• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.3.3.4. Rita Zahara

4.3.3.4. Rita Zahara

Informan peneliti ini adalah seorang ibu berumur 57 tahun. Di samping rumah beliau merupakan tempat pelatihan khursus menjahit yang diselenggarakan oleh Pertamina Dumai. Beliau seorang penulis khusus dalam bidang menjahit, dan tahun 2009 ini pernah menjadi calon anggota DPRD Dumai dari salah satu partai, dengan misinya untuk memberdayakan kaum perempuan. Beliau bergelut di bidang menjahit selama 39 tahun.

Beliau dalam program CSR ini sebagai pelaksana program pelatihan menjahit. Beliau dipilih karena pihak Pertamina telah mengetahui hasil kerja yang pernah dilakukan oleh ibu ini. Pelatihan kursus menjahit diberikan 3 kali selama 3 jam dalam seminggu. Beliau juga mengajukan beberapa persyaratan untuk menjadi peserta pelatihan ini, diantaranya adalah mereka yang sudah mendapat persetujuan dari suami (jika sudah menikah) karena akan menyita waktu, dan tidak dalam keadaan hamil karena bisa mengalami keguguran disebabkan pikiran dan tenaga akan banyak dikeluarkan untuk pelatihan ini. Dalam proses pelatihan, beliau juga memberikan kiat-kiat menjadi seorang yang sukses dengan mengandalkan keahlian yang sudah dimiliki nantinya, seperti pengolahan baju-baju bekas yang tidak lagi dipakai untuk diperbaharui dengan kegunaan lain, dan mampu membuka usaha kecil-kecilan di rumah.

4.3.3.5. Eddy

Informan peneliti ini adalah seorang kepala keluarga berumur 37 tahun. Beliau

diselenggarakan oleh pihak Pertamina Dumai. Beliau bergabung di PKBL Pertamina sekitar 3 tahun. Jika ada pertemuan penyukuhan yang dilakukan oleh PKBL Pertamina Medan, karena Dumai masih di bawah Upms I Medan, maka beliau diajak untuk bergabung dan mengikuti penyuluhan yang berhubungan dengan pemberian bantuan berupa pinjaman dana usaha.

Proses pemberian dana yang dilakukan, sebelum menyetujui permohonan peminjaman dana dari masyarakat, beliau berkewajiban mensurvey usaha yang dikelola oleh si peminjam dengan mempertimbangkan beberapa hal, yakni hasil usaha dalam setiap bulan, berapa besar keuntungan yang diperoleh oleh si peminjam. Hal ini dimaksudkan agar pada saat proses pengembalian pinjaman tidak mengalami hambatan, sehingga dalam setiap bulannya si peminjam mampu mengganti dana yang telah dipinjam dari PKBL Pertamina. Jika si peminjam telah mendapat persetujuan, beliau yang menginformasikan langsung kepada si peminjam bahwa mereka bisa mendapatkan pinjaman. Jika pada waktu dimana dana yang diberikan tidak dikembalikan atau mengalami kemacetan pengembalian, maka beliau jugalah yang akan datang kepada si peminjam untuk bertanya dan memonitoring jalannya usaha yang dikelola.

4.3.3.6. Supriadi

Informan peneliti ini merupakan salah satu yang menerima program CSR dalam

bentuk bantuan pinjaman dana dari PKBL Pertamina Dumai. Beliau berumur 44 tahun. Beliau adalah masyarakat pendatang dari Jawa Tengah, dan sudah 12 tahun tinggal di Kelurahan Jaya Mukti, Dumai. Awal kedatangan beliau langsung bergelut di bidang berdagang, tepatnya tahun 1997. Awal mula beliau berdagang hanya mempunyai dana Rp. 5.000.000 dengan berjualan pakaian yang berskala kecil.

Beliau mengetahui adanya bantuan pinjaman dana yang diberikan oleh Pertamina yakni dari seorang teman yang sudah pernah mendapatkan pinjaman. Tahun 2005 beliau mengajukan permohonan bantuan dana kepada pihak Pertamina dengan memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, kemudian pada pertengahan Januari tahun 2006 permohonan yang diajukan telah disetujui oleh pihak Pertamina dan dana langsung diturunkan pada akhir Januari 2006. Informan mengikuti kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Pertamina setelah mendapat bantuan pinjaman dana. Informan sangat terbantu dengan bantuan pinjaman dana yang diberikan oleh Pertamina, karena bunga yang dikenakan lebih kecil jika dibandingkan dengan pinjaman ke bank, dan agunan hanya berupa fotocopy surat tanah yang dimiliki oleh si peminjam.

Kehidupan ekonomi informan saat ini sudah jauh berbeda dari dahulu sebelum beliau mengetahui program kemitraan yang dilakukan Pertamina. Keluarga informan sebelumnya hidup dengan berkecukupan dan terkadang masih mengalami kekurangan karena penghasilan yang didapat belum menutupi modal yang dikeluarkan, dan informan juga harus membayar sewa ruko. Saat ini informan sudah mengalami peningkatan ekonomi, yakni modal semakin bertambah, omset meningkat, dan perlahan-lahan beliau sudah mampu membangun rumah yang sekaligus tempat usaha beliau.

4.3.3.7. Etty

Informan peneliti ini adalah seorang ibu berumur 36 tahun. Beliau termasuk

masyarakat pendatang dari Medan yang sudah berada di Dumai selama 11 tahun, dan sekarang tinggal di Kelurahan Jaya Mukti. Saat ini beliau sudah membuka usaha sendiri dengan mempunyai sebuah toko roti yang bersatu dengan tempat tinggal informan.

Dahulu beliau hanya berjualan keliling dengan memakai gerobak, roti yang dijual diolah/dibuat sendiri oleh beliau karena dahulu pernah mengikuti kursus tata boga. Keahlian yang didapat dipergunakan dengan membuka usaha sendiri secara kecil-kecilan.

Informasi mengenai program kegiatan CSR didapat dari seorang teman yang bekerja sebagai karyawan di PT Pertamina Dumai. Beliau mengetahui adanya bantuan berupa pinjaman modal dengan bunga kecil dan tidak ada agunan yang diperlukan untuk melakukan pinjaman tersebut. Peminjaman tahap I sebesar Rp. 15.000.000,-. Tahun 2003 informan mendapat pinjaman dana, tetapi dalam proses pengembalian beliau sedikit mengalami hambatan dikarenakan masih belum stabilnya usaha yang dijalankan karena terbatasnya modal yang dimiliki. Beliau mengikuti peminjaman tahap II tahun 2006 dan mendapat pinjaman dana sebesar Rp. 30.000.000,-. Pada masa ini, perkembangan usaha beliau sudah mulai tampak, dan dari tahap II ini beliau bisa membangun sebuah rumah usaha sendiri dan sekarang dapat mempekerjakan orang sebanyak 6 orang pegawai.

Informan, di samping mengurus usaha yang ia dirikan, juga mengikuti kegiatan PKK dan organisasi Dharma Wanita, tidak hanya sebagai peserta tetapi sebagai Bendahara di organisasi Dharma Wanita yang beliau ikuti sekali seminggu. Kedudukan beliau di keluarga sebagai ibu mempunyai arti, dimana beliau sebagai manager keuangan keluarga dan dalam pengambilan keputusan, beliau tetap mengeluarkan pendapat dan dihargai oleh suami.

4.3.3.8. Yakri

Informan peneliti ini adalah seorang bapak yang mempunyai toko sepatu

beliau banyak merantau di daerah Medan, Padang, dan sampai di Dumai. Kehidupan keluarga beliau dapat dikatakan merupakan tingkat ekonomi rendah sehingga beliau pada saat sekolahnya sudah mulai bekerja untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Awal mula beliau sebelum mempunyai usaha sepatu tempahan ini yakni beliau membuka usaha kecil berdagang sebagai pedagang kaki lima dalam bidang perbaikan sepatu. Hal ini ditekuni sendiri oleh beliau, dan sebelumnya beliau tidak mendapat pendidikan khusus untuk bidang ini, beliau hanya mengandalkan pengalaman dan hanya belajar dengan cara banyak memperhatikan orang-orang yang sedang bekerja memperbaiki sepatu. Oleh karena itu, beliau berkeinginan dengan melakukannya sendiri. Informan mengatakan bahwa usaha ini dimulai dari bawah, dimana modal yang digunakan pada waktu itu adalah Rp. 50.000,-.

Informasi mengenai program CSR dengan memberikan bantuan modal usaha ini diketahui beliau dari teman yang sudah mengetahui hal ini. Beliau kemudian langsung berhadapan dengan pihak PKBL Pertamina. Enam bulan setelah surat permohonan diberikan, Pertamina telah menyetujui permohonan peminjaman tersebut. Peminjaman pertama diberikan Rp. 15.000.000,- dan beliau telah mendapat bantuan ini sebanyak 3 kali peminjaman. Hal ini diakui beliau karena ia pun dalam masa pengembalian pinjaman tidak mengalami kemacetan, sehingga kemungkinan itu dirasa beliau merupakan nilai plus bagi Pertamina untuk memberikan lagi kesempatan mendapat bantuan peminjaman.

Informan peneliti ini adalah seorang pedagang pakaian yang mendapat bantuan

modal usaha dari pihak Pertamina dengan 2 periode, mulai dari tahun 2006 hingga sekarang. Beliau berusia 35 tahun, merupakan masyarakat pendatang dari Medan. Beliau datang ke Dumai pada tahun 1997 dan langsung membuka usaha pakaian dalam skala kecil.

Informasi mengenai program CSR melalui bantuan modal usaha diketahui dari saudara informan yang bekerja di Pertamina. Jawaban dari permohonan bantuan tersebut diakui informan menunggu waktu yang agak lama, yakni 6 bulan. Bantuan modal usaha ini sangat membantu informan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, terlebih karena biaya hidup yang juga tinggi. Beliau juga mendapat pelatihan yang diadakan oleh Pertamina setelah dinyatakan sah menjadi mitra binaan Pertamina, berupa pelatihan dalam peningkatan usaha, bagaimana penghitungan laba rugi suatu usaha, dan kiat-kiat dalam berusaha.