• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 3 Januari 1980 sebagai anak pertama dari pasangan yang berbahagia ayahanda Mulyono dan ibunda Siti Maryam. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 1998 dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan pada Program Pascasarjana IPB dengan beasiswa Karyasiswa RISTEK Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan menamatkannya pada tahun 2012.

Sejak tahun 2004, penulis bertugas di Laboratorium Biokomposit UPT Balai Litbang Biomaterial LIPI Cibinong Bogor dan mulai tahun 2006 ditetapkan sebagai Peneliti Pertama sampai saat ini. Bidang utama yang menjadi fokus dari penulis adalah teknik bahan. Penulis adalah anggota aktif dari Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) sejak tahun 2004. Pada tanggal 6-7 November 2012, penulis mempublikasikan bagian dari tesis ini di Seminar Nasional MAPEKI XIV di Makassar Sulawesi Selatan sebagai pemakalah.

Penulis menikah pada 11 September 2005 dengan Risdian Kusuma Julia, S.Hut dan dikarunia putra pertama Muhammad Azzam Al Fatih dan putri An Nida Nur Aliya.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, penulis menyusun tesis dengan judul Substitusi Polipropilena dengan Khitosan pada Komposit Termoplastik Polipropilena-Mikrofibril Tandan Kosong Kelapa Sawit dibawah bimbingan Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc sebagai ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram Massijaya, MS serta Prof. (R). Dr. Ir. Subyakto, M.Sc sebagai anggota Komisi Pembimbing.

Polypropylene-Empty Fruit Bunch Fiber of Oil Palm Microfibril Termoplastic

Composites. Under the direction of DEDE HERMAWAN, MUH. YUSRAM

MASSIJAYA dan SUBYAKTO.

The physical, mechanical properties and morphology of chitosan substitued polypropylene (PP) on polypropylene-empty fruit bunch fiber of oil

palm microfibril termoplastic composites have been studied. The effects of size

and percentation of chitosan were investigated. Results showed that the density of the composites increased with increasing chitosan content. At the optimum chitosan percentage of 10% with the smaller size of chitosan 20 mesh to 40 mesh could produced composites with density, thickness swelling and water absorption lower than control and other compositions also modulus of rupture, modulus of elasticity, tensile strength and elongation were higher than control and other

compositions. The tensile strength and elongation decreased but the modulus or

rupture from composites increased with increasing chitosan content. In all size variations and concentrations of chitosan was resulted thermoplastic composites with elongation properties above the standard minimum elongation from composites polypropylene (PP)-fiber glass (FG) applied to the components of HONDA motorcycle type LR22E PP-FG 10% Honda Engineering Standard

(HES) C 227 for 2%.

Keywords: chitosan, empty fruit bunch oil palm, microfibril, PP substitution, thermoplastic composites

Komposit Termoplastik Polipropilena-Mikrofibril Tandan Kosong Kelapa Sawit.

Dibimbing oleh DEDE HERMAWAN, MUH. YUSRAM MASSIJAYA dan

SUBYAKTO.

Dominasi polipropilena (PP) sebagai matriks dalam komposit termoplastik menjadi salah satu kekurangan dari produk komposit termoplastik dikaitkan dengan isu lingkungan hidup dan berkurangnya cadangan minyak bumi sebagai bahan utama pembuatan polimer sintetis PP yang tidak terbarukan. Hal ini memberikan dorongan untuk mencari bahan alternatif polimer lain dari sumber daya alam terbarukan untuk substitusi PP.

Khitosan adalah suatu polisakarida yang diperoleh melalui deasetilasi

khitin yang umumnya banyak ditemukan pada kulit hewan dari marga Crustacea

seperti kepiting, rajungan dan udang. Khitosan memiliki bentuk yang spesifik, mengandung gugus amin dalam rantai karbonnya yang bermuatan positif yang berlawanan dengan polisakarida lainnya. Sifat-sifat khitosan antara lain: dalam keadaan cair sensitif terhadap kekuatan ion tinggi, daya repulsif antara fungsi amin menurun sesuai dengan fleksibilitas rantai khitosan. Penggabungan khitosan dalam ruang distabilkan oleh ikatan hidrogen di dalam dan di luar rantai. Penggabungan tersebut menghasilkan suatu molekul resisten yang tahan terhadap

stres mekanik dan kemampuan mengembangnya bertambah (Suptijah et al.,

1992).

Penggunaan khitosan sebagai pengisi dalam komposit dengan matriks PP yang diberi perlakuan kimia 3-Aminopropyltriethoxysilane (3-APE) untuk meningkatkan kompatibilitas ternyata mampu memperbaiki kuat tarik dan

Young’s modulus komposit PP-khitosan namun mengurangi elongasinya. Dari analisis FTIR dan SEM terlihat bahwa adanya 3-APE mampu meningkatkan

ikatan antara khitosan dengan PP (Husseinsyah et al., 2010). Melihat beberapa

kelebihan dari polimer khitosan di atas maka polimer khitosan bisa sebagai alternatif substitusi polimer PP serta menjadi polimer alam alternatif selain PLA dan PGA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari substitusi PP sebagai matriks komposit menggunakan khitosan serta memperoleh komposisi terbaik dalam persentase dan ukuran dari polimer khitosan untuk substitusi polimer PP pada produk komposit termoplastik. Mengetahui apakah terbentuk ikatan kimia pada komposit setelah proses pencampuran semua bahan penyusun komposit.

Pembuatan komposit diawali dengan pembuatan pulp dari serat TKKS

menggunakan proses pulping soda dingin yang mengacu pada penelitian Gopar et

al. (2010) dimana serat (fiber bundle) TKKS dipotong-potong sekitar 2 - 3 cm

menggunakan mesin ring flaker. Serat direndam dalam larutan NaOH 4% pada

ratio (1 : 5) selama 24 jam. Dilanjutkan dengan pembuatan mikrofibril dari pulp

TKKS menggunakan mesin disc refiner. Proses pembuatan komposit termoplastik

dengan matriks PP dilakukan dengan “metode kering” yang mengacu dari hasil

penelitian Subyakto et al. (2010). Mikrofibril TKKS dibuat menjadi lembaran

kertas cukup tipis dengan alat penyaring kain kasa ukuran 40 mesh dan dikeringkan yang kemudian disobek menjadi ukuran kecil. Mikrofibril TKKS

Substitusi PP dengan khitosan divariasikan pada komposisi khitosan : PP (%) = 0 : 100, 10 : 90, 20 : 80, 30 : 70 dan 40 : 60 dari jumlah 45% keseluruhan PP dalam

komposit termoplastik kemudian diproses dengan alat kneader/mixer

(laboplastomill) pada suhu 180o C, 60 rpm selama 20 menit. Contoh uji komposit dibuat lembaran ukuran panjang x lebar x tebal = 11 x 11 x 0,2 cm menggunakan

mesin kempa panas (hot press) pada suhu 180ºC, tekanan 1 MPa selama 30 detik

dilanjutkan kempa dingin 10 menit (cold press) yang merujuk dari penelitian

Subyakto et al. (2010) dengan target kerapatan 1 g/cm3

Hasil penelitian menunjukkan ternyata substitusi matriks PP dengan khitosan tidak dapat menggantikan fungsi PP sebagai matriks dalam komposit yang akan memperkuat komposit karena semakin tinggi kadar khitosan menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan komposit. Komposisi terbaik dari substitusi PP dengan khitosan yaitu pada kadar khitosan 10% dengan ukuran khitosan 20 mesh sampai 40 mesh. Substitusi PP dengan khitosan tidak menghasilkan ikatan kimia baru yang bisa dilihat dari citra FTIR terkait dengan adanya perbedaan titik lelehnya dimana PP memiliki titik leleh yang lebih rendah dibandingkan khitosan.

. Sebagai pembanding maka dibuat komposit tanpa memakai polimer khitosan (PP : MAPP : Mikrofibril TKKS (g) = 90 : 10 : 100). Data yang terkumpul untuk setiap parameter dirata- ratakan dan dibandingkan satu sama lain. Selain itu dilakukan juga analisis statistik dengan menggunakan rancangan acak lengkap percobaan faktorial.

Kata kunci : khitosan, komposit termoplastik, mikrofibril, persentase dan ukuran, substitusi PP

Polypropylene-Empty Fruit Bunch Fiber of Oil Palm Microfibril Termoplastic

Composites. Under the direction of DEDE HERMAWAN, MUH. YUSRAM

MASSIJAYA and SUBYAKTO

The dominance of polypropylene (PP) as the matrix in thermoplastic composites to be one of the shortcomings of the thermoplastic composite products associated with the environment and depleting reserves of crude oil as the main ingredient manufacture PP synthetic polymers that are not renewable. This gives impetus to find alternative other polymers from renewable natural resources for the substitution of PP.

Chitosan is a polysaccharide obtained by deacetylation chitin commonly found in the skin of the genus crustacean animals such as crab and shrimp. Chitosan has a specific form, containing amine group in the positively charged carbon chain as opposed to other polysaccharides. The properties of chitosan are: in the liquid state was sensitived to high ionic strength, the repulsive energy between amine function decreased with chitosan chain flexibility. The incorporation of chitosan in space was stabilized by hydrogen bonds within and outside of the chain. The merger was resulted in a molecule that is resistant to

mechanical stress and increased deployment capability (Suptijah et al., 1992).

The use of chitosan as a filler in PP matrix composites with chemically treated 3-aminopropyltriethoxysilane (3-APE) was able to increase compatibility fix tensile strength and Young's modulus of composite PP-chitosan but reduce the elongation. FTIR and SEM analysis showed that the 3-APE improved the bond

between chitosan with PP (Husseinsyah et al., 2010). Looking at some of the

advantages from chitosan makes chitosan polymer able to substitute PP polymers as well as an alternative natural polymer likes PLA and PGA.

This study aimed to determine the effect of substitution of PP matrix composites using chitosan as well as the best gain in percentage composition and size of the polymer chitosan for PP substitution at thermoplastic composites products. In addition to investigate the presence of chemical bond formed on the composites after mixing all the ingredients making up the composites.

The composites production process begin with the manufacture of pulp fibers empty fruit bunch of oil palm using soda pulping process that draws on

research Gopar et al. (2010) where the fiber bundle of empty fruit bunch of oil

palm was cutted about 2 to 3 cm using ring flaker machines. Fibers was immersed in a solution of 4% NaOH ratio (1 : 5) for 24 hours. Proceed with the manufacture of pulp microfibrils empty fruit bunch of oil palm was used disc refiner machine. The process of making thermoplastic composites with PP matrix was carried out

with dry method which refers to the results of research Subyakto et al. (2010).

Microfibrils from empty fruit bunch of oil palm made into a fairly thin sheet of paper with a filter size of 40 mesh gauze and dried, then shredded into small size. Empty fruit bunch of oil palm microfibrils then blended with PP in comparison 50

: 45 (%) then added with 5% MAPP (referring to research Gopar et al., 2010) of

the total weight of the composites as a coupling agent in the kneader/mixer (laboplastomill) machine. PP substitution with chitosan are varied in composition chitosan : PP (%) = 0 : 100, 10 : 90, 20 : 80, 30 : 70 and 40 : 60 of the total 45%

0.2 cm. This samples made using hot press machine at a temperature of 180º C, a pressure of 1 MPa for 30 seconds followed felt cool 10 minutes by cold press

machine were referred from research Subyakto et al. (2010) with a target density

of 1 g/cm3

Results showed that substitution PP matrix with chitosan could not replaced the function of PP as the matrix in the composites that will strengthen the composites because the higher levels of chitosan led to a decline in strength of the composites. Best composition of substitution PP with chitosan that is at a level of 10% chitosan with chitosan size 20 mesh to 40 mesh. PP substitution with chitosan does not produced a new chemical bonds that can be seen from the FTIR image associated with the difference in melting point where the PP has a lower melting point than chitosan.

. For comparison, it is made composites without use chitosan polymer (PP : MAPP : empty fruit bunch of oil palm microfibrils (g) = 90 : 10 : 100). The data was collected for each parameter are averaged and compared to each other. Other than that statistical analysis was also carried out using a completely randomized design factorial experiments.

Keywords: chitosan, empty fruit bunch oil palm, microfibril, PP substitution, thermoplastic composites

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komposit termoplastik merupakan kombinasi antara mikrofibril selulosa atau bahan lignoselulosa dari serat alam sebagai penguat maupun pengisi dengan polimer sintetis sebagai matriks, yang menggabungkan keunggulan dari bahan lignoselulosa dan polimer sintetis. Keuntungan dari penggunaan serat alam untuk produk komposit berbasis polimer sintetis dibandingkan serat sintetis maupun plastik antara lain bersifat renewable, biodegradable, bisa didaur ulang (recyclable), tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan, memiliki sifat mekanis lebih baik, tidak menyebabkan abrasi pada alat, dan harganya lebih murah serta kerapatan yang lebih rendah (Zimmermann et al. 2004, Oksman et al. 2003, Wambua et al. 2003, Mohanty et al. 2002, Leao et al. 1998).

Polimer sintetis termoplastik yang banyak dipakai dalam produk komposit termoplastik dengan penguat atau pengisi mikrofibril serat alam adalah polipropilena (PP). Polimer PP merupakan polimer hidrokarbon yang dapat diolah pada suhu tinggi dan jenis plastik komersial yang banyak dipakai sebagai polimer matriks dalam komposit karena relatif memiliki sifat yang lebih baik seperti tinggi titik lelehnya, sifat mekanis dan termal yang bagus serta kerapatan rendah dibandingkan polimer termoplastik lainnya (Husseinsyah et al., 2011).

Dominasi PP dalam komposit termoplastik menjadi salah satu kekurangan dari produk komposit termoplastik dikaitkan dengan isu lingkungan hidup dan berkurangnya cadangan minyak bumi sebagai bahan utama pembuatan polimer sintetis PP yang tidak terbarukan. Adapun produksi PP tahun 2005-2008 stagnan di 605.000 ton/tahun sedangkan kebutuhan nasional sekitar 800.000 ton/tahun. Sehingga kekurangannya harus impor dan itu merupakan pengurangan devisa negara. Hal ini memberikan dorongan untuk mencari bahan alternatif polimer lain dari sumber daya alam terbarukan untuk substitusi PP.

Beberapa penelitian mencoba memperbaiki kekurangan dari polimer sintetis PP yang tidak terbarukan dan sukar didaur ulang secara alami antara lain menggunakan polimer alam berbasis tanaman seperti dengan polimer polylactid

acid (PLA) (Subyakto et al., 2010) atau polyglicolida (PGA) yang mampu menghasilkan komposit yang biodegradable (disebut juga “Green composites” atau “Enviromentally-friendly plastics”) yang memiliki kekuatan dan stabilitas termal yang moderat serta bisa didaur ulang. Pemakaian polimer alam murni juga memiliki beberapa kelemahan seperti kekuatan dan service temperature yang rendah misalnya nilai suhu glass transition sekitar 40-60o

Melihat beberapa kelemahan dari polimer alam berbasis tanaman seperti PLA dan PGA serta isu lingkungan hidup maka penelitian ini memakai alternatif polimer alam polisakarida berbasis non tanaman yaitu khitosan untuk substitusi PP dalam komposit termoplastik.

C yang masih di bawah polimer sintetis (Cheung et al., 2009).

Khitosan adalah suatu polisakarida yang diperoleh melalui deasetilasi khitin yang umumnya banyak ditemukan pada kulit hewan dari marga Crustacea seperti kepiting, rajungan dan udang.

Menurut Suptijah et al. (1992) khitosan memiliki bentuk yang spesifik, mengandung gugus amin dalam rantai karbonnya yang bermuatan positif yang berlawanan dengan polisakarida lainnya. Sifat-sifat khitosan antara lain: dalam keadaan cair sensitif terhadap kekuatan ion tinggi, daya repulsif antara fungsi amin menurun sesuai dengan fleksibilitas rantai khitosan. Penggabungan khitosan dalam ruang distabilkan oleh ikatan hidrogen di dalam dan di luar rantai. Penggabungan tersebut menghasilkan suatu molekul resisten yang tahan terhadap stres mekanik dan kemampuan mengembangnya bertambah.

Khitosan memiliki sifat yang unik sebagai polisakarida yaitu tidak hanya memiliki gugus polar yaitu gugus hidroksil yang bersifat hidrofilik seperti umumnya polisakarida lainnya seperti pati dan selulosa. Namun khitosan juga memiliki gugus non polar yaitu gugus amina yang bersifat hidrofobik. Dengan adanya dua gugus ini maka dimungkinkan gugus polar dari polimer khitosan mudah berikatan dengan gugus polar dari mikrofibril TKKS dan gugus non polarnya juga mudah berikatan dengan gugus non polar dari PP.

Melihat beberapa kelebihan dari polimer khitosan di atas maka polimer khitosan bisa sebagai substitusi polimer PP dalam komposit serta menjadi polimer alam alternatif selain PLA dan PGA.

Perumusan Masalah

Permasalahan pertama yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana memperoleh komposit termoplastik dengan karakteristik fisis-mekanis yang lebih tinggi setelah adanya substitusi PP dengan khitosan yang ramah lingkungan, terbarukan dan memiliki karakteristik unik sebagai polimer. Dalam menjawab hal tersebut dilakukan variasi persentase khitosan sebagai bahan substitusi PP sehingga dihasilkan komposit termoplastik dengan karakteristik yang terbaik.

Permasalahan kedua adalah salah satu faktor yang bisa mempengaruhi homogenitas campuran bahan komposit adalah ukuran polimer khitosan. Untuk mengetahui tingkat homogenitas yang baik maka divariasikan bentuk fisik dan ukuran dari polimer khitosan yaitu dalam bentuk serbuk, serpihan dan film khitosan yang kemudian akan diuji sampel kompositnya dengan SEM dan FTIR.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh dari substitusi PP sebagai matriks komposit menggunakan khitosan.

2. Memperoleh komposisi terbaik dalam persentase dan ukuran dari polimer khitosan untuk substitusi polimer PP pada produk komposit termoplastik. 3. Mengetahui apakah terbentuk ikatan kimia pada komposit setelah proses

pencampuran semua bahan penyusun komposit.

Hipotesis

Polimer khitosan mampu mensubstitusi PP dalam komposit termoplastik dimana semakin besar persentase dan semakin kecil ukuran khitosan akan mampu meningkatkan karakteristik fisis, mekanis dan morfologi dari produk komposit termoplastik.

Manfaat Penelitian

1. Menyediakan informasi mengenai karakteristik produk komposit termoplastik polimer polipropilena-mikrofibril tandan kosong kelapa sawit dengan polimer khitosan industrial grade dari cangkang udang untuk

substitusi polimer sintetis PP sehingga bisa digunakan dalam bidang-bidang tertentu seperti untuk kemasan (packaging), komponen otomotif dan produk rumah tangga.

2. Meningkatkan nilai tambah dari tandan kosong kelapa sawit dan cangkang udang.

TINJAUAN PUSTAKA

Mikrofibril dari serat alam

Struktur tumbuhan atau kayu terdiri dari polimer karbohidrat dan tersusun dari serat selulosa. Serat selulosa ini tersusun dari mikrofibril dalam ukuran mikro yang memiliki kekuatan struktur yang sangat tinggi. Mikrofibril terdiri atas bagian amorf dan bagian yang kristal dinamakan mikrowhisker. Selulosa adalah polimer polisakarida yang menjadi rangka struktur pada tumbuhan yang ketersediaannya di alam sangat melimpah.

Salah satu sumber utama selulosa adalah dari serat tanaman yang sebagian tersusun atas selulosa, hemiselulosa dan lignin. Semakin kecil ukuran komponen selulosa, semakin tinggi kekuatannya. Selulosa dengan morfologi yang baru mulai dikembangkan oleh Turbak et al. (1983) yang sekarang dikenal lebih lanjut sebagai microfibril celullose (MFC).

Mikrofibril selulosa berbentuk struktur kristal dalam rantai molekul yang tersusun rapi memiliki modulus elastisitas sekitar 138 - 250 GPa dan keteguhan tarik lebih dari 0,8 - 10 GPa (Zimmermann et al. 2004). Sifat mekanik ini menyamai serat aramid yang dikenal sebagai serat sintetis yang sangat kuat.

Serat pulp kayu mempunyai modulus elastisitas (modulus of elasticity) 10 GPa dan keteguhan tarik (tensile strength) 0,1 GPa (Zimmermann et al. 2004). Pembuatan MFC dari pulp melalui proses mekanik yaitu proses refining sehingga dihasilkan selulosa yang memiliki luas permukaan yang besar (Nakagaito dan Yano, 2004). Pemanfaatannya selama ini digunakan untuk bahan aditif dalam makanan, cat, kosmetik, dan produk medis. MFC tersebut dapat digunakan juga untuk memperkuat polimer thermosetting dan polimer thermoplastic.

Salah satu sumber mikrofibril serat alam yang potensial adalah serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Penelitian pembuatan serat ukuran mikro (mikrofibril) dari serat tandan kosong kelapa sawit sudah dilakukan pada berbagai komposisi PP-Mikrofibril TKKS sampai didapatkan kombinasi terbaik untuk PP- Mikrofibril TKKS yang dilihat dari hasil pengujian sifat fisik-mekanik prototipe kompositnya (Gopar et al., 2010).

Untuk penelitian MFC TKKS ukuran dibawah mikro telah dilakukan oleh Astari et al. (2011) dimana dengan 30 kali proses sirkulasi dalam disc refiner

dilanjutkan 60 menit dalam mesin ultrasonik dan ultraturrax ternyata belum mampu memfibrilasi MFC TKKS menjadi ukuran nano baik pada pulp yang sudah diputihkan maupun belum.

Komposit termoplastik dengan mikrofibril serat alam

Komposit termoplastik dapat diartikan sebagai komposit yang terbuat dari kombinasi polimer termoplastik dengan beberapa bahan hayati yang bisa berfungsi sebagai penguat maupun pengisi; salah satu komponennya bisa dalam ukuran mikro misalnya bahan lignoselulosa dalam bentuk pulp (diameter sekitar 0,1-10 mikron) untuk menghasilkan kinerja yang sinergi dari komposit tersebut.

Penggunaan mikrofibril serat alam baik kayu maupun non kayu untuk komposit termoplastik sudah banyak dilakukan. Komposit polimer termoplastik dengan serat ukuran mikro (mikrofibril) maupun MFC dari serat tanaman non kayu merupakan bidang yang masih cukup baru di Indonesia sehingga masih sangat berpotensi untuk terus dilakukan penelitian. Salah satu sumber mikrofibril serat alam non kayu yang potensial adalah mikrofibril serat tandan kosong kelapa sawit.

Untuk jenis polimer termoplastik yang banyak dipakai dalam produk komposit dengan penguat atau pengisi mikrofibril serat alam antara lain polipropilena (PP), polietilena (PE), polivinil chlorida (PVC) dan polistirene (PS). Produk komposit dengan polimer PP, PE dan PVC biasanya sangat umum dipakai dalam bidang konstruksi, bangunan, furnitur dan produk otomotif (Panthapulakkal

et al., 2006).

Polimer sintetis seperti PE umumnya dalam bentuk high density polyethylene (HDPE) untuk aplikasi biomedik karena bila low density polyethylene (LDPE) tidak mampu menahan suhu sterilisasi. Sedangkan PP merupakan polimer kristalin isotaktik dengan kekuatan yang tinggi, ketahanan kimia yang baik, kekuatan moderat dan keteguhan patah yang lebih tinggi dari HDPE (Cheung et al., 2009).

Menurut Sain et al., (2005) beberapa faktor seperti ukuran serat, komposisi kimia, kerapatan, ketebalan, jumlah dan tipe bonding agent akan mempengaruhi kekuatan komposit termoplastiknya. Peningkatan ratio panjang terhadap lebar memiliki efek yang menguntungkan terhadap semua sifat mekanis yang diukur namun berefek negatif terhadap sifat daya serap airnya (Migneault et al., 2009).

Beberapa penelitian produk komposit khusus berbasis serat dari tanaman

Dokumen terkait