• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Risk Priority Number (RPN)

faktor kegagalan/ kerusakan pada sistem kegiatan konstruksi, perusahaan dapat melakukan aksi pencegahan terhadap risiko-risiko tersebut. Untuk dapat menganalisa faktor-faktor kegagalan/ kerusakan pada kegiatan konstruksi maka perlu melakukan analisa terhadap rantai kegiatan konstruksi.

FMEA biasanya digunakan pada kegiatan proyek yang memiliki risiko-risiko besar, contohnya pada industri penerbangan dan militer. FMEA digunakan untuk penentuan kualitas, tindakan pemeliharaan preventif, kendala operasional, sisa umur produk dan informasi lainnya yng diperlukan untuk meminimalkan risiko kegagalan. Hingga saat ini FMEA masih menjadi metode yang sering digunakan untuk mengidentifikasi risiko kegiatan. Selain itu, semua tindakan yang direkomendasikan yang dihasilkan melalui FMEA harus dievaluasi dan disusun secara formal dengan penerapan yang tepat. Adapun langka-langkah untuk menyusun FMEA adalah sebagai berikut (MIL-STD-1629A, 1980):

1. Melakukan analisa proses sistem/ kegiatan. Menentukan dan mengidentifikasi fungsi, alur disetiap proses kegiatan.

2. Menyusun pemetaan proses atau blok diagram yang mengilustrasikan proses kegiatan

3. Indentifikasi setiap poin yang berpotensi memiliki kegagalan dan menentukan efeknya terhadap proses kegiatan.

4. Evaluasi setiap poin kegagalan dan dampak terburuk dari kegagalan tersebut dengan mengkategorikan dalam severity rating

5. Identifikasi metode/ cara mendeteksi kegagalan untuk setiap poin kegagalan. 6. Menganalisa dan menentukan tindakan untuk minimalisasi reiko dari kegagalan. 7. Menganalisa alat/ prosedur dalam tindakan pencegahan kegagalan.

8. Merangkum setiap keputusan didalam suatu format sistematis dan mengevaluasi keputusan.

2.7 Risk Priority Number (RPN)

Risk Priority Number merupakan bilangan kuantitatif yang digunakan untuk mengukur/ memperkirakan tingkat risiko dari kegagalan. Bilangan ini dijadikan urutan

23

peringkat untuk risiko yang menjadi prioritas untuk dilakukan tindakan pencegahan. RPN disusun dari 3 faktor: Severity (S), Occurence (O), dan Detection (D).

RPN = (S) x (O) x (D)

1. Severity (S)

Merupakan penilaian tingkat keseriusan dampak dari kegagalan yang terjadi di suatu proses kegiatan terhadap proyek kegiatan secara keseluruhan. Severity biasanya diestimasikan bernilai skala 1-10. Berikut adalah kategori dari tingkat

severity:

Tabel 2.1 Severity classification

Effect Severity of Effect Peringkat

Bahaya risiko tanpa peringatan

Tingkat keseriusan risiko sangat tinggi. Efek dari risiko dapat menyebabkan kegiatan operasional secara keseluruhan terganggu/ terhenti tanpa adanya peringatan atau deteksi terjadinya kegagalan.

10

Bahaya risiko dengan peringatan

Tingkat keseriusan risiko sangat tinggi. Efek dari risiko dapat menyebabkan kegiatan operasional secara keseluruhan terganggu/ terhenti dengan peringatan atau deteksi terjadinya kegagalan.

9

Sangat tinggi Suatu kegiatan tidak beroperasi 8 Tinggi Suatu kegiatan beroperasi tapi tidak secara

memuaskan 7

Sedang Suatu kegiatan beroperasi tapi hasil produk

tidak memuaskan 6

Rendah Suatu kegiatan beroperasi pada level performa

yang rendah dan hasil produk tidak memuaskan 5 Sangat rendah Hasil produk sesuai tapi kebanyakan cacat 4 Kecil Hasil produk sesuai tapi beberapa cacat dapat

24

Sangat Kecil Hasil produk sesuai tapi sedikit cacat dapat

teridentifikasi 2

Tidak ada Tidak menimbulkan risiko 1

2. Occurence (O)

Merupakan tingkat keseringan muncul kegagalan suatu kegiatan pada keseluruhan proses produksi. Occurence dinilai berdasarkan jumlah terjadinya kejadian gagal terhadap beberapa kegiatan serupa yang dilakukan. Penentuan peringkat berdaarkan kategori tingkatan berikut:

Tabel 2.2 Occurence classification

Risiko Peluang terjadi gagal Peringkat

Sangat Tinggi (Hampir tidak dapat dihindari)

> 1 setiap 2 1 setiap 3 10 9 Tinggi: Kegagalan berulang 1 setiap 8 1 setiap 20 8 7 Sedang: Kegagalan sesekali 1 setiap 80 1 setiap 400 1 setiap 2.000 6 5 4 Rendah: Kegagalan sedikit 1 setiap 15.000 1 setiap 150.000 3 2 Sedikit: Kegagalan

hampir tidak terjadi

< 1 setiap 1.500.000 1

3. Detection (D)

Merupakan penilaian terhadap kemampuan proses kontrol untuk mendeteksi kegagalan pada suatu kegiatan didalam proses. Penilaian faktor detection berdasarkan urutan peringkat sebagai berikut:

25

Tabel 2.3 Detection classification

Detection Kemampuan deteksi berdasarkan kemampuan kontrol

Peringkat

Ketidakpastian mutlak

Sistem kontrol tidak dapat mendeteksi terjadinya

kegagalan suatu kegiatan didalam proses 10 Sangat jarang Kemampuan desain kontrol sangat jarang untuk

bisa mendeteksi kegagalan suatu kegiatan didalam proses

9

Jarang Kemampuan desain kontrol jarang untuk bisa mendeteksi kegagalan suatu kegiatan didalam proses

8

Sangat rendah Kemampuan desain kontrol sangat rendah untuk bisa mendeteksi kegagalan suatu kegiatan didalam proses

7

Rendah Kemampuan desain kontrol rendah untuk bisa mendeteksi kegagalan suatu kegiatan didalam proses

6

Sedang Kemampuan desain kontrol sedang untuk bisa mendeteksi kegagalan suatu kegiatan didalam proses

5

Cukup tinggi Kemampuan desain kontrol cukup tinggi untuk bisa mendeteksi kegagalan suatu kegiatan didalam proses

4

Tinggi Kemampuan desain kontrol tinggi untuk bisa mendeteksi kegagalan suatu kegiatan didalam proses

3

Sangat tinggi Kemampuan desain kontrol sangat tinggi untuk bisa mendeteksi kegagalan suatu kegiatan didalam proses

2

Hampir selalu Deain kontrol hampir selalu mendeteksi adanya

26

Untuk menentukan prioritas resiko dan ketegori resiko yang paling penting untuk didahulukan maka setiap resiko digambarkan dalam risk priority matrix. Contoh risk priority matirks seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.9 Risk Priority Matrix

Risk priority matrix digambarkan berdasarkan penilaian terhadap severity

(dampak) dan occurrence (keseringan) dari risiko. Dengan risk priority matrix maka kita dapat memetakan risiko prioritas yang perlu didahulukan perbaikannya dan jenis tindakan yang dapat diambil. Jenis tindakan yang dapat diambil adalah:

1. Avoid Risk, keputusan untuk menghindari dan menghilangkan terjadinya risiko ini jika penyebab permasalahan termasuk kedalam kuadran I yaitu urgent dan penting.

2. Transfer Risk, keputusan untuk mengalihkan risiko diambil jika risiko berada pada kuadran II dan III yaitu penting namun tidak urgent atau urgent tapi tidak penting. Selain itu perlu mempertimbangkan perbandingan dampak kerugian yang disebabkan oleh risiko dengan biaya pengeluaran untuk mentransfer risiko. 3. Reduce Risk, keputusan untuk mengurangi risiko diambil jika risiko berada pada

kuadran III yaitu mengurangi intensitas terjadinya permasalahandikarenakan nilai

occurence yang tinggi.

4. Accept Risk, keputusan untuk menerima risiko diambil jika penyebab permasalahan berada pada kuadram IV yaitu tidak urgent dan tidak penting.

Medium Risk REDUCE

Dokumen terkait