• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Utama Adaro dan Tindakan Mitigasinya

Dalam dokumen ADARO ENERGY Tbk 2014 (Halaman 125-129)

Adaro mengidentifikasi sembilan risiko utama yang memiliki risiko “tinggi” dan berfokus pada tindakan yang diperlukan untuk memitigasi risiko- risiko tersebut. Rencana mitigasi didiskusikan dan diformulasikan dengan melibatkan manajemen se- nior secara langsung. Adaro juga memonitor status dan tingkat efektivitasnya secara berkala. Tabel berikut ini merangkum rencana mitigasi Adaro untuk keseluruhan sembilan risiko utama dengan tingkat risiko “tinggi”.

1

harga komoditas: fluktuasi

dalam harga komoditas memaparkan adaro terhadap risiko marjin keuntungan yang lebih rendah.

Tingkat risiko harga komoditas turun meskipun harga batubara menurun lebih jauh di 2014, karena model bisnis Adaro dari tambang sampai pembang- kit listrik tetap bertahan dan membuatnya mam- pu mempertahankan biaya produksi yang rendah. Adaro telah menandatangani kontrak jangka panjang dengan menggunakan kombinasi 2/3 harga tetap dan 1/3 harga yang terkait indeks. Kontrak dengan harga tetap ditetapkan secara triwulanan atau tahunan.

Adaro juga mempercepat rencana untuk ber- ekspansi ke hilir ke sektor ketenagalistrikan dan menjadi Independent Power Producer (IPP) untuk menciptakan pasar bagi batubaranya dan mengu- rangi dampak dari turunnya harga batubara.

2

regulasi: perubahan peraturan perundang-undangan berdampak terhadap kemampuan adaro untuk bertransaksi, menegakkan perjanjian kontrak, atau mengimplementasikan aktivitas maupun strategi yang spesiik.

Tingkat risiko regulasi turun karena program pemerintah baru untuk mengembangkan kapasi- tas listrik sebesar 35.000 MW di Indonesia dalam 5 tahun ke depan sejalan dengan strategi Adaro untuk mengembangkan bisnis ketenagalistrikan.

Adaro secara proaktif memonitor dampak per- aturan perundang-undangan baru untuk mengu- rangi dampaknya terhadap operasi.

tata kelOla adarO

123

Adaro telah menyusun standard operating pro- cedures (SOP) untuk kegiatan bongkar muat ba- han bakar di Terminal Khusus Batubara Kelanis dan Indonesia Bulk Terminal (IBT), dan melaku- kan pengawasan yang ketat. Selain itu, para kon- traktor diharuskan untuk mengimplementasikan sistem manajemen bahan bakar Adaro.

Tim engineering geoteknik Adaro telah mem- buat sistem yang memastikan rancangan dinding tambang dan area pembuangan sudah sesuai den- gan standar.

Adaro memastikan bahwa air tambang yang dihasilkan proses pengeringan penambangan di- proses dengan benar di dalam kolam pengendapan sebelum dialirkan.

5

fasilitas dan infrastruktur: fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai menghalangi dukungan efektif terhadap operasi dengan cara yang eisien, efektif biaya dan terkendali.

Tingkat risiko fasilitas dan infrastruktur tetap tinggi. Adaro meningkatkan tingkat produksi se- tiap tahun dan fasilitas serta infrastruktur yang ada saat ini telah hampir mencapai kapasitas ran- cangannya. Pembaharuan infrastruktur akan di- lakukan sesuai dengan kebutuhan.

Kesehatan para karyawan dan keselamatan lingkungan kerja merupakan hal penting dalam manajemen risiko di tempat kerja.

Adaro berencana untuk meningkatkan kapasi- tas fasilitas penyimpanan bahan bakar di Terminal Khusus Batubara Kelanis dan memastikan bah- wa instalasi bongkar muat bahan bakar memiliki kapasitas yang memadai.

Anak perusahaan Adaro, SDM, terus melaku- kan kegiatan pengerukan alur sungai Barito untuk mempertahankan kedalaman minimum yang di- perlukan supaya selalu dapat dilewati kapal tong- kang Adaro.

6

kontraktor-kontraktor dengan kinerja yang tidak baik dapat menurunkan produktivitas atau kualitas, meningkatkan biaya serta merusak reputasi dan nama baik.

Tingkat risiko kontraktor tetap tinggi. Adaro melanjutkan fokus untuk meningkatkan kinerja dari kontraktor-kontraktor yang ada saat ini. Selain itu, Adaro juga meningkatkan proses seleksi un- tuk kontraktor EPC (Engineering, Procurement, and Construction).

Adaro telah mengembangkan kriteria khu- sus untuk proses pemilihan kontraktor dan han- ya memilih kontraktor dengan kualiikasi yang memenuhi syarat. Selain itu Adaro juga telah menetapkan tim teknis proyek secara internal un-

124

tata kelOla adarO

ManaJeMen risikO

Batubara sedang diangkut di jalan angkutan milik Adaro yang menghubungkan wilayah penambangan AI dan Terminal Khusus Batubara Kelanis dengan panjang yang mencapai 80 km. Gangguan terhadap rantai pasokan batubara merupakan risiko signiikan yang harus dikelola.

125

tuk melakukan seluruh kajian di sisi teknis dari kontrak EPC. Tim ini akan mempersiapkan selu- ruh panduan teknis untuk kontraktor EPC Adaro dan mengawasi kerja mereka.

Adaro mempekerjakan beberapa kontraktor un- tuk operasi rantai pasokan batubara dari tambang sampai pembangkit listrik. Beberapa kontraktor utama Adaro merupakan anak perusahaannya sendiri, seperti SIS (pemindahan lapisan penut- up, produksi batubara, dan aktivitas pengangku- tan) serta MBP (kapal tongkang pembawa batuba- ra dan pengangkutan bahan bakar).

7

gangguan bisnis: gangguan yang disebabkan oleh ketidaktersediaan fasilitas utama, infrastruktur, dan teknologi informasi mengancam kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasi.

Tingkat risiko gangguan bisnis turun dari kriti- kal ke tinggi karena Adaro telah mengembangkan Business Continuity Management Plan (BCMP) un- tuk kegiatan operasi tambangnya. Hal ini akan me- mungkinkan Adaro untuk menanggapi secara cepat terhadap kejadian dan insiden yang signiikan dan menormalisasi kegiatan bisnis secepat mungkin.

Adaro telah membentuk tim Emergency Response Team (ERT) yang bermarkas di Terminal Khusus Batubara Kelanis dan di kantor tambang sebagai bagian dari BCMP dan Adaro juga telah memiliki SOP untuk mengantisipasi gangguan yang mungkin terjadi.

Adaro berencana untuk meningkatkan sistem deteksi dan pencegahan kebakaran dan ledakan dengan menyewa konsultan independen untuk melakukan kajian risiko kebakaran dan ledakan terkait seluruh fasilitas penting. Selain itu, Adaro memiliki perlindungan asuransi yang memadai untuk seluruh asetnya dan gangguan bisnis yang diakibatkan oleh kerusakan atas aset tersebut.

8

ketersediaan lahan: Meningkatnya masalah hukum terkait tanah dan/ atau ketidakmampuan untuk mengelola risiko hukum secara efektif dapat mengakibatkan kerugian dan menurunnya laba.

Tingkat risiko ketersediaan lahan turun dari kriti- kal ke tinggi karena Adaro telah mengimplementa-

sikan program manajemen tanah. Adaro telah ber- hasil menyelesaikan beberapa isu terkait akuisisi lahan untuk proyek ketenagalistrikan dan operasi pertambangan.

Adaro mendirikan PT Adaro Persada Mandiri (APM) untuk mengembangkan Sistem Informasi Adaro land Management yang mencakup perkem- bangan dan status terkini untuk akuisisi lahan, lokasi lahan, status hukum, dan sertiikat tanah. Adaro tetap melanjutkan untuk meningkatkan dan memperbaiki sistem database tanah.

Adaro bernegosiasi langsung dengan pemilik tanah untuk mendapatkan tanah dengan harga pasar dan juga bekerjasama dengan pemimpin ma- syarakat setempat untuk menyebarluaskan keun- tungan dari rencana bisnis Adaro bagi masyara- kat terkait.

9

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan: tuntutan hukum yang merugikan, klausul kontrak yang tidak memadai, ketidakpatuhan terhadap regulasi memaparkan adaro terhadap kewajiban untuk bertanggung jawab atas kerusakan, denda, biaya hukum, kerusakan reputasi atau dampak negatif lainnya.

Adaro saat ini menetapkan tingkat risiko “tinggi” untuk risiko kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, karena perusahaan menekankan kepatuhan terhadap seluruh hukum dan kebi- jakan regulasi yang berlaku.

Adaro memiliki tim hukum khusus, den- gan pengetahuan dan pengalaman yang men- dalam terkait industri pertambangan, utilitas, dan logistik.

Tim hukum Adaro bekerja untuk memitigasi seluruh risiko terkait legal and regulatory com- pliance. Tim tersebut membantu mitigasi selu- ruh risiko yang terkait dengan kepatuhan terh- adap hukum dan peraturan perundang-undan- gan. Tim memastikan bahwa setiap aktivitas bisnis mematuhi undang-undang dan regulasi yang berlaku.

Adaro juga berencana untuk membuat sistem penilaian kepatuhan untuk mengukur status atau perkembangan kepatuhan.

Dalam dokumen ADARO ENERGY Tbk 2014 (Halaman 125-129)