• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2 TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Perkaretan Dunia

Karet alam adalah komoditas pertanian non migas yang mempunyai posisi yang unik dalam menunjang pembangunan dunia industri dimana sumber utama karet alam berasal dari negara-negara berkembang. Perdagangan karet alam dunia dewasa ini, pempunyai peningkatan yang cepat setelah pertumbuhan industri otomotif dunia sejak tahun 2002, karet alam sebagian besar digunakan dalam industri ban, sisanya digunakan dalam industri produk lainnya (General Rubber Goods)

(Tabel 3). Sampai saat ini perdagangan karet alam masih didominasi oleh Thailand, Indonesia dan Malaysia sebagai eksportir utama, sedangkan China, Amerika Serikat, Jepang, Korea selatan dan Jerman merupakan negara importir utama.

Gambaran secara umum keadaan perkaretan dunia dapat dilihat pada Tabel 5 dimana pada tahun 2009 jumlah konsumsi karet alam dunia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 9.16 persen akibat dari krisis ekonomi dunia di negara konsumen karet alam utama yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa yang berdampak terhadap penuruan konsumsi karet alam dunia. Pada tahun 2006-2011, pertumbuhan produksi karet alam meningkat sebesar 1.78 persen sedangkan pertumbuhan konsumsi meningkat sebesar 2.13 persen sehingga pertumbuhan stok karet alam dunia menurun sebesar 4.40 persen, hal ini menjukkan bahwa konsumsi karet alam dunia lebih besar dari produksinya.

Tabel 5 Keadaan Perdagangan Perkaretan Dunia Tahun 2006-2011 (juta ton)

Tahun Produksi Konsumsi Ekspor Impor Stok

2006 9.83 9.69 6.93 6.84 1.85 2007 9.89 10.18 6.86 7.23 1.57 2008 10.13 10.18 6.76 7.08 1.52 2009 9.69 9.33 6.28 6.31 1.88 2010 10.40 10.78 7.15 7.40 1.50 2011 10.70 10.61 7.19 7.37 1.40 Pertumbuhan 1.78 2.13 0.97 1.92 -4.40 Sumber: RRIT (2012)

Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Dunia

Negara pengekspor karet alam terbesar adalah ketiga negara pertama yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia. Tahun 2002-2010, pangsa ekspor karet alam dari ketiga negara tersebut menunjukkan bahwa Malaysia memiliki kecenderungan ekspor paling besar kira-kira 9.94 persen per tahun, sementara Indonesia 4.30 persen per tahun dan Thailand 3.63 persen per tahun. Pada tahun 2010, Thailand mengekspor karet alam 2.68 juta ton atau kira-kira 34.05 persen dari total ekspor karet alam dunia, kemudian Indonesia ekspor sebesar 2.38 juta ton atau kira-kira 30.20 persen dan Malaysia dengan jumlah ekspor sebesar 1.25 juta ton atau kira-kira 15.86 persen dari

total ekspor karet alam dunia. Kuantitas karet alam yang diekspor oleh ketiga negara tersebut kira-kira sebesar 80 persen dari total ekspor karet alam dunia.

Adapun jenis karet alam yang diekspor ke pasar dunia pada tahun 1996-2010 menggambarkan bahwa ekspor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet) dari Malaysia dan Thailand cenderung menurun rata-rata 17.63 dan 3.23 persen per tahun, sementara ekspor karet sit asap oleh Indonesia cenderung naik rata-rata 9.08 persen per tahun. Pada tahun 2010, Thailand mengekspor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet) terbesar dengan sebesar 657.8 ribu ton, diikuti Indonesia sebesar 60.8 ribu ton dan Malaysia hanya sebesar 11.1 ribu ton. Sementara ekspor karet spesifikasi teknis, menunjukkan bahwa ekspor dari ketiga negara tadi cenderung meningkat terutama Thailand mengekspor karet spesifikasi teknis dengan nilai rata-rata sebesar 7.91 persen per tahun. Pada tahun 2010, Indonesia mengekspor karet spesifikasi teknis terbesar dengan sebesar 2 305.2 ribu ton, berikutnya adalah Thailand sebesar 1 033.7 ribu ton sementara Malaysia mengeskpor sebesar 838.5 ribu ton (RRIT 2012). Dari data ekspor menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan Negara tujuan ekspor komoditas karet alam terbesar bagi Indonesia dan Indonesia merupakan mitra dagang utama yang menduduki ranking ke lima Negara pengimpor di Amerika Serikat (Widayanti 2008)

Impor Karet Spesifikasi Teknis Dunia

Negara pengimpor karet alam terbesar di dunia adalah China. Sejak tahun 2003, China cenderung impor karet alam terbesar dengan nilai rata-rata 12.85 persen per tahun, German dan Korea masing-masing cenderung meningkat impor karet alam dengan nilai rata-rata sebesar 1.74 persen dan 0.62 persen per tahun, sementara negara lainnya cenderung menurun impor karet alam seperti Inggris impor karet alam menurun dengan nilai rata-rata sebesar 6.63 per tahun, Prancis impor menurun 6 persen per tahun, Amerika Serikat impor menurun sebesar 4.75 persen per tahun, dan Jepang impor menurun 2.27 persen per tahun. Tahun 2010, China mengimpor karet alam terbesar dengan jumlahnya sebesar 2.58 juta ton, kemudian Amerika Serikat dan Jepang mengimpor karet alam sebesar 0.93 dan 0.74 juta ton. Sementara jenis karet spesifikasi teknis diimpor terbesar yaitu di China dengan jumlah impor pada tahun 2008 adalah sebesar 1 224 375 juta ton atau 29.40 persen dari total impor karet spesifikasi teknis dunia (RRIT 2012).

Konsumsi Karet Alam bergeser dari Barat ke Timur (Amerika Utara dan Eropa ke Asia), Tahun 2008, produksi karet dunia sebesar 22.86 juta ton yang terdiri dari karet alam dunia sebesar 10.12 juta ton (44.28%) dan karet sintesis sebesar 12.74 juta (55.72%), Dari produksi tersebut, di konsumsi sebesar 22.19 juta ton yang terdiri dari karet alam sebesar 9.55 juta ton (43.0%) dan karet sintetis sebesar 12.64 juta (57.0%). Asia telah menggeser pangsa konsumsi karet dunia baik karet alam maupun karet sintetis, yaitu naik dari 18.7% pada tahun 1960 menjadi 65.5% pada tahun 2008 (Tabel 6).

Table 6 Kemunculan Asia pada Konsumsi Karet Alam

Wilayah Presentase (%) Negara Asia Presentase (%)

1960 2008 1960 2008

Amerika Utara 25.1 12.3 China 5.3 25.5

Amerika Latin 5.3 5.9 Jepang 8.1 9.0

Eropa 47.9 15 India 2.2 9.2

Asia 18.7 65.5 Malaysia 0.3 4.9

Australia 1.8 0.2 Korea 0.4 3.8

Afrika 1.2 1.1 Thailand 0.4 4.2

Dunia 100 100 Indonesia 0.9 4.3

Kuantitas (ribu ton) 2080 9550 Asia Lainnya 1.5 4.6

Total Asia 18.7 65.5

Sumber: Damardjati dan Jacob (2009)

Harga Karet Spesifikasi Teknis di Pasar Domestik dan Internasional

Karet alam merupakan hasil pertanian sehingga perkiraan harganya lebih sulit dibandingkan karet sintetis. Untuk penentuan harga karet alam, pada dasarnya ada keterkaitan baik dari sisi permintaan karet alam negara importir utama maupun dari sisi penewaran karet alam negara produsen utama.

Selanjutnya, jika kita melihat dari sisi penawaran dalam menentukan harga karet alam dunia, tentu saja dia tidak lepas dari negara produsen utama yang mempengaruhi penting terhadap harga karet alam dunia karena perubahan permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut akan menentukan harga karet alam domestik sehingga harga domestik dari negara eksportir utama yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia akan berdampak terhadap harga karet alam dunia. Adapun, negara eksportir karet alam skala kecil, dampak dari harga karet alam dunia akan menentukan permintaan dan penawaran dalam negerinya, misalkan jika harga karet alam dunia meningkat akan menjadi insentif oleh negara tersebut untuk meningkatkan produksinya dan akan mengurangi konsumsi dalam negeri tetapi menambahkan ekspornya, perhatikan bahwa perubahan permintaan maupun penawaran domestik negara eksportir skala kecil tidak berdampak terhadap harga karet alam dunia.

Jika melihat dari sisi permintaan dalam menentukan harga karet alam dunia, tentu saja dari negara importir utama yang mempengaruhi penting terhadap harga karet alam dunia karena permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut akan menentukan harga karet alam dalam negerinya sehingga harga domestik dari negara importir utama yaitu China, Amerika Serikat maupun Jepang akan berdampak kepada harga karet alam dunia. Adapun, negara importir karet alam skala kecil, dampak dari harga karet alam dunia akan menentukan permintaan dan penawaran dalam negerinya, misalkan jika harga karet alam dunia meningkat akan berdampak kepada negara tersebut mengurangi konsumsi karet dan juga mengurangi impornya, perhatikan bahwa perubahan permintaan maupun penawaran domestik negara importir skala kecil tidak berdampak terhadap harga karet alam dunia (Romprasert 2009).

Hal yang sama bagi karet spesifikasi teknis adalah salah satu jenis karet alam dimana negara yang berpengaruh penting terhadap harga karet spesifikasi teknis adalah Indonesia, Thailand dan Malaysia sebagai eksportir utama, sementara China, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan sebagai importir utama.

Selain penjelasan di atas dimana harga karet alam dipengaruhi oleh faktor dari permintaan maupun penawaran dengan mengasumsikan perdangan karet alam dengan mata uang yang sama. Tetapi fakta sebenarnya perdagangan karet alam di pasar nyata adalah perdagangan internasional dimana masing-masing negara mempunyai mata uangnya sendiri, maka dalam pertimbangan harga karet alam sangat perlu dalam pengambilan faktor nilai tukar valuta asing masuk ke dalam model oleh karena nilai tukar mata uang bisa berubah mengikut faktor-faktor yang akan dibahas selanjutnya.

Perdagangan karet alam dunia, biasanya menggunakan mata uang utama yaitu US dollar, maka perubahan “nilai tukar valuta asing” di negara eksportir atau importir dibandingkan US dollar akan berdampak terhadap harga karet alam dunia sebagai penjelasan berikut ini (AFTC 2007):

(a) Misalkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga karet alam tetap (Ceteris Paribus) tetapi nilai tukar mata uang baht Thailand (sebagai negara eksportir) terapresiasi dibandingkan nilai mata uang US dollar, katakanlah dari 35 Baht per 1 US dollar menjadi 30 baht per 1 US dollar, hal tersebut akan mengakibatkan harga karet alam di Thailand menurun. Contohnya, jika harga karet yang didagang adalah 2 US dollar/kg akan berdampak terhadap harga karet alam di Thailand menurun menjadi 60 baht/kg (2 US $/kg x 30 = 60 baht/kg) dimana harga karet alam sebelumnya adalah 70 baht/kg (2 US $/kg x 35 = 70 baht/kg).

(b) Misalkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga karet alam tetap (Ceteris Paribus) tetapi nilai mata uang baht Thailand (sebagai negara eksportir) terdepresiasi dibandingkan nilai mata uang US dollar, katakanlah dari 35 baht per 1 US dollar menjadi 40 baht per 1 US dollar, hal tersebut akan mengakibatkan harga karet alam di Thailand menaik. Contohnya, jika harga karet yang didagang adalah 2 US dollar/kg

akan berdampak terhadap harga karet alam di Thailand menaik menjadi 80 baht/kg (2 US $/kg x 40 = 80 baht/kg) dimana harga karet alam sebelumnya adalah 70 baht/kg (2 US $/kg x 35 = 70 baht/kg).

Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China

Setelah China menjadi anggota WTO (World Trade Organization) pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi di China memperoleh peningkatan yang cukup besar terutama pertumbuhan industri otomotif. Pada Gambar 2. menunjukkan pertumbuhan produksi otomotif di China, dimana pada tahun 2002 jumlah produksi otomotif adalah sebesar 4.44 juta unit kenderaan, kemudian pada tahun 2010 mencapai sebesar 18.41 juta unit kenderaan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12.57 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar China mempunyai potensi besar sebagai konsumen karet alam untuk penggunaan dalam industri ban kenderaan dan sebagainya, dimana China sendiri belum bisa memproduksi karet alam sesuai permintaan dalam negerinya sehingga harus impor karet alam dari luar negeri.

Sumber: OICA 2012

Gambar 2 Pertumbuhan Industri Otomotif di China Tahun 1997-2010

Sumber produksi karet alam di China, sebagian besar diperoleh dari Hainan dengan jumlah produksi sebesar 60 persen dari kebun produksi karet seluruh nageri, kemudian Yunnan, Guangxi Zhuang dan sebagian kecilnya diperoleh dari Guangdong dan Fujian. Dalam kurun tahun 2003 sampai 2009, China mampu memproduksi karet alam hanya sebesar 23.33 persen dari total kebutuhan dalam negeri (Tabel 7).

Pada Tebel 7 menunjukkan bahwa kemampuan produksi terhadap konsumsi karet alam di China pada tahun 2003 adalah sebesar 34.28 persen, kemudian pada tahun 2009 menurun menjadi 19.03 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi karet alam di China lebih besar dibandingkan produksinya. Akhirnya China harus mengimpor karet alam dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Tabel 7 Produksi dan Konsumsi Karet Alam di China tahun 2003-2009

Tahun Produksi

(ton)

Konsumsi (ton)

Kemampuan produksi terhadap konsumsi karet

alam China (%)

Nilai impor karet alam China (US $) 2003 565.00 1 537.80 34.28 1 155 101 867.00 2004 573.00 2 000.00 28.65 1 524 504 882.00 2005 510.00 2 277.50 22.39 1 854 895 011.00 2006 533.00 2 769.20 19.24 3 029 599 956.00 2007 590.00 2 842.70 20.75 3 258 525 506.00 2008 560.00 2 946.80 19.01 4 302 033 669.00 2009 644.00 3 383.60 19.03 2 814 183 907.00 Rerata 567.85 2 536.80 23.33 2 562 692 114.00

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

China melakukan impor karet dari berbagai negara. Sumber impor karet yang penting yaitu dari Thailand, Malaysia, Indonesia dan negara di wilayah Asia Tanggara. Pada Tabel 8 menunjukkan jumlah impor karet alam di China, dimana pada tahun 2011 total volume impor karet alam China adalah sebesar 23 064.67 juta

US dollar, sebagian besar karet alam yang diimpor adalah dari Thailand dengan volume sebesar 6 753.77 juta US dollar, kemudian dari Malaysia dengan volume

sebesar 3 805.69 juta US dollar dan dari Indonesia dengan volume sebesar 2 282.46 juta US dollar.

Tabel 8 Volume Impor Karet Alam China dari Berbagai Negara Tahun 2007-2011

(juta US $)

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Ada pun, penggunaan karet alam domestik Thailand masih sedikit, oleh karena itu sebagian besar karet alam Thailand diekspor ke pasar dunia. Pada Tabel 9 di bawah, menunjukkan penggunaan karet alam di Thailand dimana sebagian besar diekspor ke pasar dunia. Contohnya pada tahun 2010 penggunaan karet alam domestik adalah sebesar 0.45 juta ton atau 7.24 persen, sedangkan sisanya diekspor ke pasar dunia sebesar 2.86 juta ton atau 92.72 persen.

Tabel 9 Penggunaan Karet Alam Thailand Tahun 2000-2010

Tahun

Penggunaan Karet Alam Domestik (ribu ton)

Ekspor ke Luar Negeri (ribu ton)

Proporsi Penggunaan Domestik (%) 2000 245.50 2 166.20 9.82 2001 253.10 2 042.10 9.06 2002 278.40 2 354.40 9.45 2003 298.70 2 573.50 9.61 2004 318.60 2 637.10 9.27 2005 334.60 2 632.40 8.86 2006 320.80 2 771.60 9.64 2007 373.70 2 703.80 8.23 2008 397.60 2 675.30 7.72 2009 399.40 2 726.20 7.82 2010 458.70 2 866.40 7.24

Rata-rata Penggunaan Karet Alam Domestik 8.79

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Urutan Negara 2007 2008 2009 2010 2011 2011 % 0 World 9 589.32 11 905.35 10 374.20 16 910.26 23 064.67 - 1 Thailand 1 975.42 2 780.40 2 434.42 4 366.53 6 753.77 29.28 2 Malaysia 1 427.05 1 748.47 1 352.14 2 596.58 3 805.69 16.50 3 Indonesia 804.58 1 085.21 882.31 1 514.27 2 282.46 9.89 4 Japan 1 189.25 1 343.46 1 310.18 1 826.48 2 093.10 9.07 5 Korea, South 853.19 858.62 870.29 1 213.87 1 565.45 6.78 6 United States 687.29 881.87 784.26 1 089.63 1 338.62 5.80 7 Germany 314.50 380.60 383.52 601.42 765.30 3.32 8 Russia 383.05 554.22 350.29 556.95 602.63 2.61 9 Vietnam 272.53 190.95 207.40 526.63 547.36 2.37 10 Taiwan 481.37 472.46 369.30 454.29 511.26 2.21

Lebih lanjut, pasar tujuan ekspor karet alam Thailand sebagian besar diekspor ke pasar China. Berdasarkan Tabel 9 menunjukan volume ekspor karet alam Thailand ke China memperoleh peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2011 jenis karet spesifikasi teknis (Technical Spesified Rubber) memberi kontribusi terbesar yaitu mencapai 2 842.94 juta US dollar, kemudian karet sit asap (Ribber Smoke Sheet)

sebesar 1 227.21 juta US dollar dan karet lateks (Rubber Latex) sebesar 712.83 juta US dollar. Hal demikian dikarenakan pertumbuhan industri kenderaan di China yang cenderung menggunakan karet spesifikasi teknis sebagai bahan baku produksi ban kenderaan, maka beberapa tahun terakhir ini Thailand berupaya menyesuaikan permintaan di pasar China sehinggga saat ini karet spesifikasi teknis menjadi jenis karet yang paling banyak diekpor ke pasar tersebut.

Tabel 10 Volume Ekspor Karet Alam Thailand ke China Tahun 2006-2011

(Juta US $)

Jenis Karet Alam 2006 2007 2008 2009 2010 2011

TSR 19.73 785.04 941.59 667.58 1 303.70 2 842.94

RSS 461.88 403.18 475.97 405.92 486.74 1 227.21

Lateks 262.97 294.63 300.16 328.00 409.33 712.83

Sumber: RRIDA (2011)

Adapun, peraturan impor karet China dari Thailand, walaupun China tidak membatasi jumlahnya namun perusahaan Thailand harus minta lesensi dari pemerintah China sebelum mengimpor karet dan hanya dengan perusahaan tertentu yang diperbolehkan oleh pemerintahnya. China menentukan pajak untuk impor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet-RSS) maupun karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber-TSR) sebesar 20 persen dan karet Lateks 7.5 persen. Selain itu,

semua karet yang diimpor dikenakan Pajak Pertambahan Nilai-PPN sebesar 17 persen. Dengan ini, berdasarkan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China Free

Trade Agreement (ACFTA), China mengklasifikasikan semua jenis karet tersebut adalah jenis produk sensitif tinggi (Highly Sensitive Products) sehingga pajak impor ditetapkan hingga tahun 2015. Dengan itu, ekspor karet alam Thailand masih belum dapat manfaat dari perjanjian tersebut (Anwar 2004).

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Elwanmendri (2000) dengan judul Perdagangan Karet Alam antara Negara Produsen Utama dengan Amerika Serikat, menggunakan data sekunder periode 1970-1997. Analisis dilakukan dengan motode 3SLS, membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan yang terdiri dari tiga kelompok persamaan yaitu persamaan penawaran ekspor karet alam spesifikasi teknis, permintaan impor karet alam spesifikasi teknis Amerika Serikat dan harga ekspor karet spesifikasi teknis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurva penawaran ekspor ketiga negara produsen utama ke Amerika Serikat mempunyai kemiringan positif dengan elastisitas harga atas penawaran adalah inelastis. Kurva permintaan impor

karet spesifikasi teknis Amerika Serikat bersifat inelastis. Sedangkan harga ekspor karet alam spesifikasi teknis di negara produsen utama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak responsif terhadap perubahan harga di pasar Amerika Serikat. Dari angka-angka elastisitas dapat diketahui bahwa harga ekspor karet alam spesifikasi teknis Indonesia lebih responsif terhadap perubahan harga di Amerika Serikat dibandingkan dengan dua negara produsen lainnya.

Penelitian dari Tety (2002) dengan judul Penawaran dan Permintaan Karet Alam Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional, dengan menggunakan data sekunder periode 1969-2000. Analisis dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan dan diduga dengan metode 2SLS. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peubah-peubah yang berpengaruh terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia ke masing-masing negara tujuan ekspor (AS, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan) adalah harga ekspor karet alam Indonesia, produksi, nilai tukar Rupiah terhadap US dollar, pajak ekspor, dan jumlah ekspor karet alam bedakala ke masing-masing negara. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran karet alam negara-negara pesaing Indonesia yaitu Thailand dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam, produksi, dan nilai tukar mata uang negara pengekspor. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku impor dari keempat negara utama yaitu Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan adalah harga impor karet alam, harga impor karet sintetis, nilai tukar, pendapatan perkapita masing-masing negara, dan jumlah impor bedakala masing-masing negara. Untuk harga karet alam internasional dipengaruhi oleh rasio total permintaan impor dan total penawaran ekspor serta harga karet internasional bedakala.

Prabowo (2006) dengan judul Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara-Negara Importir Utama. Secara umum pernelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perdagangan karet alam Indonesia ke negara-negara importir utama. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data derat waktu (time series) triwulanan dari tahun 1995-2004. Metode estimasi model yang diterapkan adalah metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan model bentuk persamaan tunggal yang terdiri dari model dasar yaitu permintaan impor, permintaan ekspor, penawaran impor, dan penawaran ekspor karet alam. Hasil penelitian menujukkan ekspor karet alam dunia secara umum untuk sepuluh tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan yang didominasi oleh Thailand, Indonesia, dan Malaysia, sedangkan konsumsi karet alam dunia secara umum juga cenderung mengalami peningkatan, yang semula didominasi oleh Amerika Serikat telah mengalami pergeseran, dimana sejak tahun 2001 China menjadi negara konsumen karet alam terbesar di dunia. Sementara perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan tren yang terus meningkat dimana terjadi pergeseran jenis karet alam yang diperdagangkan dari dominasi karet RSS menjadi karet TSR. Selain itu, faktor dominan yang mempengaruhi permintaan impor karet alam Amerika Serikat adalah GDP dengan respon yang elastis, sementara permintaan impor karet alam Jepang tidak responsif terhadap perubahan harga impor karet alam dan GDP-nya.

Penelitian yang dilakukan oleh Ella Hapsari Hendratno (2008) dengan judul Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia di Negara China. bertujuan untuk

mengidentifikasi perkembangan permintaan ekspor karet alam Negara China, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia di China, serta menganalisis strategi pengembangan ekspor karet alam Indonesia. Data yang digunakan adalah data dari tahun 1976-2007, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, OLS, serta SWOT. Hasil dari analisis OLS menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan ekspor karet alam Indonesia di China adalah harga ekspor karet alam Indonesia ke China tahun sebelumnya, harga karet sintetis dunia, GDP per kapita China, nilai tukar yuan per dollar US dan volume ekspor karet alam Indonesia ke China tahun sebelumnya.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwa dari penelitian yang dipilih tersebut karena ada keterkaitan dengan penelitian ini pada tiga aspek yaitu: (1) aspek penawaran ekspor karet spesifikasi teknis, (2) aspek permintaan impor karet spesifikasi teknis, dan (3) aspek harga karet spesifikasi teknis. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengruhi baik penawaran, permintaan maupun harga karet spesifikasi terdapat bahwa masing-masing penelitian tersebut tidak jauh beda dalam menentukan faktor-faktor ke dalam model karena semuanya bangkit dari dasar teori yang sama sehingga faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan perilaku perdagangan karet spesifikasi teknis sesuai tujuan penelitian masing-masing. Selain itu, model dalam penelitian tersebut dapat menjadi manfaat sebagai contoh untuk mengedentifikasi model dalam penelitian ini.

Kerangka Teoritis

Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor Karet Alam di Pasar Internasional Perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan penawaran dan permintaan antara suatu negara dengan negara lain, setiap Negara tidak dapat menghasilkan semua komoditas atau barang yang dibutuhkan oleh rakyat, adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu dan adanya keinginan suatu negara untuk memperluas pasaran komoditas ekspor serta untuk meningkatkan devisa bagi kegiatan pembangunan (Tety 2002).

Secara grafis mekanisme penawaran dan permintaan dalam perdagangan internasional dapat digambarkan seperti Gambar 3 dimana kurva penawaran dan permintaan di negara A yaitu SA dan DA sedangkan di negara B yaitu SB dan DB serta

Negara A (Eksportir) Negara B (Importir) Pasar Dunia

Gambar 3 Proses Terjadinya Perdagangan antara Dua Negara Besar

Berdasarkan Gambar 3 dengan mengasumsikan negara A dan B adalah negara besar yang berpengaruh pasar dunia, terlihat bahwa sebelum terjadinya perdagangan dunia harga di Negara A sebesar PA0, sedangkan di Negara B sebesar PB0. Penawaran

di pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih tinggi dati PA0, sedangkan

permintaan di pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih kecil dari PB0. Pada saat

harga dunia (PW2) sama dengan PA0 maka di Negara A tidak terjadi excess supply,

namun di Negara B akan terjadi excess demand. Adapun jika harga dunia (PW1) sama

dengan PB0 maka di Negara A akan terjadi excess supply, namun di Negara B tidak

terjadi excess demand. Dari PA0 dan PB0 tersebut maka akan terbentuk kurva ES dan

ED di pasar dunia, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar dunia sebesar PW0. Dengan adanya perdagangan tersebut

maka Negara A akan mengekspor komoditas (karet alam) sebesar x, sedangkan Negara B akan mengimpor karet alam sebesar m, dimana si pasar dunia besarnya x sama dengan m yaitu QW0 (Novindra 2011).

Dampak Kebijakan Pajak Impor terhadap Perdagangan Karet Alam

Dokumen terkait