• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Cisalak Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat pada tanggal 16 Juni 1973 sebagai putra kedua dari empat bersaudara, pasangan Bapak Ateng Burhanudin dan Ibu Euis Rohaeni. Menikah dengan Siti Ayumah Andiana dan telah dikaruniai 2 orang anak laki-laki bernama Sylva Ekaputra Utama dan Satya Dwiputra Dinata.

Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan di Subang, sedangkan pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Perencanaan Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun 1997. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2004 dan diterima di Program Studi Perencanaan Wilayah, dengan bantuan biaya pendidikan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Penulis sekarang bekerja pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang mulai tahun 2001, sebelumnya bertugas pada Balai Eksploitasi Hutan dan Pengujian Hasil Hutan Departemen Kehutanan Wilayah V Palembang pada tahun 1999 sampai dengan 2001.

Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR ... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 3 Kerangka Pemikiran... 3 Tujuan Penelitian ... 4 Kegunaan Penelitian ... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Penggunaan Lahan Berkelanjutan... 5 Evaluasi Kemampuan Lahan ... 6 Kelas Kemampuan Lahan ... 7 Sub Kelas ... 10 Satuan Kemampuan (Capability Unit)... 11

Erosi dan Prediksi Erosi ... 11 Erosi yang dapat ditoleransi (Atol)... 15

Analisis Usaha Tani dan Standar Hidup Layak ... 15 Analisis Usaha Tani ... 15 Standar Hidup Layak ... 16

Rencana Tata Ruang Wilayah... 16 Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 18 BAHAN DAN METODE ... 21 Lokasi Penelitian... 21

Bahan dan Alat... 21 Metode Penelitian ... 21 Tahap Persiapan ... 24 Tahap Pengumpulan Data ... 26 Analisis Data ... 27

Evaluasi Penggunaan Lahan Sekarang... 27 Kecocokan Penggunaan Lahan dengan Kelas Kemampuan

Lahan... 28 Predikasi Erosi ... 28 Erosi yang Dapat Ditoleransikan (Atol) ... 29

Evaluasi Arahan Penggunaan Lahan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) ... 30 Analisis Deskriptif Arahan Penggunaan Lahan RTRW ... 30 Kecocokan Arahan Penggunaan Lahan RTRW dengan Kelas

Kemampuan Lahan ... 30 Penyusunan Alternatif Penggunaan Lahan, Pola Tanam dan

Agroteknologi ... 30 Alternatif Penggunaan Lahan Sekarang dan RTRW ... 30 Alternatif Pola Tanam dan Agoteknologi ... 30 Analisis Usaha Tani dan Standar Hidup Layak... 31 Analisis Usaha Tani ... 31 Standar Hidup Layak ... 32 GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 33

Letak dan Luas ... 33 Tanah... 33

Topografi dan Keadaan Wilayah ... 33 Iklim ... 36 Penggunaan Lahan ... 36 Sosial Ekonomi ... 39 Jumlah Penduduk ... 39 Mata Pencaharian ... 39 Sarana Perekonomian... 40 HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

Satuan Lahan Pengamatan Intensif ... 41 Evaluasi Penggunaan Lahan Sekarang ... 45 Penggunaan Lahan Sub DAS Ciasem Hulu ... 45 Kecocokan Penggunaan Lahan dengan Kelas Kemampuan

Lahan... 47 Predikasi Erosi pada Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual... 48 Evaluasi Pola Tanam dan Agroteknologi ... 49 Predikasi Erosi (A) ... 51 Erosi yang Dapat Ditoleransi (Atol) ... 54

Analisis Usaha Tani Aktual ... 58 Evaluasi Arahan Penggunaan Lahan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) ... 60 Arahan Penggunaan Lahan RTRW... 60 Kecocokan Arahan Penggunaan Lahan RTRW berdasarkan Kelas

Kemampuan Lahan ... 63 Alternatif Penggunaan Lahan, Pola Tanam dan Agroteknologi ... 65

Alternatif Penggunaan Lahan Sekarang dan RTRW ... 65 Alternatif Pola Tanam dan Agroteknologi... 68 Analisis Usaha Tani Alternatif... 70 Arah Pengembangan Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu ... 72

KESIMPULAN DAN SARAN... 74 Kesimpulan ... 74 Saran... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN... 80 xiii

Halaman 1 Tingkat Kepekaan Erosi Berbagai Jenis Tanah ... 13 2 Nama Instansi dan Jenis Data yang Dikumpulkan ... 27 3 Luas Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan Jenis Tanah... 33 4 Luas Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan Kelas Lereng ... 36 5 Luas Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan Penggunaan

Lahan ... 36 6 Jumlah Penduduk Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 39 7 Jumlah Penduduk Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan Kelas

Umur ... 39 8 Jumlah dan Jenis Sarana Perekonomian pada Wilayah Sub DAS

Ciasem Hulu ... 40 9 Persentase Luas Penggunaan Lahan yang Dianalisis terhadap

Luas Total Penggunaan Lahan Sub DAS Ciasem Hulu ... 41 10 Persentase Luas Satuan Lahan Pengamatan Intensif terhadap

Penggunaan Lahan yang Diwakili ... 41 11 Persentase Luas Penggunaan Lahan Sub DAS Ciasem Hulu

Dibandingkan dengan Luas Penggunaan Lahan DAS Ciasem... 46 12 Hasil Evaluasi Kecocokan Penggunaan Lahan Berdasarkan Kelas

Kemampuan Lahan pada Satuan Lahan Pengamatan Intensif... 47 13 Pola Tanam Aktual pada Lahan Tegalan, Kebun Campuran dan

Semak Belukar... 50 14 Tahapan Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam

pada Lahan Tegalan ... 51 15 Nilai Kepekaan Erosi (erodibilitas) tanah (K) pada Satuan Lahan

Pengamatan Intensif ... 52 16 Perbandingan Nilai (A) dan Nilai Atol masing-masing Satuan

Lahan Pengamatan Intensif berdasarkan Penggunaan Lahan pada

Sub DAS Ciasem Hulu ... 55 17 Faktor-Faktor Penyebab Utama Terjadinya Nilai A lebih besar

dari Atol ... 55

18 Hasil Usaha Tani Berdasarkan Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual pada Penggunaan Lahan Tegalan ... 59

19 Luas Penggunaan Lahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Subang pada Sub DAS Ciasem Hulu ... 60 20 Hasil Perbandingan Luas Lahan Satuan Pengamatan Intensif dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang ... 62 21 Hasil Overlay Penggunaan Lahan RTRW Kabupaten Subang

dengan Peta SLH yang Dianalisis pada Wilayah Sub DAS

Ciasem Hulu ... 63 22 Penilaian Kecocokan Arahan Penggunaan Lahan RTRW dengan Kelas

Kemampuan Lahan ... 64 23 Pola Tanam dan Agoteknologi Alternatif pada Satuan Lahan

Pengamatan Intensif Di Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu ... 69 24 Hasil Usaha Tani Pola Tanam dan Agroteknologi Alternatif ... 70

Halaman 1 Peta Lokasi Penelitian ... 22 2 Peta Administrasi Lokasi Penelitian... 23 3 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ... 25 4 Peta Areal Sub DAS Ciasem Hulu ... 34 5 Peta Jenis Tanah Sub DAS Ciasem Hulu ... 35 6 Peta Kelas Lereng Sub DAS Ciasem Hulu... 37 7 Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Ciasem Hulu... 38 8 Peta Satuan Lahan Homogen (SLH) ... 42 9 Peta SLH berdasarkan Penggunaan Lahan yang Dianalisis ... 43 10 Peta Penyebaran Satuan Lahan Pengamatan Intensif ... 44 11 Peta Penyebaran Erosi ... 56 12 Peta Arahan Penggunaan Lahan RTRW Kabupaten Subang pada

Areal Sub DAS Ciasem Hulu ... 61 13 Peta Alternatif Penggunaan Lahan ... 66 14 Peta Alternatif Penggunaan Lahan RTRW... 67

Halaman 1 Jumlah Penduduk pada Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan

Mata Pencaharian ... 81 2 Jumlah Penduduk pada Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan

Kelas Umur dan Jenis Kelamin ... 82 3 Data Sarana Perekonomian pada Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu ... 83 4 Intensitas Faktor-Faktor Penghambat untuk Klasifikasi Kemampuan

Lahan ... 84 5 Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan ... 86 6 Kelas dan Kode Struktur Tanah, Permeabilitas Tanah dan

Klasifikasi Kepekaan Erosi ... 87 7 Nilai C dari Berbagai Tanaman dan Pengelolaan atau Penggunaan

Lahan ... 88 8 Nilai Faktor P dari Beberapa Tindakan Konservasi dan Pengelolaan

Tanaman (CP)... 90 9 Kedalaman Minimum Akar dan Nilai Faktor C dari Berbagai Jenis

Tanaman/Pengelolaan Lahan... 91 10 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Parameter Fisik Lahan pada

Lokasi Satuan Lahan Pengamatan Intensif Penentuan Kelas

Kemampuan Lahan... 92 11 Hasil Evaluasi Kelas Kecocokan Penggunaan Lahan pada

Lokasi Satuan Lahan Pengamatan Intensif Berdasarkan Kelas

Kemampuan Lahan... 93 12 Data Curah Hujan (mm) pada Stasiun Curug Agung Kecamatan

Sagalaherang Kabupaten Subang Tahun 1995-2004 untuk Penentuan Nilai Erosivitas (R) Hujan ... 94 13 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Faktor LS untuk

Pendugaan Erosi ... 95 14 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah (K) ... 96 15 Hasil Pengamatan Penentuan Nilai Faktor C dan P Berdasarkan Pola

Tanam dan Tindakan Konservasi Aktual pada Satuan Lahan

Pengamatan Intensif ... 97 16 Perhitungan Pendugaan Erosi Aktual pada Satuan Lahan

Pengamatan Intensif ... 98 17 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Erosi yang Dapat

Ditoleransikan (Atol) ... 99

18 Hasil Perhitungan Nilai Faktor C dan P Berdasarkan Pola Tanam dan Tindakan Konservasi Alternatif pada Satuan Lahan Pengamatan

Intensif ... 100 19 Perhitungan Pendugaan Erosi Pola Tanam dan Agroteknologi

Alternatif pada Satuan Lahan Pengamatan Intensif... 101 20 Komposisi Aktual Tanaman Semusim pada Tegalan... 102 21 Perhitungan Hasil Usaha Tani Pola Tanam Aktual ... 103 22 Komposisi Tanaman Semusim Alternatif pada Tegalan ... 106 23 Perhitungan Hasil Usaha Tani Alternatif... 107 24 Perhitungan Analisis Usaha Ternak (Usaha Tambahan) ... 110

Latar Belakang

Pembangunan yang terlalu memprioritaskan aspek ekonomi dan sosial dengan tujuan mencapai laju pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia (IPM) yang tinggi, tanpa memperhatikan aspek fisik (ekologi) telah berdampak menurunnya kualitas sumber daya alam. Dampak-dampak tersebut dapat berupa banjir, kekeringan, fluktuasi debit sungai, sedimentasi pada aliran sungai dan situ, serta terjadinya lahan kritis.

Kabupaten Subang yang terletak di Provinsi Jawa Barat, memiliki sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Luas wilayahnya mencapai 205.176 hektar (Ha), dan secara umum penggunaan lahannya terbagi ke dalam 2 (dua) peruntukkan, yaitu tanah sawah seluas 84 701 Ha atau 41.28% dan tanah kering seluas 120.475 Ha atau 58.72%. Tanah kering terdiri atas pemukiman seluas 27.434 Ha, perkebunan 21.819 Ha, kawasan hutan 17.652 Ha, hutan rakyat 9.470 Ha, kebun dan tegalan 26.528 Ha, tambak 4.366 Ha, dan penggunaan lainnya seluas 13.206 Ha. Tanah sawah sebagian besar merupakan sawah berpengairan irigasi mencapai luasan 61.002 Ha atau 72.02%. Berdasarkan struktur ekonomi, sektor pertanian memberikan kontribusi yang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 40.02% pada tahun 2001 (BAPEDA dan BPS, 2002). Pada wilayah Kabupaten Subang terdapat 2 (dua) DAS yang sangat potensial yaitu DAS Ciasem dan DAS Cipunagara, dimana salah satu fungsinya menjamin kualitas dan ketersediaan air bagi masyarakat yang sebagian besar berusaha di sektor pertanian terutama di wilayah hilirnya.

Potensi sumber daya alam tersebut, terutama bila dilihat dari prespektif DAS, kondisi sekarang ini telah mengalami kerusakan, karena banjir dan longsor di musim hujan serta kekeringan di musim kemarau. Luas keseluruhan daerah rawan banjir mencapai 460 hektar dengan penggunaan lahan sebagian besar merupakan persawahan. Daerah-daerah rawan banjir dengan prioritas tinggi untuk ditangani adalah Kecamatan Pamanukan, Pusakanagara, Legon Kulon dan Blanakan, dimana daerah tersebut merupakan bagian hilir dari DAS Ciasem dan Cipunagara.

Data lain yang menjelaskan penurunan kualitas lahan adalah terjadinya lahan kritis. Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang (2004), luas lahan kritis di Kabupaten Subang mencapai 14.187 Ha yang tersebar di seluruh wilayah.

Sub DAS Ciasem Hulu yang berada di wilayah DAS Ciasem, merupakan sub DAS yang memiliki peranan yang sangat penting, karena aliran air yang berasal dari sub DAS tersebut dimanfaatkan untuk mengairi sawah pada daerah hilir yang mancapai luasan 20.295 Ha (Perum Jasa Tirta Unit II Divisi III, 2004).

Sekarang kondisinya juga telah mengalami kerusakan, salah satu indikasinya adalah terjadinya fluktuasi debit aliran sungai musim hujan dan kemarau yang sangat besar. Berdasarkan data debit air yang tercatat pada stasiun pengamatan Bendung Macan pada tahun 2004, debit maksimum (Qmaks) mencapai

175.60 m3/detik sedangkan debit minimum (Qmin) tercatat 0.98 m3/detik (Perum

Jasa Tirta Unit II Divisi III, 2004). Data lain yang memperjelas penurunan kualitas lahan adalah terjadinya sedimentasi aliran sungai Ciasem yang mencapai 1.286 m3/tahun pada tahun 2001 (BAPEDA, 2001).

Terjadinya kerusakan pada sumberdaya alam, pada umumnya akibat dari tindakan pengelolaan yang tidak tepat. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dan pengelolaan yang tidak memperhatikan aspek konservasi tanah adalah penyebab utama terjadinya kerusakan lahan.

Dengan demikian untuk mencapai pengelolaan sumberdaya alam yang lestari, dan sebagai upaya memperbaiki kerusakan yang terjadi pada wilayah Sub DAS Ciasem Hulu, maka perlu dilakukan kajian terhadap penggunaan dan pengelolaan lahan yang telah ada. Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan melakukan evalusi lahan berdasarkan kelas kemampuannya dan pendugaan besarnya laju erosi.

Berdasarkan hasil kajian tersebut, dapat dilakukan penyusunan perencanaan penggunaan lahan yang dapat menjamin kelestarian sumberdaya alam. Dalam wilayah pengelolaan DAS, sebaiknya yang menjadi prioritas adalah bagian hulu yang merupakan daerah tangkapan air.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat disusun berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, adalah :

• Di Kabupaten Subang sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang terbesar pada keberhasilan pembangunan, dimana salah satu faktor penentunya adalah kondisi wilayah. Tetapi kenyataan menunjukkan, bahwa kondisi wilayah terus mengalami penurunan, khususnya pada wilayah DAS Cipunagara dan DAS Ciasem, yang dibuktikan dengan terjadinya banjir, kekeringan, fluktuasi debit dan sedimentasi sungai, serta lahan kritis.

• Faktor penyebab terjadinya penurunan kondisi lahan wilayah tersebut, pada umumnya tindakan pengelolaan lahan tersebut belum memperhatikan konservasi lahan. Selain itu dalam penyusunan perencanaan di daerah, aspek konservasi lahan belum menjadi prioritas utama.

• Jika perencanaan penggunaan lahan masih tetap demikian, maka degradasi lahan akan berlangsung lebih cepat, sehingga akan lebih mendorong terjadinya berbagai dampak negatif.

• Dengan demikian kebutuhan perencanaan penggunaan lahan yang memperhatikan konservasi tanah dan dapat memenuhi standar hidup penduduknya adalah merupakan salah satu solusi dalam menghambat laju kerusakan tersebut.

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini didasari oleh pemikiran, bahwa dalam suatu DAS setiap penggunaan lahan akan berpengaruh terhadap kondisi lahan, dan setiap penggunaan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan, serta tidak memperhatikan aspek konservasi tanah, akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi lahan tersebut dan lingkungan sekitarnya terutama wilayah bagian hilir.

Pada pelaksanaan proses perencanaan penggunaan lahan, khususnya pada wilayah Sub DAS Ciasem Hulu dihadapkan pada kenyataan, bahwa keadaan lahan yang ada, telah dipergunakan untuk penggunaan tertentu, yaitu pemukiman, hutan, sawah, perkebunan, kebun campuran, tegalan dan semak belukar. Oleh karena itu

perlu adanya pilihan atau pemilahan dalam proses analisis, penggunaan apa saja yang relatif masih dapat untuk diubah, dan apabila dilihat dari fungsi dan statusnya maka penggunaan lahan berupa semak belukar, tegalan dan kebun campuran masih relatif dapat dilakukan perubahan/perbaikan sesuai dengan kelas kemampuannya.

Kegiatan yang dilakukan dalam menentukan kecocokan penggunaan lahan adalah dengan melakukan evaluasi lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan pada penggunaan lahan ada sekarang. Kemudian melakukan pendugaan erosi yang terjadi, apabila erosinya lebih besar dari yang dapat ditoleransi, maka ditentukan tindakan tindakan konservasi tanah yang sesuai. Selain itu dalam penyusunan perencanaan penggunaan lahan yang berkelanjutan, juga harus memperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat, dimana penggunaan lahan terpilih dapat memberikan manfaat secara ekonomi yang besar bagi masyarakat.

Berdasarkan peranannya, pemerintah harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam memberikan informasi yang tepat mengenai pemanfaatan lahan, sehingga dapat mencapai tujuan penggunaan lahan yang berkelanjutan dan dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengkaji kesesuaian penggunaan lahan sekarang berdasarkan kelas kemampuan lahan pada wilayah Sub DAS Ciasem Hulu, menetapkan alternatif perencanaan penggunaan lahan berbasis konservasi tanah dan dengan memperhatikan standar hidup layak bagi penduduknya sebagai upaya penyusunan perencanaan program pembangunan dalam mempertajam rencana dan implementasi rencana tata ruang wilayah.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang dalam penyusunan rencana pembangunan daerah, khususnya dalam perencanaan tata ruang wilayah yang memperhatikan aspek konservasi.

Penggunaan Lahan Berkelanjutan

Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk pertanian harus dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lahan, sehingga manfaat sumberdaya lahan tersebut dapat lestari. Karakteristik lahan yang perlu untuk diperhatikan antara lain: (1) luasannya relatif tetap (2) memiliki sifat fisik, dengan kesesuaian penggunaan yang cenderung spesifik. Oleh karena pemanfaatannya harus sesuai dengan sifat fisik dan kemampuannya dalam mendukung kegiatan manusia yang terus berkembang (Dardak, 2005).

Dalam pemanfaatan sumber daya lahan, khususnya dalam pengembangan pertanian, yang harus diperhatikan dan merupakan kunci bagi perwujudan pengelolaan yang berkelanjutan adalah daya dukung lingkungannya. Menurut Sabiham (2005), pertanian berkelanjutan dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan kebutuhan pokok manusia, dengan sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.

Pendekatan teknologi yang diterapkan dalam pembangunan pertanian harus dapat memberikan hasil yang cukup tinggi dalam jangka pendek tanpa merusak sumber daya alam dalam jangka panjang, secara operasional diwujudkan dalam sistim pertanian konservasi (Conservation Farming System), yaitu sistim pertanian yang mengintegrasikan tindakan/teknik konservasi tanah dan air ke dalam sistim pertanian yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani atau meningkatkan kesejahteraan petani dan sekaligus menekan erosi, sehingga sistim pertanian tersebut dapat berlanjut terus menerus (Sinukaban, 1994).

Arsyad (1989) menjelaskan bahwa, konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan dikelola sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan. Usaha konservasi tanah ini bertujuan untuk (1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi (2) memperbaiki tanah yang rusak (3) memelihara dan meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dimanfaatkan secara lestari. Dengan demikian konservasi tanah bukan berarti menangguhkan atau melarang

penggunaan tanah, tetapi menyesuaikan penggunaan tanah sesuai kemampuan tanah tersebut dan dikelola sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tersebut dapat berfungsi lestari.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka untuk penyusun perencanaan penggunaan lahan yang berkelanjutan harus diawali dengan identifikasi dan evaluasi kesesuaian penggunaan lahan dengan kemampuannya, kemudian mengkaji tindakan konservasi yang tepat sesuai dengan kondisi fisik lahan. Ciri penggunaan lahan yang berkelanjutan menurut Sabiham (2005), yaitu :

1. Penggunan lahan berorientasi jangka panjang;

2. Dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan potensi untuk masa datang;

3. Kualitas lingkungan dapat dipertahankan, bahkan kalau bisa ditingkatkan; 4. Dapat mempertahankan produktivitas dan kemampuan lahan;

5. Mampu mempertahankan lingkungan dari ancaman degradasi; dan 6. Dapat meningkatkan pendapatan per kapita.

Evaluasi Kemampuan Lahan

Pengertian penggunaan lahan (land use) menurut Arsyad (1989), adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya penggunaan lahan dikelompokkan ke dalam 2 (dua) penggunaan yaitu pertanian dan bukan pertanian yang kemudian masing-masing kelompok dirinci sesuai dengan kemampuan dan komoditi yang diusahakan. Penggunaan lahan untuk pertanian dibedakan dalam beberapa macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, seperti tegalan, sawah, kebun, hutan produksi, dan lain-lain, sedangkan penggunaan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan pemukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya.

Salah satu komponen yang sangat penting dalam perencanaan penggunaan lahan adalah melakukan proses evaluasi lahan. Hasil kegiatan evaluasi lahan tersebut dapat memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas kemungkinan penggunaannya, serta tindakan-tindakan pengelolaan agar lahan dapat dipergunakan secara lestari (Arsyad, 1989).

Evaluasi lahan dapat dibedakan berdasarkan dua pendekatan, yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kuantitatif diperlukan dalam survei kelayakan, sedangkan evaluasi kualitatif adalah langkah pertama dan merupakan bahan untuk evaluasi kuantitatif. Evaluasi kualitatif biasanya dilaksanakan dengan melakukan klasifikasi lahan. Berdasarkan tujuannya klasifikasi lahan dibedakan menjadi klasifikasi kemampuan lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad, 1989).

Menurut Sitorus (1998), evaluasi kemampuan lahan pada dasarnya merupakan evaluasi potensi lahan bagi penggunaan berbagai sistim pertanian secara luas dan tidak membicarakan peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan-tindakan pengelolaannya. Lebih lanjut menurut Hardjowigeno (2003), klasifikasi kemampuan lahan digunakan untuk penggunaan pertanian secara umum yaitu daerah pertanian, padang penggembalaan, hutan dan cagar alam.

Menurut Hockensmith dan Steele (1943) dan Klingebiel dan Montgomery (1973, dalam Arsyad, 1989), sistim klasifikasi kemampuan lahan digolongkan ke dalam 3 kategori utama yaitu Kelas, Sub Kelas dan Satuan Kemampuan atau Pengelolaan.

Kelas Kemampuan Lahan

Menurut Arsyad (1989), tanah pada kelas I sampai dengan IV dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan dan sesuai untuk berbagai penggunaan. Tanah pada kelas V, VI dan VII sesuai untuk padang rumput, tanaman pohon-pohonan atau vegetasi alami, dan tanah kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami.

Kelas I. Lahan kelas I memiliki sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Lahan kelas I sesuai untuk berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (tanaman pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumput, hutan dan cagar alam. Tanah-tanah pada kelas I memiliki satu atau kombinasi sifat dan kualitas sebagai berikut : (1) terletak pada topografi hampir datar, (2) ancaman erosi kecil, (3) mempunyai kedalaman efektif yang dalam, (4) umumnya berdrainase yang baik, (5) mudah diolah, (6) kapasitas menahan air baik, (7) subur atau responsif terhadap pemupukan, (8) tidak terancam banjir, dan (9) di bawah iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan

tanaman umumnya. Tanah-tanah pada lahan kelas I yang dipergunakan untuk tanaman pertanian, memerlukan tindakan pengelolaan untuk memelihara produktivitasnya, berupa pemeliharaan kesuburan dan struktur tanah.

Kelas II. Tanah-tanah dalam kelas II memiliki beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaanya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang. Tanah-tanah dalam kelas II sesuai untuk penggunaan tanaman semusim, tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung dan cagar alam.

Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas II adalah salah satu atau kombinasi dari pengaruh berikut : (1) lereng yang landai; (2) kepekaan erosi atau ancaman erosi sedang atau telah mengalami erosi sedang; (3) kedalaman efektif agak dalam; (4) struktur tanah dan daya olah tanah agak kurang baik; (5) salinitas ringan sampai sedang atau terdapat garam natrium yang mudah dihilangkan akan tetapi besar kemungkinan timbul kembali; (6) kadang-kadang terkena banjir yang merusak; (7) kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase, akan tetapi tetap sebagai pembatas yang sedang tingkatannya, atau (8) keadaan iklim kurang sesuai bagi tanaman dan pengelolaan.

Kelas III. Tanah-tanah dalam lahan kelas III mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan penggunaannya atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Tanah-tanah pada lahan kelas III dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka margasatwa.

Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas III disebabkan oleh salah satu atau kombinasi hal berikut: (1) lereng yang agak miring atau bergelombang; (2) peka terhadap erosi atau telah mengalami erosi yang agak berat; (3) seringkali mengalami banjir yang merusak tanaman; (4) lapisan bawah tanah yang berpermeabilitas lambat; (5) kedalamannya dangkal terhadap batuan, lapisan padas keras (hardpan), lapisan padas rapuh (fragipan) atau lapisan liat padat (claypan) yang membatasi perkembangan akar dan simpanan air; (6) terlalu basah atau masih terus jenuh air setelah didrainase; (7) kapasitas menahan air

rendah ;(8) salinitas atau kandungan natrium sedang, atau (9) hambatan iklim yang agak besar.

Kelas IV. Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam kelas IV lebih besar daripada tanah-tanah dalam kels III, dan pilihan tanaman juga

Dokumen terkait