• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO USAHA

Dalam dokumen Penawaran Umum Terbatas 2015 Prospektus (Halaman 39-42)

Perseroan dan Entitas Anak tidak terlepas dari berbagai risiko usaha yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Sebelum memutuskan kegiatan investasi, maka calon investor harus terlebih dahulu secara hati-hati dan dengan cermat mempertimbangkan berbagai risiko usaha yang dijelaskan dalam Prospektus ini. Semua risiko usaha tersebut, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui, mungkin dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kinerja usaha, dan/atau kinerja keuangan Perseroan.

Risiko yang disajikan berikut ini telah disusun berdasarkan bobot risiko yang akan memiliki dampak paling besar hingga dampak paling kecil bagi Perseroan.

A. Risiko-risiko Yang Terkait Langsung Dengan Perseroan

1. Risiko Kenaikan Tingkat Suku Bunga

Perseroan berusaha dalam sektor Saniter, Fitting, Peralatan Sistem Dapur dan Peralatan Elektronik dan Aksesoris serta kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan produk tersebut, dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor properti sehingga operasi Perseroan juga dapat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Sentral.

Dengan daya beli konsumen yang dipengaruhi oleh kenaikan tingkat suku bunga, kenaikan suku bunga dapat menyebabkan akan menurunkan daya beli dan akibat penurunan permintaan atas properti perumahan dan apartemen karena pembeli umumnya memanfaatkan pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk membeli properti.

2. Risiko Kebijakan Pemerintah

Perseroan selalu berusaha untuk memenuhi semua kewajiban terkait dengan kebijakan Upah Minimum Regional dan Upah Minimum Provinsi. Pada tahun 2014 dan 2013 telah terjadi kenaikan secara signifikan terhadap biaya UMR/UMP yang berpengaruh terhadap biaya produksi dimana Perseroan sebagai perusahaan manufaktur memiliki banyak karyawan di pabrik dalam jumlah yang cukup besar. Selanjutnya kebijakan mengenai UMR/UMP akan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan disebabkan karena meningkatnya biaya gaji karyawan.

Dalam menjalankan proses produksinya, kegiatan pemasaran dan distribusi produk-produknya, Perseroan wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan-peraturan tersebut mengatur hal-hal yang berkaitan dengan standar produk, lingkungan, kesehatan, ketenagakerjaan, perpajakan dan keamanan. Perseroan juga wajib mengikuti peraturan yang berhubungan dengan persyaratan perizinan, praktek perdagangan, penetapan harga, serta pajak. Meskipun Perseroan berkeyakinan bahwa kegiatan usaha Perseroan pada saat ini telah mematuhi seluruh peraturan yang berlaku, pemenuhan kewajiban atas peraturan-peraturan baru atau perubahannya atau interpretasinya maupun pelaksanaannya, serta perubahan terhadap interpretasi atau pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang telah ada dapat berdampak material dan negatif terhadap kinerja operasional Perseroan. Selain itu, apabila Perseroan tidak mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Perseroan dapat dikenakan sanksi perdata, termasuk denda, hukuman atau penarikan produk serta sanksi-sanksi pidana lainnya.

Selain itu perubahan peraturan ketenagakerjaan, perubahan hukum dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai upah minimum dan kebebasan serikat pekerja juga dapat mengakibatkan meningkatnya permasalahan dalam hubungan industrial, yang mana hal tersebut dapat berdampak material pada kegiatan operasional Perseroan apabila terjadi pemogokan kerja secara masal.

3. Risiko Kenaikan Biaya Utilitas

Perseroan mempunyai beberapa aset properti termasuk pabrik-pabrik yang digunakan untuk produksi. Dalam memproduksi barang-barang: Saniter, Fitting dan Peralatan Sistem Dapur Perseroan sangat bergantung kepada kenaikan biaya utilitas, terutama biaya kelistrikan dan gas yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya produksi dan hal ini akan meningkatkan harga jual produk kepada konsumen. Namun demikian Perseroan tetap melakukan upaya-upaya efisiensi terhadap penggunaan listrik dan gas karena Pemerintah sudah mulai menaikkan tarif dasar listik per 1 Januari 2015. Dengan kenaikan tarif listrik dan gas tersebut, maka diperkirakan biaya produksi akan

meningkat antara 5% – 10% dimasa yang akan datang. Bila hal ini terjadi dalam jangka panjang maka tingkat profitabilitas Perseroan akan menurun dan memberikan efek negatif pada kinerja keuangan Perseroan.

4. Risiko Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing Atas Pembelian Bahan Baku

Perseroan selaku produsen barang Saniter, Fitting dan Peralatan Sistem Dapur tidak menghasilkan bahan baku sendiri, melainkan dihasilkan oleh pemasok atau supplier bahan baku. Pemenuhan kebutuhan bahan baku Perseroan tidak dapat dipenuhi oleh pemasok dalam negeri saja, akan tetapi tetap memerlukan pemasok dari luar negeri. Hal ini disebabkan bahan baku pembuatan produk Perseroan memiliki spesifikasi yang unik dan belum dapat dipenuhi oleh pemasok dalam negeri. Pembelian bahan baku dari pemasok luar negeri akan menimbukan pembayaran dalam mata uang asing dimana hal tersebut dapat menimbulkan risiko selisih kurs mata uang asing. Pembelian bahan baku tersebut dilakukan secara kredit dan pembayaran dilakukan dalam mata uang asing, sehingga fluktuasi nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang rupiah sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan Perseroan. Perseroan memiliki utang usaha dalam mata uang asing yang terdiri dari Dolar Amerika Serikat, Dolar Singapura, Yen Jepang dan Euro. Utang usaha merupakan utang sehubungan dengan pembelian bahan baku, bahan pelengkap dan bahan pembantu lainnya.

Per 31 Desember 2014, sekitar 60,49% dari total utang usaha dilakukan dalam mata uang asing, sehingga dengan laporan keuangan Perseroan yang menggunakan mata uang Rupiah, fluktuasi kurs mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat akan berpengaruh pada kinerja keuangan Perseroan. Bila mata uang Dolar Amerika Serikat menguat secara signifikan terhadap mata uang Rupiah, saldo hutang akan meningkat dan biaya kerugian kurs yang juga meningkat sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas Perseroan.

Berdasarkan pengalaman historis, Perseroan dapat memenuhi kebutuhan impor untuk bahan baku dengan penjualan luar negerinya, sehingga tercipta “natural hedge”. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa Perseroan belum perlu untuk menetapkan kebijakan lindung nilai / hedging.

5. Risiko Kondisi Pasar

Industri Saniter, Fitting, Peralatan Sistem Dapur dan Peralatan Elektronik dan Aksesoris di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, sosial politik dan kepastian serta penegakan hukum. Usaha Perseroan juga dipengaruhi oleh perubahan inflasi, suku bunga, pajak, daya beli dan faktor peraturan yang berlaku, sosial atau faktor politik yang berpengaruh di Indonesia terutama di daerah Jabodetabek. Kegiatan usaha Perseroan secara tidak langsung akan mengikuti industri properti yang ada di Indonesia, sehingga fluktuasi yang terjadi dalam industri properti akan secara signifikan berpengaruh terhadap kegiatan usaha Perseroan.

6. Risiko Persaingan Usaha

Persaingan usaha merupakan hal yang wajar dalam setiap kegiatan usaha. Dalam kegiatannya, Perseroan juga memiliki kompetitor-kompetitor yang mungkin mampu memberikan produk berupa: Saniter, Fitting dan Peralatan Sistem Dapur yang lebih menarik dibanding produk Perseroan. Untuk mempertahankan persaingan, Perseroan senantiasa menjaga kualitas produk-produk berupa: Saniter, Fitting, Peralatan Sistem Dapur dan Peralatan Elektronik dan Aksesoris dan menyediakan layanan purna jual terhadap produk-produk Perseroan berupa garansi dan senantiasa melakukan inovasi baik dari segi desain maupun penataan lingkungan.

Salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh Perseroan adalah maraknya produk-produk impor sejenis di Indonesia, terutama produk-produk dari China dimana kualitas produk mereka sangat rendah namun memiliki harga yang sangat murah. Hal ini tentunya sangat berpengaruh mengingat daya beli sebagian besar masyarakat di Indonesia masih rendah dan memandang kualitas bukan hal yang utama apalagi jika dikaitkan dengan masalah sanitasi dan produk-produk saniter lainnya.

7. Risiko Kebakaran dan Bencana Alam

Perseroan mempunyai beberapa aset properti termasuk pabrik-pabrik yang digunakan untuk produksi dimana, terdapat risiko kebakaran maupun bencana alam yang dapat yang dapat memusnahkan aset utama Perseroan dalam menjalankan usaha. Oleh sebab itu bila terjadi musibah kebakaran dan bencana alam pada aset Perseroan, akan terjadi penghentian sementara operasional. Untuk menghindari risiko diatas, Perseroan telah mengasuransikan asetnya.

Manajemen menyatakan bahwa semua risiko usaha material yang dihadapi oleh Perseroan dalam melaksanakan kegiatan usaha telah diungkapkan

Dalam dokumen Penawaran Umum Terbatas 2015 Prospektus (Halaman 39-42)