• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Profil Pertamina

4.1.1. Sejarah Singkat PT Pertamina (PERSERO)

PT Pertamina (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan energi vital dan strategis di Indonesia yaitu migas. Keberadaan Pertamina adalah bagian terpenting Aelko Jans Zijlner, seorang administratur perkebunan tembakau di Sumatera Timur, berhasil membor sumur produksi pertama yaitu Telaga Tunggal yang menghasilkan minyak pada tanggal 15 Juni 1885. Pada abad 19, sekitar 18 perusahaan minyak asing mengusahakan sumber-sumber minyak di Indonesia. Pada tanggal 16 Juni 1890, Ziljker bersama rekan-rekannya mendirikan sebuah perusahaan minyak yang kemudian mengambil alih konsesi Telaga Said dengan usahanya yaitu memproduksi, mengolah, dan memasarkan minyak bumi.

Pada masa Hindia Belanda terdapat dua perusahaan minyak yang beroperasi dalam penyediaan dan pemasaran BBM, yaitu BPM dan Stanvac. Sedangkan di masa pendudukan Jepang penyediaan serta pemasaran untuk masyarakat sangat terbatas, karena BBM yang dihasilkan terutama untuk keperluan perang. Perebutan dari Jepang atas fasilitas pembekalan BBM di dalam negeri beserta sarana penimbunan dan pengangkutan tidak berjalan lancar, karena kedatangan tentara Belanda baik dalam Agresi I Belanda tahun 1947 maupun Agresi II Belanda tahun 1948. Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan perminyakan di Indonesia sudah

beroperasi dan konsesinya adalah Shell, Stanvac, NV Niam, dan CALTEX yang berhasil menemukan ladang minyak di daerah Riau yang berkembang menjadi ladang minyak terbesar di Asia Tenggara. Sumatera Utara yang meluas ke Irian Jaya kecuali Sumatera Tengah merupakan daerah operasi yang dikuasai Sheel, sedangkan daerah operasi Stanvac hanya terbatas di Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.

Pada September 1945, melalui proses perjuangan, para pejuang Republik Indonesia berhasil merebut lapangan, kilangan, dan fasilitas perminyakan lainnya dari tangan tentara Jepang yang ditandai dengan diadakannya pertemuan mengenai penyerahterimaan seluruh tambang minyak yang berada di pangkalan Brandan dari tentara Jepang kepada pemerintahan Republik Indonesia di Sumatera Utara, yang kemudian segera dibentuk perusahaan minyak pertama yang bernama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia Sumatera Utara (PT. MNRI-SU).

Pada Agustus 1952 melalui kesepakatan Konferensi Mja Bundar, pemerintah merencanakan mengembalikan lahan konsesi miliki Sheel di Sumatera Utara dan Jawa yang telah diusahakan oleh perusahaan nasional. Akan tetapi rencana pengembalian lahan konsesi milik Sheel ini mendapat tentangan keras dari karyawan, kalangan DPR, dan partai politik.

Pada April 1954, perusahaan tambang di Sumatera, Langkat, Langsa digabuungkan dalam satu perusahaan yang diberi nama Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU). Kemudian pada tanggal 15 Juli 1957, pemerintah memutuskan untuk menyerahkan lapangan minyak Sumatera Utara kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD). Seluruh saham TMSU berada di tangan pemerintah yang kemudian pengusahaannya diserahkan kepada KASAD. Hal inilah yang kemudian menjadi

perubahan TMSU menjadi PT Eksplorasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT ETMSU) yang dipimpin oleh Kolonel Ibnu Sutowo.

Pada 10 Desember 1957 diadakan perubahan nama PT EMSU menjadi Perusahaan Minyak Nasional (PT PERMINA). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menepiskan bahwa minyak bumi adalah milik nasional dan bahwa perusahaan yang baru dibentuk bukan perusahaan daerah dan tidak bersifat kedaerahan. Pada tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Ulang Tahun PT Pertamina. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1981/1961, PT PERMINA ditingkatkan statusnya menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional (PN PERMINA).

Terbentuknya Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia (PN PERTAMIN) berawal dari PT PERMINDO milik eks NV Nederlands-Indische Aardolie Maatschappij (NV NIAM). Pemerintah kemudian melikuidasi PT PERMINDO dan kekayaannya yang telah berada di tangan pemerintah Indonesia menjadi modal didirikannya Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indosesia (PN PERTAMIN).

Walaupun tingkat konsumsi terus meningkat, tetapi sejak 1950 sampai 1960 tidak ada penambahan investasi pada sarana distribusi dan pemasaran. Dengan melihat kondisi pada saat itu, perusahaan-perusahaan asing mengalami keraguan untuk melanjutkan usahanya di Indonesia. Saat itu ada 740 stasiun pompa bensin, 125 truk tangki dengan daya angkut 1000 kiloliter. Keadaan tersebut mempersulit masyarakat untuk mendapatkan pelayanan BBM.

Organisasi pemasaran Pertamina mulai dibenahi tahun 1960-an yaitu pada masa Pertamin, dimulai dengan membangun pusat administrasi kecil di setiap pusat pemasaran di Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Medan. Faisal Abda’oe boleh dicatat sebagai salah seorang pembangun jaringan pemasaran. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini ditugaskan menciptakan suatu kebijakan pemasaran untuk Pertamin. Pertamin saat itu mulai melaksanakan pemasaran langsung, walaupun pada awalnya masih ditopang oleh Shell.

Pada tahun 1964 PN PERTAMIN menerima seluruh aset pemasaran dalam negeri dari Shell dan Stanvac yang telah dibeli oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juni 1961 dibentuklah Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN PERMIGAN). Pada perubahan selanjutnya, PN PERMIGAN dikua sai oleh komunis. Sejak saat itu hanya ada dua perusahaan minyak di Indonesia yang beroperasi, yaitu PN PERTAMIN dan PN PERMINA.

Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli di bidang perminyakan, Permina mendirikan Sekolah Kader Teknik di Brandan. PERMINA juga kemudian mendirikan Akademi Perminyakan di Bandung pada tahun 1962. kurikulum dari akademi perminyakan meliputi berbagai aspek dalam industri perminyakan, dan para lulusannya kemudian menjadi tenaga inti di PERMINA (yang kemudian menjadi PERTAMINA).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1968, pada bulan Agustus 1968 pemerintah mengintegrasikan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi Perusahaan Negara dan Gas Bumi Nasional (PN PERTAMINA) yang menampung berbagai urusan dan pengusahaan minyak dan gas bumi dari PN PERMINA dan PN

PERTAMIN. Hal ini berlanjut untuk meningkatkan segi produktivitas serta efisiensi di bidang perminyakan nasional dalam wadah sautu integrated oil company dengan satu manajemen yang sempurna karena minyak dan gas bumi memiliki peranan penting dalam menyukseskan rencana pembangunan lima tahun.

Pada tahun 1969 PN PERTAMINA memiliki aset kilang Sungai Gerong dari PT. Stanvac Indonesia yang telah dibeli oleh pemerintah. Perkembangan dan kemajuan pesat yang telah dicapai oleh PN PERTAMINA membuat pemerintah merasa perlu untuk memperkokoh landasan umum dan operasional guna meningakatkan kemampuan dan menjamin usaha. Sehingga pada tanggal 15 September dibuat UU No.8 tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (UU PERTAMINA), dan sejak saat itu PN PERTAMINA berubah menjadi PERTAMINA.

Terbitnya UU No.8 tahun 1971 tentang Pertamina menugaskan Pertamina melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan negara. Selain itu menyediakan dan melayani kebutuhan BBM dan gas bumi untuk dalam negeri. Pada masa Dirut dijabat oleh Joedo Sumboro (Dirut ketiga, 16 April 1981-16 Juli 1984) dilakukan peletakan dasar distribusi BBM di seluruh tanah air yang dibagi ke dalam Unit-Unit Pemasaran. Joedo menghilangakan sistem Kordinator Wilayah (Korwil), sehingga gerak pemasaran dalam negeri langsung ditangani lewat unit-unit pemasaran, tidak perlu melewati jenjang Korwil.

Dalam melaksanakan tugas penyediaan dan pendistribusian BBM dan gas bumi ke seluruh Indonesia, Pertamina menyusun Program Pengembangan dan

Sarana Pembekalan BBM di dalam negeri. Daerah pelayanan perlu diperluas sebagai akibat meningkatnya kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia. Pertamina pun memperkuat fasilitas penimbunan, fasilitas pelayanan masyarakat, dan fasilitas transportasi.

Tahun 1972, sebagai tahun efektifnya UU No.8 tahun 1971, Pertamina telah membangun depot baru, lalu perbaikan dan penambahan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), tak ketinggalan dibangun dan ditambah kapasitas penimbunan di instalasi/depot di berbagai daerah. Bersamaan dengan itu diperbaharui pula fasilitas Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU). Pada tahun 2001 terbentuklah UU No.22 Tahun 2001 mengganti UU lama yaitu UU No.8 tahun 1971. Pergantian dasar hukum Pertamina ini dikarenakan UU yanga lama isinya tentang Monopoli Pengadaan Migas, sedangakan hal itu sudah tidak cocok lagi digunakan pada saat ini karena zaman sudah mengalami perubahan dan kita sudah memasuki era globalisasi.

Pada 17 September 2003, PERTAMINA disahkan menjadi PERSERO dan dasar hukum mengenai perubahan ini tercantum di dalam UU No. 22 tahun 2001. Sesuai dengan UU terbaru ini, maka pengabdian Pertamina terhadap negara dan bangsa disesuaikan dengan perkembangan zaman yaitu perkembangan situasi bisnis global. Jika tidak disesuaikan dikhawatirkan Pertamina akan tersisih dari dunia bisnis internasional. Dengan berubahnya situasi Pertamina menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) maka Pertamina menjadi entitas bisnis murni yang lebih berorientasi laba.

Perjalanan restrukturisasi Pertamina sejak tahun 1994 telah menghasilkan beberapa milestone dan yang terakhir adalah Tumbuh dan Berkembang menuju Pertamina baru di tahun 2010. Konsep Pertamina baru tersebut lahir dari seluruh jajaran Direksi yang pada bulan Mei 2000 yang lalu telah menghasilkan Scenario Planning PERTAMINA dimana Pertamina memilih untuk tumbuh dan berkembang di tengah situasi dan kondisi yang mendorong baik internal maupun eksternal. Untuk itu maka setiap langkah, daya, dan upaya restukturisasi yang dilakukan harus membantu mewujudkan visi, misi, dan tata nilai Pertamina baru yang dicita-citakan dan telah disahkan oleh Direksi Pertamina melalui surat Keputusan Direksi No.120/C0000/2000-SO tanggal 8 Desember 2000.

Adapun visi, misi, dan tata nilai PT PERTAMINA (PERSERO) adalah : • Visi : Menjadi perusahaan yang unggul, maju, dan terpandang (To be a respect

leading company) • Misi :

▪ melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia

▪ merupakan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif, dan berdasarkan tata nilai unggulan.

▪ memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

• Tata Nilai :

▪ Fokus : menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.

▪ Visionary (Berwawasan Jauh ke Depan) : mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang akan dayang untuk dapat tumbuh dan berkembang.

▪ Excellence (Unggul) : menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan usaha.

▪ Mutual Respect (Kesetaraan dan Kesederajatan) : menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan usaha.

Dengan pendirian Pertamina di beberapa daerah, Dumai merupakan salah satu daerah yang memiliki Pertamina. Pendirian kilang UP II Dumai merupakan tekad Pertamina untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan negara. Kilang minyak Dumai pertama kali dibangun pada bulan April 1969 dan selesai pada tahun 1971 dan langsung beroperasi yang diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto tanggal 8 September 1971 yang lalu.

Unit/pabrik yang pertama dibangun adalah sebuah unit/pabrik penyulingan atau pemurnian minyak mentah (Crude Oil, CO), atas dasar persetujuan Turn Key Project antara Pertamina dengan Far East Sumitomo Japan. Pembangunannya dikerjakan oleh kontraktor Jepang, Ishikawa-Harima Heavy Indistries (IHHI). PT Pertamina UP II Dumai mempunyai 2 lokasi refinery yang mengolah total sebesar 170.000 B/PSD (Barrel Per Steam Day), dengan produksi: gas, naphtha, minyak tanah, solar, dan residu. Unit Pengolahan II Dumai menduduki peringkat kedua dalam kapasitas pengolahan diantara semua unit pengolahan di Indonesia.

Kilang minyak UP II merupakan penghasil ketiga terbesar dari tujuh unit pengolahan yang ada di Indonesia. Produksi kilang minyak UP II didistribusikan

untuk memenuhi kebutuhan BBM 5 propinsi di Sumatera Utara, yaitu Riau, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kilang-kilang minyak UP II terletak di dua daerah, yakni Dumai dan Sei Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau.