayanan kepada pelanggan. Jika Perseroan tidak dapat mempertahankan perjanjian eksklusif yang ada saat ini pada lokasi-lokasi tersebut atau mengadakan perjanjian eksklusif baru, atau meningkatkan jumlah outlet taxi, limusin dan sewa mobil dimana Perseroan beroperasi, Perseroan mungkin tidak dapat mempertahankan atau meningkatkan permintaan untuk pelayanan taksi, limosin dan sewa mobil, sehingga dapat memberikan dampak yang negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha.

9. Kegiatan usaha Perseroan membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi, pemeliharaan

armada serta akuisisi lahan baru untuk penambahan poolPerseroan.

Perseroan tidak dapat menjamin bahwa fasilitas kredit Perseroan yang telah ada dan yang akan ada, saldo kas yang ada serta arus kas yang dihasilkan oleh operasi Perseroan akan cukup untuk membiayai

operasi dan rencana ekspansi Perseroan atau bahwa Perseroan akan berhasil memperoleh pembiayaan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang dapat diterima secara komersial, tepat waktu, atau kedua-duanya. Setiap pengetatan persyaratan kredit di Indonesia dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pembiayaan, pembatasan pinjaman yang lebih ketat dan suku bunga dan biaya kredit yang lebih tinggi bagi Perseroan. Sebagai tambahan, Perseroan diharuskan untuk membayar pinjaman pada saat jatuh tempo. Jika Perseroan tidak dapat memperoleh pendanaan yang memadai secara tepat waktu atau dengan ketentuan komersial yang wajar untuk mendanai kebutuhan modal, atau tidak mampu menghasilkan arus kas secara material yang memadai untuk melunasi pinjaman, Perseroan mungkin tidak dapat mendanai rencana pertumbuhan, meningkatkan pelayanan atau mengambil keuntungan dari peluang akuisisi sehingga dapat memberikan dampak yang negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha Perseroan.

10. Kegagalan untuk mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia, termasuk diantaranya peraturan transportasi, lingkungan dan polusi dan setiap perubahannya, serta penegakan hukum yang lebih ketat atas peraturan-peraturan tersebut dapat memiliki dampak negatif terhadap hasil operasi Perseroan.

Perseroan tunduk pada berbagai peraturan dan standar transportasi, keamanan, lingkungan dan polusi, keamanan kendaraan, standar emisi dan perlindungan lingkungan. Setiap ketidakpatuhan terhadap hukum, peraturan dan standar tersebut dapat mengakibatkan denda, pinalti dan sanksi lainnya yang signifikan dan dapat mempengaruhi kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan reputasi Perseroan secara negatif. Selain itu, hukum, peraturan dan standar dan penegakannya tersebut mungkin menjadi lebih ketat dan dapat mengakibatkan peningkatan biaya yang signifikan sehubungan dengan hukum, peraturan dan standar tersebut.

Perseroan juga dipengaruhi oleh perubahan peraturan, undang-undang pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sebagai contoh, peraturan tentang struktur tarif dan kebijakan pemerintah daerah tentang perizinan. Perseroan tidak dapat menjamin bahwa tidak akan ada perubahan lebih lanjut dalam peraturan-peraturan tersebut yang bisa berdampak negatif terhadap permintaan atas jasa Perseroan ataupun terhadap biaya yang berkaitan dengan hal – hal tersebut.

Perseroan juga diminta untuk memperoleh dan mempertahankan berbagai persetujuan, lisensi dan izin untuk operasi, termasuk mendapatkan izin kegiatan usaha dan izin operasional yang sesuai dari instansi pemerintah terkait untuk bertanggung jawab dalam menggunakan kendaraan sebagai tujuan komersial, mendaftarkan nomor registrasi kendaraan kepada pihak kepolisian untuk mendapatkan nomor kendaraan dan menguji kelayakan jalan atas seluruh kendaraan Perseroan. Ketidakmampuan untuk mendapatkan atau mempertahankan persetujuan ataupun perizinan dapat mempengaruhi kegiatan usaha atau operasi Perseroan secara negatif dan komersial serta dapat dikenakan denda atau penalti dalam bentuk apapun. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan dapat memperbarui atau memperoleh semua lisensi yang diperlukan yang dimiliki oleh Perseroan pada saat ini atau yang mungkin diperlukan di masa depan, atau bahwa penalti tidak akan dikenakan sebagai akibat dari kegagalan untuk memperbaharui atau memperoleh lisensi yang dibutuhkan.

11. Pabrik produsen kendaraan dan pemasok Perseroan saat ini mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan penambahan kendaraan baru Perseroan.

Pemasok kendaraan terbesar Perseroan adalah PT Astra International Tbk ("Astra International"), yang memiliki pangsa sebesar 89,0% dari total jumlah pembelian pada tahun 2013. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan dapat membeli kendaraan dengan jumlah yang dibutuhkan dengan syarat dan kondisi yang kompetitif dan wajar secara komersial untuk mempertahankan armada atau untuk memenuhi rencana pertumbuhan Perseroan. Sebagai contoh, pada tahun 2013 Astra International tidak dapat mengirimkan sejumlah Toyota Limo baru yang dipesan oleh Perseroan karena adanya peluncuran kendaraan taksi model baru dan keterlambatan produksi. Hal ini mengakibatkan tertundanya pertumbuhan armada taksi Perseroan. Pada tahun 2013, Perseroan juga mengalami penundaan dalam pengiriman bis-bis baru karena peluncuran model bus baru dan keterlambatan produksi. Jika harga kendaraan dari pemasok menjadi kurang baik secara komersial, maka kegiatan usaha, hasil operasi dan kondisi keuangan Perseroan mungkin dapat terpengaruh secara negatif dan material. Selain itu, kendaraan di seluruh armada atau bagian tertentu yang digunakan dalam kendaraan Perseroan dapat dilakukan penarikan oleh produsennya. Jika sejumlah besar kendaraan Perseroan mengalami hal ini,

maka dapat memiliki efek negatif terhadap kepercayaan pelanggan dalam hal kualitas dan keamanan layanan.

12. Kegiatan usaha taksi, limusin dan sewa mobil bergantung pada nilai jual kembali atas kendaraan Perseroan.

Kegiatan usaha taksi Perseroan umumnya menjual kendaraannya dalam jangka waktu pakai lima tahun sementara kegiatan usaha sewa Perseroan biasanya menjual kendaraan dalam jangka waktu pakai tiga sampai lima tahun, tergantung pada jangka waktu perjanjian sewa masing-masing. Dikarenakan nilai jual kendaraan yang relatif tinggi di Indonesia, penjualan mobil bekas menjadi arus kas yang penting dan

Dalam dokumen Dokumen Prospektus Akhir BlueBirdGroup (Halaman 115-124)