• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dengan nama lengkap Septi Rubiyani dilahirkan di Pontianak pada tanggal 14 September 1988 dari ayah Sukur dan ibu Sri Widadi. Penulis di lahirkan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dan sekarang menjadi anak tertua dari dua bersaudara.

Penulis lulus dari SD Muhammadiyah 1 Pontianak pada tahun 2000 dan kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 3 Pontianak serta lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan studi dari SMAN 1 Pontianak dan kemudian pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah mengikuti Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis memilih mayor Fakultas Kedokteran Hewan. Selama masa perkuliahan di fakultas, penulis aktif sebagai anggota HIMPRO RUMINANSIA Divisi Infokom (2008-2009) FKH IPB.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiii BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Manfaat Penelitian ... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Malaria ... 4 Kejadian Malaria ... 4 Agen, Vektor dan Induk Semang Malaria ... 4 Patogenesa Malaria pada Manusia ... 7 Mencit (Mus musculus) ... 9 Sel Darah Putih (Leukosit) ... 10 Granulosit ... 11 Neutrofil ... 11 Eosinofil ... 12 Basofil... 13 Agranulosit ... 14 Limfosit ... 14 Monosit ... 15

Artemisia annua Linn ... 16 Morfologi ... 17 Kandungan Artemisia annua Linn ... 17 Artemisinin ... 18 BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ... 20 Bahan dan Alat ... 20 Cara Kerja ... 20 Preparasi Hewan Coba... 20 Desain Penelitian ... 20 Penyimpanan dan Pembuatan Stok P. berghei ... 21 Dosis Parasit pada Stok P. berghei ... 21 Pembuatan Infusa A. annua L ... 22 Infeksi P. berghei. ... 22 Pembuatan Preparat Ulas Darah ... 23 Perhitungan Leukosit ... 23 Analisa Data ... 23

xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Neutrofil pada Mencit Jantan ... 24 Neutrofil pada Mencit Betina ... 24 Monosit pada Mencit Jantan ... 26 Monosit pada Mencit Betina ... 27 Limfosit pada Mencit Jantan ... 29 Limfosit pada Mencit Betina ... 30 Eosinofil pada Mencit Jantan ... 32 Eosinofil pada Mencit Betina ... 33 Basofil pada Mencit Jantan ... 35 Basofil pada Mencit Betina ... 36 Pembahasan ... 38 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 43 Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA ... 44

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit protozoa genus Plasmodium pada sel darah merah. Penyakit ini masuk ke dalam tubuh induk semang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit (WHO 2006). Plasmodium berghei merupakan salah satu jenis

Plasmodium pada rodensia. Zuckerman (1970) menyatakan bahwa Plasmodium

pada rodensia (khususnya P. berghei dan P. vinckei) adalah model yang banyak digunakan untuk penelitian mengenai immunologi pada malaria yang menyerang mamalia.

Kardinan (2006) menyatakan bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit malaria dan sampai saat ini, penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan angka kejadian penyakit yang cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia Timur. Jumlah kasus yang terjadi pada tahun 1967 sebanyak 16.000 kasus malaria per juta penduduk menjadi 31.000 kasus malaria per juta penduduk pada tahun 2001. Penekanan kejadian penyakit malaria dilakukan melalui pemberantasan vektor dan pengobatan, baik terhadap orang yang diduga malaria ataupun penderita malaria yang terbukti positif secara laboratorium.

Tan dan Kirana (2007) menyatakan bahwa obat tertua untuk menangani malaria adalah kuinin. Kuinin pertama kali diekstrak dari kulit pohon kina pada tahun 1820. Pada tahun-tahun selanjutnya, ditemukan beberapa antimalaria selain kuinin, yaitu: mekaprin (1832); klorokuin (1944); proguanil (1946); primakuin (1948); derivate klorokuin berupa amodiakuin (1950), pirimetamin (1952), meflokuin (1981), halofantrin (1985); artemeter (1991), dan pironaridin.

Obat antimalaria yang tersedia di dunia umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: obat anti malaria kelompok kuinolin (klorokuin, kina, primakuin, amodiakuin, meflokuin, dan halofantrin), obat malaria anti-folat (sulfadoksin, pirimetamin, proguanil, klorproguanil, dan dapson), dan kelompok obat antimalaria baru (artemisinin, lumefantrin, atovakuon, tafenoluin, pironaridin, piperakuin, artemison, dan antibiotik) (Tjitra 1993). Sejak tahun 1820,

telah banyak ditemukan antimalaria, namun sampai saat ini penyakit malaria masih menjadi masalah di masyarakat. Acang (2002) menyatakan bahwa beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya resistensi Plasmodium spp. terhadap beberapa obat, diantaranya adalah terhadap kuinin yang berasal dari tanaman kina dan telah digunakan lebih dari 20 tahun di Indonesia. Acang (2002) juga menyatakan bahwa resistensi Plasmodium spp. terhadap klorokuin juga telah dilaporkan sejak tahun 1996.

Selain kuinin dan klorokuin, WHO (2006) menyatakan bahwa adanya resistensi P. Falciparum resisten terhadap amodiakuin, meflokuin dan sulfadoksin-pirimetamin. Selain itu, P. vivax juga mengalami resistensi terhadap sulfadoksin-pirimetamin, dan klorokuin. Resistensi Plasmodium spp. terhadap beberapa obat yang umum digunakan mendorong para peneliti untuk mencari alternatif obat dari tanaman untuk menangani malaria. Jenis-jenis tanaman yang

sering digunakan untuk mengatasi masalah malaria antara lain:

Artemisia annua Linn. (Khomsan 2006), tanaman bandotan

(Ageratum conyzoides L.), daun dari bunga matahari (Helianthus annus L.), sirih tanah (Piper sarmentosu) (Permadi 2008), tanaman tapak dara

(Catharanthus roseus) (Hidayat 2008), kulit batang dari nimba

(Azadirachta indica) (Rukmana et al 2002).

A. annua L. merupakan tanaman subtropis yang berasal dari daerah Cina dan banyak tersebar di Vietnam dan Indonesia. Hasil penelitian tahun 1972 di Cina menemukan bahwa A. annua L. mengandung bahan aktif utama, yaitu artemisinin yang sangat efektif terhadap P. falciparum (Khomsan 2006). WHO (2006) menyatakan bahwa A. annua L. merupakan salah satu alternatif obat malaria yang telah digunakan diberbagai negara di dunia, terutama di Afrika dan Asia. WHO (2006) juga menyatakan bahwa artemisinin tidak dianjurkan untuk digunakan secara tunggal. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi

Plasmodium spp. terhadap artemisinin. Keunggulan dari artemisinin antara lain adalah: kemampuan menurunkan parasitemia lebih cepat 10 kali dari pada obat- obat anti malaria lainnya, efek samping yang minimal, efek toksisitas yang rendah, cepat diabsorbsi secara oral, dapat diberikan secara intravena ataupun intramuskuler dengan pemberian 1 kali sehari, dapat mengurangi karier gametosit

3

3 pada manusia, dan belum adanya resistensi Plasmodium spp. terhadap artemisinin walaupun telah lama digunakan di Negara Cina (Anonim 2003).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian infusa A. annua L. terhadap gambaran leukosit mencit yang diinfeksi dengan P. berghei.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh pada mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa

Dokumen terkait