• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 13 Agustus 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara yang juga merupakan buah cinta dari pasangan Endang Herlita dan Rohmah. Penulis menyelesaikan prasekolah di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Subang pada tahun 1995, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Gentra Maksekdas hingga tahun 2001. Masih ditahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Subang yang dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Subang hingga lulus pada tahun 2007. Penulis lulus seleksi dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB tahun 2007 (USMI 2007). Penulis memilih mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, dan minor Manajemen Fungsional, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif pada organisasi kemahasiswaan, yaitu menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) sebagai staf Divisi Human Resources pada tahun 2009-2010. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan yang diadakan di dalam lingkup kampus seperti menjadi staf Divisi Logstrans Family

and Consumer Day, Divisi Medis acara Conference of Human Ecology Student

of Indonesia, serta berbagai kegiatan lainnya. Pada tahun 2010, penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Gunungsari, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penulis juga mendapatkan beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2009-2011.

Lampiran 2 Dokumentasi penelitian

RINGKASAN

INE RAHMATIN. Kesiapan Menikah dan Pelaksanaan Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah. Dibimbing oleh Euis Sunarti and Megawati Simanjuntak.

Pernikahan atau perkawinan dapat dikatakan sebagai jalan untuk menyatukan dua individu yang berbeda. Namun memasuki dunia pernikahan diperlukan sebuah kesiapan. Kesiapan menikah menjadikan pasangan suami istri lebih percaya diri untuk menempuh kehidupan baru setelah pernikahan yaitu menjalankan fungsi, peran, dan tugas dalam membangun sebuah keluarga yang diinginkan. Kelahiran seorang anak sering merupakan saat kritis dalam perkawinan. Hal ini disebabkan oleh perubahan peran yang drastis yang harus dilakukan oleh orangtua. Saat lahirnya anak pertama, dalam beberapa hal kedua orangtua anak merasa belum mampu berperan sebagai orangtua, karena memerlukan banyak perubahan perilaku, nilai, dan peranan yang harus dijalankannya. Oleh karena itu, kesiapan menikah dari setiap pasangan sangat diperlukan, sehingga nantinya dapat melaksanakan tugas perkembangan keluarga dengan baik.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi kesiapan menikah dan pemenuhan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah; (2) Menganalisis hubungan antara kesiapan menikah dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah; (3) Menganalisis perbedaan kesiapan menikah antara suami dan istri; (4) Menganalisis pengaruh kesiapan menikah terhadap pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah; dan (5) Menganalisis pengaruh pelaksanaan tugas perkembangan keluarga terhadap perkembangan anak.

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study dan retrospective study. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak pertama usia prasekolah (3-5 tahun) yaitu sebanyak 90 keluarga yang ditentukan secara acak sederhana. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga, kesiapan menikah setiap pasangan, tugas perkembangan keluarga, dan perkembangan anak yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia, yaitu uji korelasi pearson, uji beda independent samples t-test, dan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh termasuk ke dalam keluarga kecil dengan rataan jumlah anggota keluarga adalah 3 orang. Rata-rata usia suami adalah 32,94 tahun dan usia istri adalah 28,08 tahun. Rata- rata usia anak pertama contoh adalah 48,24 bulan. Untuk usia menikah, rataan usia menikah suami sebesar 27,81 tahun, sedangkan rataan usia menikah istri sebesar 22,96 tahun. Berdasarkan lama pendidikan, rata-rata suami menempuh pendidikan selama 9,74 tahun sedangkan istri menempuh pendidikan selama 8,84 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga adalah Rp 1.540.000 per bulan. Rata-rata pendapatan per kapita keluarga adalah Rp 482.000 per bulan. Berdasarkan hasil uji beda rataan t-test terdapat perbedaan yang nyata dimana usia suami lebih tinggi daripada istri (p<0,01), usia menikah suami lebih tinggi

daripada istri (p<0,01), dan lama pendidikan suami lebih tinggi daripada istri (p<0,05). Hampir separuh suami bekerja sebagai buruh dan hampir seluruh istri tidak bekerja (ibu rumah tangga).

Kesiapan menikah dari setiap pasangan suami istri diukur dari ketujuh aspek kesiapan, yaitu kesiapan intelektual, emosi, sosial, moral, individu, finansial, dan mental. Secara umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari 50 persen item kesiapan menikah dari seluruh aspek. Hanya kesiapan finansial saja dimana suami dan istri telah memenuhi kurang dari 50 persen item kesiapan finansial. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata dimana kesiapan intelektual, sosial, dan individu pada suami lebih tinggi dibandingkan pada istri. Kemudian kesiapan emosi pada istri lebih tinggi dibandingkan suami. Secara keseluruhan, terdapat perbedaan kesiapan menikah antara suami dan istri, dimana kesiapan menikah suami lebih tinggi daripada istri (p<0,01).

Tugas perkembangan keluarga merupakan tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam setiap tahapan keluarga. Pada penelitian ini, tugas perkembangan keluarga dibagi menjadi dua bagian yaitu tugas perkembangan keluarga dimensi anak dan tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua. Pencapian tugas perkembangan keluarga dimensi anak, keluarga contoh telah memenuhi rata-rata 82,5 persen, sedangkan untuk tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua, keluarga contoh telah memenuhi rata-rata 66,9 persen. Secara keseluruhan, dengan menggabungkan dari ke dua bagian tersebut, maka diketahui pencapaian pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dimana keluarga contoh telah memenuhi rata-rata 74,2 persen dari seluruh item tugas perkembangan keluarga.

Perkembangan anak contoh diukur dengan menggunakan instrumen Bina Keluarga Balita (BKB). Dimensi perkembangan yang diukur terdiri dari motorik kasar, motorik halus, bahasa pasif, bahasa aktif, kognitif, kemandirian, dan kemampuan bergaul. Secara umum rataan pencapaian perkembangan anak usia 36-48 bulan adalah sebesar 68,7 persen. Selain itu, untuk anak usia 48-60 bulan rataan pencapaian perkembangannya sebesar 80,6 persen. Terdapat perbedaan yang nyata dimana perkembangan anak usia 48-60 bulan lebih tinggi dibandingka anak usia 38-48 bulan (p<0,01).

Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan kesiapan menikah suami dan istri dengan tugas perkembangan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kesiapan menikah suami dan kesiapan menikah istri memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga (p<0,01). Hal tersebut berarti semakin tinggi kesiapan menikah suami dan istri maka pelaksanaan tugas perkembangan keluarga akan semakin baik. Namun jika aspek kesiapan menikah suami dihubungan dengan tugas perkembangan keluarga diketahui bahwa kesiapan intelektual (p<0,01), emosi (p<0,05), individu (p<0,05), finansial (p<0,05), dan mental suami (p<0,05) memiliki hubungan yang nyata dan postif dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Hal tersebut bararti, semakin tinggi kesiapan intelektual, emosi, individu, finansial, dan mental suami, maka tingkat pelaksanaan tugas perkembangan keluarga akan semakin baik. Sedangkan untuk aspek kesiapan menikah istri diketahui bahwa kesiapan intelektual (p<0,01), emosi (p<0,05), dan finansial istri (p<0,01) memiliki hubungan nyata dan positif dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Semakin tinggi kesiapan intelektual, emosi, dan finansial istri maka pelaksanaan tugas perkembangan keluarga akan semakin tinggi pula.

Uji regresi linear berganda digunakan untuk melihat variabel yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa kesiapan menikah suami dan istri berpengaruh

positif signifikan (p<0,01) terhadap pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Setiap kenaikan satu satuan standar deviasi kesiapan menikah suami, maka akan menaikkan tugas perkembangan keluarga sebanyak 0,358 satuan standar deviasi. Begitu pula dengan kesiapan menikah istri, dimana setiap kenaikan satu satuan standar deviasi kesiapan menikah istri, maka akan menaikkan 0,318 satuan standar deviasi tugas perkembangan keluarga.

Pencapaian perkembangan anak yang baik tidak terlepas dari dukungan keluarga sebagai pihak yang paling dekat dengan anak. Keluarga yang telah melaksanakan tugas perkembangan keluarganya dengan baik, diduga akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Untuk itu dilakukan uji regresi linear berganda untuk melihat apakah pelaksanaan tugas perkembangan keluaga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa tugas perkembangan keluarga dimensi anak berpengaruh signifikan terhadap perkembangan anak (p<0,01), namun selain itu tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua juga berpengaruh terhadap perkembangan anak (p<0,1). Setiap kenaikan satu satuan standar deviasi tugas perkembangan keluarga dimensi anak, maka akan menaikkan 0,423 satuan standar deviasi perkembangan anak. Sedangkan setiap kenaikan satu satuan standar deviasi tugas perkembangan keluarga dimensi orangtua, maka akan menaikkan 0,203 satuan standar deviasi perkembangan anak.

Kata kunci: kesiapan menikah, tugas perkembangan keluarga, keluarga dengan anak prasekolah, perkembangan anak

Dokumen terkait