• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 5 Mei 1984 sebagai anak ke empat dari pasangan Nandang Kusoy dan Nurlaela. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun 2006. Pada Tahun 2011, penulis diterima di Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2014. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui program beasiswa unggulan. Penulis bekerja sebagai staf administrasi pendidikan dan asisten mata kuliah di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul Faktor Risiko Kegemukan Pada Wanita Dewasa Indonesia pada Jurnal Gizi dan Pangan Vol 8, No 1, Maret 2013. Karya ilmiah tersebut juga terpilih untuk disajikan sebagai oral presentation pada Seminar Nasional Pangan dan Gizi di Jakarta pada tanggal 27 Juni 2013. Karya ilmiah dengan judul Ecological Risk Factors of Overweight Women in Indonesia: Implications for Nutrition and Wellness Changing Behaviors disajikan dalam bentuk poster presentation pada IUNS 20th International Congress of Nutrition di Granada, Spanyol pada tanggal 15-20 September 2013. Satu artikel dengan judul Nutrition Extension and Home Garden Intervention in Posyandu: Impact on Nutrition Knowledge, Vegetable Consumption, and Intake of Vitamin A telah diterima untuk diterbitkan (accepted) di Pakistan Journal of Nutrition pada tahun 2014. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S-2 penulis.

1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayur dan buah merupakan komponen yang penting dalam diet yang sehat sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat. WHO merekomendasikan konsumsi sayur dan buah minimal 400 g per hari untuk mengurangi risiko beberapa penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung koroner (Hung et al. 2004), diabetes (Heidemann et al. 2005; Nὂthlings et al. 2008), hipertensi (Appel et al. 1997), dan kanker (Van Duyn & Pivonka 2000; World Cancer Research Fund/American Institute of Cancer Research 2007).

Sejak tahun 1996, Departemen Kesehatan mempromosikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu pesan PHBS rumah tangga adalah mengonsumsi sayur dan buah 5 porsi setiap hari, konsumsi sayur yang dianjurkan adalah 2-3 porsi setiap hari (Kemenkes 2011). Sementara itu, Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) menganjurkan konsumsi sayur 3-5 porsi setiap hari.

Manfaat konsumsi sayur dan buah telah terbukti menguntungkan kesehatan, akan tetapi konsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia (93.6%) masih kurang dari lima porsi sehari (Balitbangkes 2008). Data Susenas tahun 2012 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi sayur penduduk Indonesia baru mencapai 150.16 g/kap/hari (BPS 2013) atau kurang dari 2 porsi/hari. Peranan sayuran dalam menurunkan risiko penyakit berhubungan dengan zat gizi yang dikandungnya seperti vitamin, kalium, serat, antioksidan, folat, flavonoid dan senyawa fitokimia lainnya (Hu 2003; Dauchet et al. 2006). Kandungan fitokimia dan zat gizi yang terdapat dalam sayuran dapat berfungsi sebagai antioksidan (Van Duyn dan Pivonka 2000), berperan dalam mekanisme mengurangi stres oksidatif, memperbaiki profil glikoprotein, menurunkan tekanan darah, meningkatkan sensitivitas insulin, dan memperbaiki regulasi homeostatis (Dauchet et al. 2006).

Konsumsi sayuran dan asupan zat gizi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu sosio demografi, individu dan lingkungan (Pollard 2008; Patrick & Nicklas 2005). Ketersediaan dan akses pangan merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi konsumsi sayuran (Jago et al. 2007; Dave et al. 2010). Scaglioni et al. (2011) menyatakan bahwa lingkungan yang berhubungan dengan makanan yang diciptakan orangtua di rumah membentuk preferensi pangan anak dan pola penerimaan makanan, selain itu, ketersediaan dan paparan terhadap pangan tertentu akan mempengaruhi pemilihan dan asupan pangan anak. Paparan yang sering dan pengenalan rasa sayuran pada anak usia 2-3 tahun merupakan strategi yang baik untuk mengubah penerimaan sayuran yang baru dikenal (Hausner et al. 2012).

Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa program pekarangan meningkatkan konsumsi sayur dan buah (Masset et al. 2012; HKI 2010), meningkatkan intik vitamin A dan konsentrasi serum retinol (Bloem et al. 1996; Faber et al. 2001; Faber et al. 2002). Anak-anak yang tinggal di rumah tangga yang memiliki pekarangan mempunyai keanekaragaman diit dan frekuensi makan sayuran yang lebih baik (Cabalda et al. 2011). Balita yang tidak menerima kapsul vitamin A dan tidak memiliki pekarangan rumah memiliki risiko buta senja 3 kali

2

lebih tinggi dibandingkan balita yang menerima vitamin A dan memiliki pekarangan rumah (Campbell et al. 2011). Pemanfaatan kebun sekolah disertai pendidikan gizi menunjukkan adanya peningkatan konsumsi sayur dan buah pada siswa dan guru (McAleese dan Ranklin 2007; Ratcliffe et al. 2011).

Pemanfaatan pekarangan di pulau Jawa dapat mengurangi pengeluaran pangan rumah tangga sebesar 9.9% dan memberikan kontribusi pemenuhan konsumsi vitamin A sebanyak 12.4% dan vitamin C sebesar 23.6% (Arifin et al. 2012) serta mencegah memburuknya status gizi balita di Bogor (Khomsan et al. 2009). Telah banyak penelitian yang menunjukkan peningkatan konsumsi sayur dan buah melalui pemanfaatan kebun sekolah dan penyuluhan gizi. Akan tetapi, belum banyak penelitian di Indonesia yang dilakukan untuk mengamati dan menganalisis pengaruh intervensi pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan gizi terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga dan anak balita secara khusus. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk menggali informasi tersebut.

Perumusan Masalah

Sayur merupakan sumber vitamin dan mineral yang berperan sebagai zat pengatur dalam tubuh. Konsumsi sayur memberikan banyak manfaat kesehatan bagi tubuh, akan tetapi tingkat konsumsi sebagian besar penduduk Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya konsumsi sayur dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan seperti sariawan (National Health and Medical Research Council 1999), divertikulosis (Marlett et al. 2002), dan meningkatkan risiko PTM (Hu 2003; Hung et al. 2004; Heidemann et al. 2005; Nὂthlings et al. 2008, Appel et al. 1997, World Cancer Research Fund/American Institute of Cancer Research 2007; Van Duyn dan Pivonka 2000).

Determinan konsumsi sayur adalah faktor sosio demografi, individu dan lingkungan. Kebiasaan makan rumah tangga dan ketersediaan pangan merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi preferensi dan asupan pangan anak (Scaglioni et al. 2011). Ketersediaan dan akses pangan merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi konsumsi sayuran (Dave et al. 2010; Jago et al. 2007). Ketika suatu pangan tidak tersedia maka tidak dapat dikonsumsi. Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka orang menjadi tidak terbiasa mengonsumsi pangan tersebut yang akhirnya menjadi kebiasaan yang melekat dan sulit diubah sampai dewasa.

Rumah tangga yang tinggal di perdesaan umumnya memiliki rumah dan pekarangan yang cukup luas. Pekarangan ini terkadang hanya ditanami tanaman hias atau tidak dimanfaatkan sama sekali. Intervensi penyuluhan gizi dan peningkatan pemanfaatan pekarangan untuk ditanami sayuran merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga.

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah (1) bagaimana konsumsi sayur rumah tangga dan anak balita? (2) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi sayur rumah tangga dan anak balita? dan (3) seberapa besar pengaruh penyuluhan gizi dan pemanfaatan tanaman pekarangan terhadap konsumsi sayur rumah tangga dan anak balita?.

3 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga dan balita. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk;

1. Menganalisis pemanfaatan pekarangan rumah tangga

2. Menganalisis konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga dan anak balita.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga dan anak balita.

4. Menganalisis dan mengevaluasi pengaruh peningkatan pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan gizi terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga dan anak balita.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai besaran pengaruh peningkatan pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi. Dengan demikian penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perencanaan dan pelaksanaan program peningkatan konsumsi sayur yang lebih efektif.

Kerangka Pemikiran

Kuantitas dan kualitas gizi yang baik dapat menciptakan hidup sehat dan produktif. Hal ini tidak saja memerlukan protein dan kalori yang cukup akan tetapi juga memerlukan vitamin dan mineral yang banyak terkandung dalam sayur dan buah. Pada tahun 2012, rata-rata konsumsi sayur penduduk Indonesia kurang dari 2 porsi sehari. Rendahnya konsumsi sayur dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan dan meningkatkan risiko PTM.

Konsumsi sayur dan asupan zat gizi dipengaruhi oleh faktor sosial demografi, individu, dan lingkungan (Patrick & Nicklas 2005; Pollard 2008). Faktor sosial demografi meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan (Beydoun dan Wang 2007), keadaan sosial ekonomi (Viswanath dan Bond 2007), dan pekerjaan (Uglem et al. 2007). Sementara itu, faktor individu yang berpengaruh terhadap konsumsi sayur adalah pengetahuan (Wardle et al. 2000), sikap, perilaku (Gibson et al. 1998) preferensi (Gatto et al. 2012), efikasi diri (Watters et al. 2007), dan kebiasaan (Maclellan et al. 2004). Orangtua, terutama ibu, merupakan gatekeepers konsumsi rumah tangga terutama anak-anaknya. Ibu biasanya membeli, menyediakan, dan menyajikan makanan di rumah. Oleh karena itu, ibu mempunyai peran yang penting dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi rumah tangga.

Faktor lingkungan meliputi lingkungan rumah tangga, preferensi anggota rumah tangga, kemampuan daya beli, ketersediaan dan akses pangan. Orangtua memiliki peran langsung dalam membentuk pola makan anak melalui perilaku, sikap dan pola pemberian makan (Patrick & Nicklas 2005). Lingkungan rumah yang berhubungan dengan makanan yang diciptakan orangtua membentuk preferensi pangan anak dan pola penerimaan makanan, selain itu, ketersediaan dan

4

paparan terhadap pangan tertentu akan mempengaruhi pemilihan dan asupan pangan anak (Scaglioni et al. 2011; Patrick & Nicklas 2005). Ketersediaan pangan yang beragam sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup di tingkat rumah tangga dapat dipengaruhi oleh pendapatan (Kamphuis et al. 2006). Ketersediaan melalui produksi sendiri di lahan pekarangan dapat meningkatkan konsumsi sayur dan buah (Cabalda et al. 2011; Ratcliffe et al. 2011).

Keterangan: Hubungan dan pengaruh antar variabel diteliti Hubungan dan pengaruh antar variabel tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengaruh program pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga dan balita.

Konsumsi Sayur dan Asupan Zat Gizi Rumah

Tangga Balita

Pengetahuan, sikap, dan praktek Ibu Praktek pemberian makan Karakteristik Sosio Demografi  Usia  Jenis kelamin  Besar RT  Pendidikan  Pekerjaan  Pendapatan  Pengeluaran Kebiasaan makan Preferensi, Efikasi diri Ketersediaan dan akses pangan

(pemanfaatan pekarangan)

Intervensi program pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan

5

2.

METODE

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah quasi experimental nonequivalent groups design. Penelitian ini mengacu pada penelitian payung Khomsan et al. (2011-2013) bekerjasama dengan The Nestle Foundation (NF) dengan judul “A Multi-Approach Intervention to Empower Posyandu Nutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas”. Desain kuasi eksperimental adalah suatu desain ekperimental dimana unit perlakuannya tidak diacak (Shadish et al. 2002). Pengacakan perlakuan pada responden tidak dapat dilakukan karena pelaksanaan intervensi memerlukan persetujuan dan pernyataan keikutsertaan responden. Selain itu, responden merupakan anggota posyandu yang sama dan tinggal di satu desa sehingga akan sulit untuk menghindari kontaminasi pada kelompok kontrol.

Pada penelitian terdapat satu kelompok kontrol dan satu kelompok intervensi. Pre-test dan post-test dilakukan kepada kedua kelompok tersebut. Kelompok intervensi diberikan paket tanaman pekarangan berupa tanaman sayuran sumber vitamin dan mineral, pelatihan budidaya sayuran dan penyuluhan gizi. Sementara itu, kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan apapun sampai post-test dilakukan. Kelompok kontrol akan diberikan paket tanaman pekarangan, pelatihan budidaya sayuran, dan penyuluhan gizi setelah post-test dilaksanakan, sehingga kelompok kontrol mendapatkan manfaat yang sama seperti kelompok intervensi.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kecamatan Tamansari dipilih sebagai lokasi penelitian dengan dasar pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki karakteristik demografi wilayah perdesaan yang berlokasi di lereng pegunungan dan masih banyak penduduknya bekerja sebagai petani.

Penelitian dilakukan selama delapan belas bulan sejak Desember 2011 sampai Juni 2013. Kegiatan penelitian terdiri dari persiapan, pelaksanaan dan pengambilan data akhir. Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pengumpulan data awal, sosialisasi, pemberian perlakuan berupa pemberian paket tanaman pekarangan (sayuran), pelatihan budidaya sayuran, dan penyuluhan gizi.

Cara Pemilihan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dan balitanya di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Responden dalam penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang memiliki anak balita dan merupakan peserta posyandu di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Responden yang memenuhi kriteria inklusi didatangi ke rumahnya dan menerima penjelasan lisan dan tulisan mengenai tujuan, manfaat dan tata cara pelaksanaan penelitian berikut informed consent untuk ditandatangani. Berikut tahapan pemilihan desa, posyandu dan rumah tangga responden dan balitanya :

1. Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dipilih sebagai lokasi kegiatan dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki karakteristik demografi wilayah perdesaan.

6

2. Pemilihan 4 desa dari Kecamatan Tamansari, dengan pertimbangan adanya potensi lahan pertanian untuk pengembangan pekarangan serta sebagian penduduknya masih bermata pencaharian sebagai petani. Empat desa yang terpilih adalah Desa Sukajadi, Desa Sukaresmi, Desa Sukaluyu, dan Desa Sukajaya. Penentuan kelompok kontrol dan intervensi dilakukan secara acak, sehingga terpillih Desa Sukajadi sebagai kelompok kontrol dan tiga desa lainnya sebagai kelompok intervensi. Peneliti memilih dua desa dalam penelitian ini, satu kelompok kontrol (Desa Sukajadi) dan satu kelompok intervensi (Desa Sukajaya) dengan kriteria masing-masing desa tersebut memiliki satu posyandu yang dijadikan lokasi penelitian.

3. Pemilihan 1 posyandu dari desa yang terpilih dengan kriteria peserta terbanyak. Responden sebanyak 61 ibu rumah tangga dan balitanya dipilih dengan teknik nonprobability sampling, yaitu purposive sampling. Terdapat 3 kriteria inklusi responden, yaitu 1) ibu dan balita peserta posyandu yang berasal dari rumah tangga dengan kepala rumah tangga (KK) atau memiliki kerabat yang berprofesi sebagai petani, serta rumah tangga balita tersebut memiliki pekarangan rumah. 2) ibu dan balitanya tercatat di posyandu, dan 3) ibu bersedia menjadi responden untuk diwawancarai serta bersedia mengikuti penyuluhan gizi dan menerima program tanaman pekarangan (home gardening). Terdapat 2 kriteria eksklusi responden, yaitu menolak berpartisipasi dan berencana pindah dalam kurun waktu penelitian 18 bulan. 4. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 61 Ibu rumah tangga yang

memiliki anak balita (31 responden kontrol dan 30 responden intervensi). Jumlah responden kelompok intervensi pada data awal dan data akhir tidak berubah yaitu sebanyak 30 responden. Sementara itu, pada kelompok kontrol, data awal sebanyak 31 responden dan data akhir sebanyak 30 responden. Pada saat pelaksanaan intervensi terdapat satu responden dari kelompok kontrol mengundurkan diri karena pindah rumah ke desa lain.

Prosedur Intervensi

Pada penelitian ini, terdapat dua perlakuan, yaitu kontrol dan intervensi. Kontrol tidak mendapatkan perlakuan apapun selama waktu intervensi dilakukan dan akan diberikan perlakuan yang sama dengan intervensi setelah semua perlakuan intervensi selesai, sehingga kontrol mendapatkan manfaat dari penelitian ini. Bentuk intervensi pada penelitian ini adalah pemberian paket tanaman pekarangan berupa tanaman sayuran sumber vitamin dan mineral, pembimbingan budidaya sayuran, dan penyuluhan gizi. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Tamansari dilibatkan dalam membimbing responden untuk menanam sayuran di pekarangannya. Berikut adalah tahapan penelitian:

1.Tahap Pertama : Pengambilan data awal 2.Tahap Kedua : Pemberian intervensi

a. Pemanfaatan pekarangan : i. Sosialisasi program

ii. Observasi awal pemanfaatan pekarangan

iii. Penentuan jenis tanaman yang akan dikembangkan iv. Pelaksanaan program

7  Pembuatan demplot sebagai tempat percontohan

praktek budidaya tanaman  Pembuatan persemaian tanaman  Persiapan penanaman

 Pembuatan pupuk  Penanaman

 Pendampingan dan monitoring (1 bulan sekali)

b. Penyuluhan gizi : Penyuluhan disampaikan oleh tim peneliti (penelitian payung) dalam bentuk ceramah dan diskusi menggunakan alat bantu powerpoint, leaflet, flipchart, handout, poster, banner, dan modul. Terdapat lima topik penyuluhan (penyuluhan dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu dua minggu sekali selama 3 bulan. Masing-masing penyuluhan dilaksanakan selama 45-60 menit). Pre-test dan post-test yang berisi 10 soal yang sama diberikan untuk mengukur keberhasilan penyuluhan gizi. Berikut adalah topik penyuluhan:

i. Gizi untuk balita ii. Gizi untuk anak

iii. Pemilihan makanan untuk balita iv. Sanitasi dasar

v. Keamanan pangan

c. Terdapat dua kegiatan lain yang mendukung pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan gizi yaitu penyuluhan budidaya sayuran, dan demo memasak. Pada penyuluhan budidaya sayuran tidak dilakukan pre dan post-test karena hanya bertujuan untuk mendiskusikan keberhasilan, kendala dan hambatan responden dalam melaksanakan pemanfaatan pekarangan sehingga responden dapat mengambil contoh dari keberhasilan responden lain dan dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam budidaya sayuran dipekarangan. Demo masak yang dilakukan adalah memasak camilan/snack untuk balita menggunakan bahan pangan lokal yang tersedia. Tujuannya, agar ibu peserta penyuluhan dapat menyediakan sendiri camilan atau snack yang sehat dan bergizi. Ada dua resep yang dipraktekkan yaitu kroket singkong isi sayuran dan nugget ayam dan sayuran.

3.Tahap Ketiga : Pengambilan data akhir.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu rumah tangga menggunakan instrumen kuesioner. Sebelum pengumpulan data dilakukan, kuesioner diujicobakan di lokasi penelitian.

8

Tabel 1 Jenis dan cara pengambilan data

No Aspek Variabel Cara

pengumpulan

Pre Post 1. Sosial

ekonomi rumah tangga

1. Besar rumah tangga 2. Usia

3. Jenis kelamin 4. Pendidikan 5. Pekerjaan

6. Pendapatan rumah tangga 7. Pengeluaran rumah tangga

Wawancara menggunakan kuesioner √ √ 2. Kepemilikan & pemanfaatan lahan pekarangan

1. Luas pekarangan rumah, sawah, kebun, dan kolam 2. Jenis pemanfaatan

pekarangan

3. Jenis dan jumlah produksi tanaman pekarangan, sawah, kebun, kolam dan ternak

Wawancara menggunakan kuesioner √ √ 3. Karakteristik individu balita 1. Umur 2. Jenis kelamin Wawancara menggunakan kuesioner √ √ 4. Kebiasaan makan Balita

1.Berupa pertanyaan mengenai kebiasaan makan

2. Jenis makanan yang disukai dan tidak disukai

3. Praktek pemberian makan

Wawancara menggunakan

kuesioner dan √ √

5. Efikasi diri Efikasi diri Wawancara menggunakan kuesioner

6. Konsumsi sayur dan

1. Jumlah dan jenis sayur yang dimakan. Recall konsumsi pangan 2x 24 jam √ √ Asupan zat gizi

2. Kandungan zat gizi

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui proses pengumpulan data, kemudian editing, coding, dan entry data menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows versi 16 dan SAS 9.1.3 dengan tingkat kepercayaan 90% (α=0.1).

Kandungan dan tingkat kecukupan zat gizi dari suatu jenis pangan dihitung dengan rumus berikut:

9

Keterangan:

KGij : Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj : Berat makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gij : Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj : Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

TKGi : Tingkat kecukupan zat gizi i Ki : Konsumsi zat gizi i

AKGi : Angka kecukupan zat gizi i yang dianjurkan

Tabel 2 Variabel dan kategori penyajian data

No Variabel Kategori

1. Besar Rumah tangga (BKKBN 1998) 1. Kecil (≤ 4 orang) 2. Sedang (5-6 orang) 3. Besar (≥ 7 orang) 2. Pendidikan 1. SD (≤ 6 tahun) 2. SMP (7-9 tahun) 3. SMA (10-12 tahun) 4. Diploma/S1 (> 12 tahun) 3. Pekerjaan 1. Petani 2. Pedagang 3. Buruh tani 4.Buruh non tani 5.PNS

6.Jasa

7.Ibu rumah tangga 8.Lainnya

4. Kebiasaan konsumsi sayur sejak dini 1. Ya 2. Tidak 5. Luas pekarangan 1. 10 m2 2. 11-30 m2 3. >30 m2 6. Skor Efikasi diri konsumsi

sayur

1. Rendah (<13) 2. Sedang (13-17) 3. Tinggi (>17) 7. Tingkat kecukupan zat gizi

(Gibson 2005)

1. Kurang (≤ 77%) 2. Normal (> 77%)

Analisis data disajikan dalam bentuk deskriptif meliputi rata-rata, standar deviasi, median, interquartile range (IQR) dan frekuensi. Untuk membandingkan perbedaan variabel antar kelompok kontrol dan intervensi dilakukan uji beda independent t-test dan Mann Whitney. Sementara itu, perbedaan data pre dan post diuji menggunakan Paired t-test dan Wilcoxon Signed Ranks Test. Hubungan antara

TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

10

dua variabel diketahui menggunakan Rank Spearman. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi sayur dianalisis menggunakan MANOVA. Sebelum data dianalisis secara multivariat, hubungannya tidak linear oleh karena itu, ditranformasi menjadi eksponensial. Konsumsi sayur buah dan sayur lainnya ada yang bernilai nol, oleh karena itu ditambah 1 sehingga dapat di logaritma natural (ln). Data konsumsi sayur ditransformasi menggunakan ln (Y+1). Jika hipotesis nol (H0) ditolak maka analisis data dilanjutkan ke univariate sehingga didapat model akhir multivariate.

Model konsumsi sayur rumah tangga yang digunakan adalah :

Model asupan vitamin A dan vitamin C balita yang digunakan adalah : Keterangan :

= Y1+1, Y1 = konsumsi sayur buah RT (g) = Y2+1, Y2 = = konsumsi sayur lainnya RT (g) X1 = luas pekarangan (m2)

X2 = pengeluaran rumah tangga (Rp/kap/bulan)

X3 = perkalian ln jumlah anggota rumah tangga dengan ln usia ibu

Keterangan :

= Y1+1, Y1 = asupan vitamin A (RE) = Y2+1, Y2 = = asupan vitamin C (mg) X1 = jumlah anggota rumah tangga (orang) X2 = pendidikan ibu (tahun)

X3 = pengeluaran rumah tangga (Rp/kap/bulan) X4 = pengetahuan gizi ibu

X5 = kebiasaan makan sayur sejak dini

Hipotesis :

H0 =

H1 =

Hipotesis :

11

3.

DEFINISI OPERASIONAL

Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun.

Efikasi diri adalah harapan seseorang mengenai kemampuannya untuk melakukan suatu perilaku tertentu.

Kebiasaan makan adalah perilaku, cara dan kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam hal konsumsi pangan.

Konsumsi pangan adalah konsumsi pangan dalam hal jenis dan jumlah yang dimakan yang dikumpulkan dengan cara recall 2x 24 jam.

Konsumsi sayur adalah konsumsi sayur dalam hal jenis dan jumlah yang dimakan yang dikumpulkan dengan cara recall 2x 24 jam.

Pekarangan adalah lahan di sekitar rumah, memiliki batas lahan dan kepemilikan yang jelas, dapat ditanami berbagai jenis tumbuhan atau tempat memelihara berbagai jenis ternak dan ikan.

Pemanfaatan pekarangan adalah pendayagunaan lahan pekarangan dengan bertanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Pemanfaatan pekarangan meliputi luas lahan, produksi, dan frekuensi panen. Pendapatan rumah tangga adalah total penghasilan yang diperoleh seluruh anggota

rumah tangga baik dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan atau lainnya (pemberian, hadiah) selama satu bulan terakhir dinyatakan dalam rupiah/kapita/bulan.

Penyuluhan gizi adalah upaya peningkatan pengetahuan gizi yang dilakukan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku meliputi materi gizi untuk balita, gizi untuk anak, pemilihan makanan untuk balita, sanitasi dasar, keamanan pangan, budidaya sayur di pekarangan, dan demo memasak makanan camilan dari sayuran.

Praktek pemberian makan adalah perilaku orangtua khususnya Ibu dalam praktek pemberian makan anak balitanya.

Dokumen terkait