• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Pattani, Thailand pada tanggal 20 Januari 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Adeh Madiyoh dan Sakirah Ri-Chi. Pada tahun 2004 penulis lulus dari Bamrung Islam School Pattani, Thailand dan pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Department of Money and Banking, Yala Islamic University, Thailand. Selama kuliah penulis aktif menjadi staf di Student Union of Yala Islamic University. Penulis menyelesaikan program sarjana pada tahun 2008 dengan memperoleh nilai IPK 3.49. Pada tahun yang sama penulis dapat bekerja menjadi petugas bagian administrasi keuangan di Al-Qur’an and Multilingual Kalamullah School sampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis dapat biayasiswa Kemittraan Negara Berkembang (KNB) dari Indonesia. Saat ini penulis melanjut program pascasarjana pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) di Institut Pertanian Bogor.

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari pecah dan elastis maka kebutuhan karet alam saat ini cenderung terus berkembang dan meningkat. Sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan sebagainya, diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan karet alam akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi negara eksportir karet alam dan hasil olahan industri karet yang ada ke negara-negara lainnya.

Memperhatikan adanya peningkatan permintaan bahan karet alam di negara- negara industri terhadap komoditas karet alam di masa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan persedian karet alam dan industri produksi karet merupakan langkah yang perlu untuk dilaksanakan. Perkembangan ekspor dan impor karet alam dunia saat ini berdasarkan RRIT (Rubber Research Institute of Thailand) dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir ini memperoleh peningkatan yang cukup tinggi. Ini semua disebabkan meningkatnya kebutuhan industri terhadap karet alam terutama industri otomotif di China sebagai negara produsen otomotif terbesar sejak tahun 2009, maskipun terkena akibat dari krisis ekonomi di Amerika Serikat dan di Eropa sejak tahun 2008 namun jumlah produksi otomotif di China terus meningkat.

Tabel 1 Jumlah Produksi Otomotif Negara Produsen Utama Tahun 1980-2011

(Unit) Negara 1980 1990 2000 2008 2009 2010 2011 World 38 564 516 48 553 969 58 374 162 70 520 493 61 791 868 77 629 127 80 092 840 China 222 288 509 242 2 069 069 9 299 180 13 790 994 18 264 667 18 418 876 United State 8 009 841 9 782 997 12 799 857 8 693 541 5 731 397 7 761 443 8 653 560 Japan 11 042 884 13 486 796 10 140 796 11 575 644 7 934 057 9 625 940 8 398 654 Germany 3 878 553 4 976 552 5 526 615 6 045 730 5 209 857 5 905 985 6 311 318 South Korea 123 135 1 321 630 3 114 998 3 826 682 3 512 926 4 271 941 4 657 094 India 113 917 362 655 801 360 2 332 328 2 641 550 3 536 783 3 936 448 Brazil 1 165 174 914 466 1 681 517 3 215 976 3 182 923 3 381 728 3 406 150 Sumber: Wikipedia (2012)

Berdasarkan Tebel 1 di atas, menunjukkan bahwa sejak tahun 1980 hingga 2011 jumlah produk otomotif dunia meningkat kecuali tahun 2009. Namun jika melihat jumlah produksi di masing-masing negara pada tahun 2009-2011 setelah kena krisis ekonomi di Amerikat Serikat dan di Eropa masih meningkat kecuali di Amerika Serikat dan Jepang. China telah menempati produsen otomotif terbesar pada tahun 2009 dengan jumlah 13.79 juta kendaraan. Sementara jumlah produksi otomotif di Amerika Serikat yang sebelumnya sebagai produsen otomotif terbesar mengalami

penurunan, dimana tahun 2008 memproduksi sebesar 8.69 juta kendaraan kemudian tahun 2009 menurun menjadi 5.73 juta kendaraan.

Setelah China menjadi anggota WTO (World Trade Organization) pada tahun 2002, hambatan-hambatan perdagangan mulai dihapuskan. Hal ini mengakibatkan perekonomian di China memperoleh peningkatan yang cukup tinggi rata-rata per tahun 10 persen. Selain itu, tekanan dari pertumbuhan ekonomi di China menyebabkan peningkatan kebutuhan bahan baku untuk berbagai industri yang tidak mencukupi kebutuhannya terutama bahan baku di sektor pertanian yaitu karet alam sebagai produk turunan untuk produksi ban kenderaan dan sebagainya.

Karet alam adalah salah satu produk pertanian yang sebagian besar diproduksi di wilayah ASEAN. Negara produsen utama karet alam terdiri dari Thailand, Indonesia, Malaysia, China dan VietNam.

Table 2 Jumlah Produksi Karet Alam dari Negara Produsen Utama Tahun 2006-2010

(ribu ton) Tahun Negara 2006 2007 2008 2009 2010 Persentase Th 2010 (%) Thailand 3 137.00 3 056.00 3 089.80 3 164.40 3 252.10 31.27 Indonesia 2 637.00 2 755.20 2 751.00 2 440.00 2 736.00 26.31 Malaysia 1 283.60 1 199.60 1 072.40 856.20 939.00 9.03 China 533.00 590.00 560.00 644.00 665.00 6.39 VietNam 555.40 605.80 660.00 711.30 754.50 7.25 India 853.30 811.10 881.30 820.30 850.80 8.18 Lain-lain 827.70 872.30 1 113.50 1 053.80 1 203.60 11.57 Dunia 9 827.00 9 890.00 10 128.00 9 690.00 10 401.00 100.00

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Pada Tabel 2 di atas, menunjukkan jumlah produksi karet alam dari negara produsen utama, dimana pada tahun 2010, jumlah produksi karet alam dari Thailand adalah sebesar 3.25 juta ton (31.27%), kemudian dari Indonesia sebesar 2.73 juta ton (26.31%) dan Malaysia sebesar 0.93 juta ton (9.03%).

Pertumbuhan industri kenderaan sejak beberapa tahun yang lalu adalah faktor penting yang membuat harga karet alam dunia meningkat. Hal ini dibuktikan dari porsi penggunaan karet alam dimana sebagian besar lebih dari 50 persen bahan karet alam diproduksi menjadi ban kendaraan (Tabel 3).

Tabel 3 Penggunaan Karet Alam dan Harga Karet Alam Dunia Tahun 2003-2009

Tahun

Konsumsi Karet Alam (ribu ton)

Porsi Penggunaan Ban (%) TSR20 (baht/kg) Ban Produk Lainnya Total 2003 10 744.00 8 660.00 18 320.00 58.60 41.97 2004 11 449.00 9 105.00 19 404.00 59.90 49.26 2005 12 079.00 8 898.00 20 553.00 58.80 56.51 2006 12 395.00 9 329.00 21 724.00 57.10 75.63 2007 13 121.00 9 884.00 23 006.00 57.00 75.12 2008 12 926.00 9 226.00 22 151.00 58.40 85.08 2009 12 296.00 8 429.00 20 725.00 59.30 63.67

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Thailand, sebagian besar karet alam diekspor ke pasar dunia dan China adalah pasar tujuan ekspor karet alam terbesar, hasil devisa dari ekspor karet alam ke China relatif besar, dimana volume ekspor karet alam Thailand ke China memperoleh peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2011, jenis karet spesifikasi teknis

(Technical Spesified Rubber) memberi sumbangan terbesar yaitu mencapai 2 842.94 juta US dollar, kemudian karet sit asap (Ribber Smoke Sheet) sebesar 1 227.21 juta US dollar dan karet lateks (Rubber Latex) sebesar 712.83 juta US dollar (Tabel 2). Hal demikian dikarenakan pertumbuhan industri kenderaan di China yang menggunakan karet spesifikasi teknis sebagai bahan baku dalam produksi ban kenderaan, maka beberapa tahun terakhir ini Thailand berupaya menyesuaikan permintaan di pasar China sehingga saat ini karet spesifikasi teknis menjadi jenis karet yang paling banyak diekpor ke pasar tersebut.

Perumusan Masalah

Perkembangan produksi-konsumsi karet alam dunia untuk kurun waktu 2002-2010 menunjukkan bahwa pasok karet alam tidak mencapai kebutuhan sehingga kondisi produksi-konsumsi tetap dalam keadaan kekurangan penawaran. Hal ini terjadi karena pertumbuhan industri otomotif dunia terutama di pasar Asia seperti China dan India. Dari sisi produksi dan konsumsi, terlihat bahwa tahun 2007-2008 jumlah konsumsi telah melebihi jumlah produksi karet alam kemudian tahun 2009 jumlah konsumsinya menurun akibat dari krisis ekonomi di Amerika Serikat dan di Eropa. Tetapi pada tahun 2010 jumlah konsumsi melebihi produksi karena pertumbuhan industri otomotif di China yang menempati sebagai produsen otomotif terbesar sejak tahun 2009 (Tabel 4).

Tabel 4 Produksi, Konsumsi dan Stok Karet Alam Dunia Tahun 2002-2010

(ribu ton)

Tahun Produksi Konsumsi Stok

2002 7 326.00 7 556.00 1 981.00 2003 8 006.00 7 937.00 1 982.00 2004 8 744.00 8 716.00 2 016.00 2005 8 907.00 9 206.00 1 717.00 2006 9 827.00 9 690.00 1 854.00 2007 9 890.00 10 178.00 1 566.00 2008 10 128.00 10 175.00 1 519.00 2009 9 690.00 9 329.00 1 880.00 2010 10 399.00 10 778.00 1 501.00 rata-rata 8 819.00 8 934.00 1 837.00

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Hal tersebut juga didukung oleh adanya ramalan dari International Rubber Study Group-IRSG bahwa jumlah konsumsi karet alam akan naik menjadi sekitar 13.8 juta ton pada tahun 2020, sementara produksi karet alam dunia hanya sekitar 12.4 juta ton, berarti akan mengalami kekurangan pasokan sekitar 1.4 juta ton (AFET 2011).

Ekspor karet alam Thailand didominasi oleh jenis karet spesifikasi teknis

(Technical Specified Rubber), kemudian diikuti oleh jenis karet sit asap (Ribber Smoked Sheet) dan karet lateks. Sejak tahun 2003, volume ekspor karet sit asap mulai menurun dan lebih sedikit volumenya dibandingkan karet spesifikasi teknis. Hal ini dikarenakan bahwa China sebagai pengimpor karet TSR terbesar bagi Thailand lebih menyukai jenis karet spesifikasi teknis untuk industri otomotif.

Selain itu, keadaan fluktuasi harga karet alam akibat dari keadaan ketidakpastian perekonomian dunia dan juga karena karet alam adalah komoditas pertanian yang bersifat musiman sedangkan penggunaannya adalah sepanjang tahun.

US cent/Kg

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Gambar 1 Keadaan Fluktuasi Harga Karet Alam Dunia

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 W E 3 J an . 0 9 W E 0 7 M ar . 09 W E 0 9 M ay 0 9 W E 1 1 Ju ly 0 9 W E 1 2 S ep . 0 9 W E 1 4 N o v. 0 9 W E 16 J an . 1 0 W E 2 0 M ac .1 0 W E 2 2 M ay 1 0 W E 2 4 Ju ly 1 0 W E 2 5 S ep t. 1 0 W E 2 7 N o v 1 0 W E 2 9 Ja n 11 W E 2 A pr 1 1 W E 1 1 Ju n e 11 W E 1 3 A u g 1 1 W E 1 5 O ct 1 1 W E 1 7 D ec 1 1 W E 1 8 Fe b 1 2 W E 2 1 A p r 12 TSR Kuala Lumpur SMR20 TSR Bangkok STR20 RSS Bangk ok RSS3 Latex Malaysia Latex 60%

Keadaan perkaretan dunia beberapa tahun terakhir ini mengalami berbagai perubahan struktural terutama dalam industri otomotif yang beralih dari Amerika serikat ke Asia. Perkembangan industri otomotif, memberikan pengaruh terhadap perilaku dalam penggunaan bahan baku. Perkembangan teknologi radialisasi dan optimalisasi dalam industri ban akan meningkatkan konsumsi serta menghendaki kualitas bahan baku karet alam yang lebih baik dan konsisten. Semua keadaan di atas akan membawa perubahan struktural permintaan terhadap karet alam, yang juga diduga akan mempengaruhi harga karet alam di pasar internasional.

Oleh karena itu, Thailand dan China selaku negara yang diduga berperanan penting dalam perdagangan karet alam dunia khususnya jenis karet spesifikasi teknis karena kedua negara ini memiliki skala pasar yang paling besar, dimana pangsa ekspor karet alam dunia oleh Thailand adalah sebesar 31.27 persen, sementara pangsa impor karet alam dunia oleh China adalah sebesar 34.86 persen (RRIT 2012). Adapun, jika dilihat dari jenis karet spesifikasi teknis pada tahun 2008 Thailand mengekspor karet spesifikasi teknis ke dunia sebesar 25.01 persen dan China mengimpor karet spesifikasi teknis dari dunia sebesar 29.40 persen. Hal demikian, maka kedua negara tersebut perlu diamati bagaimana perilakunya dalam perdagangan karet alam khususnya jenis karet spesifikasi teknis, perilaku kedua negara ini diduga akan mempengaruhi penawaran dan permintaan serta harga karet spesifikasi teknis di pasar dunia. Semua keadaan di atas, timbulnya pertanyaan sehingga dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia.

2. Bagaimana dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengkaji perdagangan karet spesifikasi teknis antara Thailand dengan China. Namun secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia.

2. Menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi dalam penyusunan kebijaksanaan perkaretan nasional khususnya yang menyangkut strategi pengembangan kegiatan ekspor karet spesifikasi teknis Thailand dan kondisi permintaan impor karet spesifikasi teknis di pasar China.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian menganalisis perdagangan karet alam dengan fokus terhadap jenis karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber) atau karet TSR antara Thailand dan China. Oleh karena perdagangan karet TSR antara Thailand dan China tidak dapat melepaskan dari kondisi perdagangan perkaretan dunia maka penelitian ini terlibat dari empat pihak yaitu: Thailand, non-Thailand (Indonesia, Malaysia, Vietnam dan lainnya), China dan non-China (Amerika Serikat, Jepang, Brazil, Korea Selatan, Eropa dan lainnya) yang menyangkut tiga sisi. Pertama, sisi penawaran, yaitu penawaran ekspor karet spesifikasi teknis Thailand dan non-Thailand ke China dan penawaran ekspor karet spsifikasi teknis Thailand dan non-Thailand ke non-China. Kedua, sisi permintaan, yaitu permintaan impor karet spesifikasi teknis China dari Thailand dan non-Thailand dan permintaan impor karet spesifikasi teknis non-China dari Thailand dan non-Thailand. Ketiga, sisi harga, yaitu harga karet spesifikasi teknis baik harga karet TSR dunia, harga ekspor karet TSR Thailand dan harga karet TSR China, dengan membangunkan model persamaan simultan. Pada penelitian ini, jenis karet alam yang akan dipelajari adalah jenis karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber) karena jenis karet tersebut merupakan komoditas ekspor Thailand ke China yang memberi sumbangan cukup besar.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Perkaretan Dunia

Karet alam adalah komoditas pertanian non migas yang mempunyai posisi yang unik dalam menunjang pembangunan dunia industri dimana sumber utama karet alam berasal dari negara-negara berkembang. Perdagangan karet alam dunia dewasa ini, pempunyai peningkatan yang cepat setelah pertumbuhan industri otomotif dunia sejak tahun 2002, karet alam sebagian besar digunakan dalam industri ban, sisanya digunakan dalam industri produk lainnya (General Rubber Goods)

(Tabel 3). Sampai saat ini perdagangan karet alam masih didominasi oleh Thailand, Indonesia dan Malaysia sebagai eksportir utama, sedangkan China, Amerika Serikat, Jepang, Korea selatan dan Jerman merupakan negara importir utama.

Gambaran secara umum keadaan perkaretan dunia dapat dilihat pada Tabel 5 dimana pada tahun 2009 jumlah konsumsi karet alam dunia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 9.16 persen akibat dari krisis ekonomi dunia di negara konsumen karet alam utama yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa yang berdampak terhadap penuruan konsumsi karet alam dunia. Pada tahun 2006-2011, pertumbuhan produksi karet alam meningkat sebesar 1.78 persen sedangkan pertumbuhan konsumsi meningkat sebesar 2.13 persen sehingga pertumbuhan stok karet alam dunia menurun sebesar 4.40 persen, hal ini menjukkan bahwa konsumsi karet alam dunia lebih besar dari produksinya.

Tabel 5 Keadaan Perdagangan Perkaretan Dunia Tahun 2006-2011 (juta ton)

Tahun Produksi Konsumsi Ekspor Impor Stok

2006 9.83 9.69 6.93 6.84 1.85 2007 9.89 10.18 6.86 7.23 1.57 2008 10.13 10.18 6.76 7.08 1.52 2009 9.69 9.33 6.28 6.31 1.88 2010 10.40 10.78 7.15 7.40 1.50 2011 10.70 10.61 7.19 7.37 1.40 Pertumbuhan 1.78 2.13 0.97 1.92 -4.40 Sumber: RRIT (2012)

Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Dunia

Negara pengekspor karet alam terbesar adalah ketiga negara pertama yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia. Tahun 2002-2010, pangsa ekspor karet alam dari ketiga negara tersebut menunjukkan bahwa Malaysia memiliki kecenderungan ekspor paling besar kira-kira 9.94 persen per tahun, sementara Indonesia 4.30 persen per tahun dan Thailand 3.63 persen per tahun. Pada tahun 2010, Thailand mengekspor karet alam 2.68 juta ton atau kira-kira 34.05 persen dari total ekspor karet alam dunia, kemudian Indonesia ekspor sebesar 2.38 juta ton atau kira-kira 30.20 persen dan Malaysia dengan jumlah ekspor sebesar 1.25 juta ton atau kira-kira 15.86 persen dari

total ekspor karet alam dunia. Kuantitas karet alam yang diekspor oleh ketiga negara tersebut kira-kira sebesar 80 persen dari total ekspor karet alam dunia.

Adapun jenis karet alam yang diekspor ke pasar dunia pada tahun 1996-2010 menggambarkan bahwa ekspor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet) dari Malaysia dan Thailand cenderung menurun rata-rata 17.63 dan 3.23 persen per tahun, sementara ekspor karet sit asap oleh Indonesia cenderung naik rata-rata 9.08 persen per tahun. Pada tahun 2010, Thailand mengekspor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet) terbesar dengan sebesar 657.8 ribu ton, diikuti Indonesia sebesar 60.8 ribu ton dan Malaysia hanya sebesar 11.1 ribu ton. Sementara ekspor karet spesifikasi teknis, menunjukkan bahwa ekspor dari ketiga negara tadi cenderung meningkat terutama Thailand mengekspor karet spesifikasi teknis dengan nilai rata-rata sebesar 7.91 persen per tahun. Pada tahun 2010, Indonesia mengekspor karet spesifikasi teknis terbesar dengan sebesar 2 305.2 ribu ton, berikutnya adalah Thailand sebesar 1 033.7 ribu ton sementara Malaysia mengeskpor sebesar 838.5 ribu ton (RRIT 2012). Dari data ekspor menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan Negara tujuan ekspor komoditas karet alam terbesar bagi Indonesia dan Indonesia merupakan mitra dagang utama yang menduduki ranking ke lima Negara pengimpor di Amerika Serikat (Widayanti 2008)

Impor Karet Spesifikasi Teknis Dunia

Negara pengimpor karet alam terbesar di dunia adalah China. Sejak tahun 2003, China cenderung impor karet alam terbesar dengan nilai rata-rata 12.85 persen per tahun, German dan Korea masing-masing cenderung meningkat impor karet alam dengan nilai rata-rata sebesar 1.74 persen dan 0.62 persen per tahun, sementara negara lainnya cenderung menurun impor karet alam seperti Inggris impor karet alam menurun dengan nilai rata-rata sebesar 6.63 per tahun, Prancis impor menurun 6 persen per tahun, Amerika Serikat impor menurun sebesar 4.75 persen per tahun, dan Jepang impor menurun 2.27 persen per tahun. Tahun 2010, China mengimpor karet alam terbesar dengan jumlahnya sebesar 2.58 juta ton, kemudian Amerika Serikat dan Jepang mengimpor karet alam sebesar 0.93 dan 0.74 juta ton. Sementara jenis karet spesifikasi teknis diimpor terbesar yaitu di China dengan jumlah impor pada tahun 2008 adalah sebesar 1 224 375 juta ton atau 29.40 persen dari total impor karet spesifikasi teknis dunia (RRIT 2012).

Konsumsi Karet Alam bergeser dari Barat ke Timur (Amerika Utara dan Eropa ke Asia), Tahun 2008, produksi karet dunia sebesar 22.86 juta ton yang terdiri dari karet alam dunia sebesar 10.12 juta ton (44.28%) dan karet sintesis sebesar 12.74 juta (55.72%), Dari produksi tersebut, di konsumsi sebesar 22.19 juta ton yang terdiri dari karet alam sebesar 9.55 juta ton (43.0%) dan karet sintetis sebesar 12.64 juta (57.0%). Asia telah menggeser pangsa konsumsi karet dunia baik karet alam maupun karet sintetis, yaitu naik dari 18.7% pada tahun 1960 menjadi 65.5% pada tahun 2008 (Tabel 6).

Table 6 Kemunculan Asia pada Konsumsi Karet Alam

Wilayah Presentase (%) Negara Asia Presentase (%)

1960 2008 1960 2008

Amerika Utara 25.1 12.3 China 5.3 25.5

Amerika Latin 5.3 5.9 Jepang 8.1 9.0

Eropa 47.9 15 India 2.2 9.2

Asia 18.7 65.5 Malaysia 0.3 4.9

Australia 1.8 0.2 Korea 0.4 3.8

Afrika 1.2 1.1 Thailand 0.4 4.2

Dunia 100 100 Indonesia 0.9 4.3

Kuantitas (ribu ton) 2080 9550 Asia Lainnya 1.5 4.6

Total Asia 18.7 65.5

Sumber: Damardjati dan Jacob (2009)

Harga Karet Spesifikasi Teknis di Pasar Domestik dan Internasional

Karet alam merupakan hasil pertanian sehingga perkiraan harganya lebih sulit dibandingkan karet sintetis. Untuk penentuan harga karet alam, pada dasarnya ada keterkaitan baik dari sisi permintaan karet alam negara importir utama maupun dari sisi penewaran karet alam negara produsen utama.

Selanjutnya, jika kita melihat dari sisi penawaran dalam menentukan harga karet alam dunia, tentu saja dia tidak lepas dari negara produsen utama yang mempengaruhi penting terhadap harga karet alam dunia karena perubahan permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut akan menentukan harga karet alam domestik sehingga harga domestik dari negara eksportir utama yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia akan berdampak terhadap harga karet alam dunia. Adapun, negara eksportir karet alam skala kecil, dampak dari harga karet alam dunia akan menentukan permintaan dan penawaran dalam negerinya, misalkan jika harga karet alam dunia meningkat akan menjadi insentif oleh negara tersebut untuk meningkatkan produksinya dan akan mengurangi konsumsi dalam negeri tetapi menambahkan ekspornya, perhatikan bahwa perubahan permintaan maupun penawaran domestik negara eksportir skala kecil tidak berdampak terhadap harga karet alam dunia.

Jika melihat dari sisi permintaan dalam menentukan harga karet alam dunia, tentu saja dari negara importir utama yang mempengaruhi penting terhadap harga karet alam dunia karena permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut akan menentukan harga karet alam dalam negerinya sehingga harga domestik dari negara importir utama yaitu China, Amerika Serikat maupun Jepang akan berdampak kepada harga karet alam dunia. Adapun, negara importir karet alam skala kecil, dampak dari harga karet alam dunia akan menentukan permintaan dan penawaran dalam negerinya, misalkan jika harga karet alam dunia meningkat akan berdampak kepada negara tersebut mengurangi konsumsi karet dan juga mengurangi impornya, perhatikan bahwa perubahan permintaan maupun penawaran domestik negara importir skala kecil tidak berdampak terhadap harga karet alam dunia (Romprasert 2009).

Hal yang sama bagi karet spesifikasi teknis adalah salah satu jenis karet alam dimana negara yang berpengaruh penting terhadap harga karet spesifikasi teknis adalah Indonesia, Thailand dan Malaysia sebagai eksportir utama, sementara China, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan sebagai importir utama.

Selain penjelasan di atas dimana harga karet alam dipengaruhi oleh faktor dari permintaan maupun penawaran dengan mengasumsikan perdangan karet alam dengan mata uang yang sama. Tetapi fakta sebenarnya perdagangan karet alam di pasar nyata adalah perdagangan internasional dimana masing-masing negara mempunyai mata uangnya sendiri, maka dalam pertimbangan harga karet alam sangat perlu dalam pengambilan faktor nilai tukar valuta asing masuk ke dalam model oleh karena nilai tukar mata uang bisa berubah mengikut faktor-faktor yang akan dibahas selanjutnya.

Perdagangan karet alam dunia, biasanya menggunakan mata uang utama yaitu US dollar, maka perubahan “nilai tukar valuta asing” di negara eksportir atau importir dibandingkan US dollar akan berdampak terhadap harga karet alam dunia sebagai penjelasan berikut ini (AFTC 2007):

(a) Misalkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga karet alam tetap (Ceteris Paribus) tetapi nilai tukar mata uang baht Thailand (sebagai negara eksportir) terapresiasi dibandingkan nilai mata uang US dollar, katakanlah dari 35 Baht per 1 US dollar menjadi 30 baht per 1 US dollar, hal tersebut akan mengakibatkan harga karet alam di Thailand menurun. Contohnya, jika harga karet yang didagang adalah 2 US dollar/kg akan berdampak terhadap harga karet alam di Thailand menurun menjadi 60 baht/kg (2 US $/kg x 30 = 60 baht/kg) dimana harga karet alam sebelumnya adalah 70 baht/kg (2 US $/kg x 35 = 70 baht/kg).

(b) Misalkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga karet alam tetap (Ceteris Paribus) tetapi nilai mata uang baht Thailand (sebagai negara eksportir) terdepresiasi dibandingkan nilai mata uang US dollar, katakanlah dari 35 baht per 1 US dollar menjadi 40 baht per 1 US dollar, hal tersebut akan mengakibatkan harga karet alam di Thailand menaik. Contohnya, jika harga karet yang didagang adalah 2 US dollar/kg

akan berdampak terhadap harga karet alam di Thailand menaik menjadi 80 baht/kg (2 US $/kg x 40 = 80 baht/kg) dimana harga karet alam sebelumnya adalah 70 baht/kg (2 US $/kg x 35 = 70 baht/kg).

Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China

Setelah China menjadi anggota WTO (World Trade Organization) pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi di China memperoleh peningkatan yang cukup besar terutama pertumbuhan industri otomotif. Pada Gambar 2. menunjukkan pertumbuhan produksi otomotif di China, dimana pada tahun 2002 jumlah produksi otomotif adalah sebesar 4.44 juta unit kenderaan, kemudian pada tahun 2010 mencapai sebesar 18.41 juta unit kenderaan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12.57 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar China mempunyai potensi besar sebagai konsumen karet alam untuk penggunaan dalam industri ban kenderaan dan sebagainya, dimana China sendiri belum bisa memproduksi karet alam sesuai permintaan dalam negerinya sehingga harus impor karet alam dari luar negeri.

Sumber: OICA 2012

Gambar 2 Pertumbuhan Industri Otomotif di China Tahun 1997-2010

Dokumen terkait