• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Romantic Relationship

1. Definisi Romantic Reationship

Sternberg (dalam Florsheim, 2003), mengatakan bahwa love dan romantic relationship biasanya dideskripsikan dalam istilah-istilah connectedness, relatedness, bondedness, atau hasrat untuk menjalin hubungan yang intim. Menurut Brehm (dalam Karney, 2007), romantic atau intimate relationship adalah bagaimana seseorang mempersepsikan perubahan hubungan yang resiproksitas, emosional, dan erotis yang sedang terjadi dengan pasangannya.

Furman et al (1999) menjelaskan tiga definisi romantic relationship berdasarkan karakteristik-karakteristik dari hubungan tersebut, yaitu:

1. Keromantisan melibatkan suatu hubungan, pola yang berlangsung terus menerus dari asosiasi dan interaksi antara dua individu yang mengakui suatu hubungan dengan yang lainnya.

2. Pada romantic relationship terdapat unsur kesukarelaan dari kedua pasangan untuk mempertahankan suatu hubungan. Sebagian romantic relationship mungkin berakhir dalam ketidakcocokan dengan pasangan mereka. Untuk itu dibutuhkan pengorbanan dari setiap pasangan untuk keberhasilan hubungan romantis mereka.

3. Merupakan beberapa bentuk dari ketertarikan (attraction). Ketertarikan ini khususnya melibatkan komponen seksual. Ketertarikan seksual sering

dinyatakan dalam beberapa bentuk perilaku seksual, tapi tidak selalu. Perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh pribadi, religiusitas, dan nilai-nilai budaya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa romantic relationship merupakan suatu hubungan yang melibatkan hubungan yang emosional, dimana didalamnya terdapat unsur kesukarelaan dan pengorbanan dari kedua pasangan untuk saling menjaga suatu hubungan. Pada romantic relationship juga terdapat beberapa bentuk ketertarikan seksual terhadap pasangannya.

Spanier (dalam De Munck, 1998) mendefinisikan romantic relationship sebagai sebuah disposisi umum individu terhadap cinta, perkawinan, keluarga, dan suatu hubungan yang melibatkan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Menurut Baron (2006) dalam romantic relationship individu ingin menyukai dan disukai oleh pasangan, maka perlu adanya kesesuaian untuk saling melengkapi, pujian dan kasih sayang yang ditunjukkan terus menerus. Definisi lain dari romantic relationship juga dikemukakan oleh Albino & Cooper (dalam Florsheim, 2003) sebagai suatu hubungan serius yang akan dialami oleh setiap individu, dimana mereka memiliki perasaan romantis yang kuat terhadap seseorang.

Dari definisi beberapa tokoh-tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa romantic relationship merupakan suatu hubungan yang resiprok (disukai dan menyukai) diantara dua individu, dimana dalam suatu hubungan terdapat perasaan romantis yang dimiliki dari kedua individu.

2. Elemen-elemen Romantic relationship

Terdapat empat elemen penting pada romantic atau intimate relationship yang dikemukakan oleh Prager (1989), yaitu:

1. Afeksi

Seseorang merasakan bahwa dirinya diperhatikan, disayang dan dibutuhkan oleh pasangannya. Bila masing-masing individu dapat menjalankan hal tersebut, maka akan meningkatkan keintiman pada pasangan tersebut.

2. Kepercayaan

Dengan menaruh kepercayaan kepada pasangan, maka keutuhan hubungan akan mudah terjaga sehingga meningkatkan jalinan intimasi dalam hubungan.

3. Rasa Kebersamaan

Dengan rasa kebersamaan, tingkat keintiman hubungan akan meningkat dari hari kehari.

4. Berbagi waktu dan aktivitas

Dengan intensnya waktu dan aktivitas bersama maka lama-kelamaan pasangan akan merasa lebih intim dalam menjalin hubungan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat elemen penting dalam romantic atau intimate relationship yang dikemukakan oleh Prager, yaitu elemen afeksi, kepercayaan, rasa kebersamaan, berbagi waktu dan aktivitas.

Sedangkan Sternberg (1988) mengemukakan elemen-elemen intimasi sebagai berikut:

1. Keinginan atau hasrat untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai.

2. Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai dan menikmati saat-saat bersama pasangannya.

3. Menghargai orang yang dicintai dengan kesadaran bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

4. Dapat diandalkan saat orang yang dicintai membutuhkan, dan saling berbagi dalam suka dan duka.

5. Saling pengertian satu sama lain.

6. Saling berbagi kepunyaan/ miliknya dengan orang yang dicintai. 7. Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai

8. Berkomunikasi secara intim dengan orang yang dicintai.

Kedelapan elemen yang dikemukakan oleh Strenberg merupakan elemen-elemen yang mempengaruhi keintiman pada pasangan. Jika kedelapan elemen-elemen tersebut terpenuhi oleh setiap pasangan yang terlibat dalam romantic relationship, maka pasangan tersebut akan mencapai kepuasan dalam hubungan yang mereka jalani.

3. Romantic Relationship Satisfaction

Kepuasan hubungan (romantic satisfaction) adalah sejauh mana individu puas dengan hubungan romantisnya, yang merupakan indikator kuat dari

hubungan jangka panjang dan keberhasilan dalam hubungan yang intim. Selain itu romantic relationship satisfaction juga didefinisikan sebagai suatu konsep psikologis abstrak yang merupakan tingkat kepuasan seseorang yang terlibat dalam hubungan romantis (dalam Anderson & Emmers-Sommer, 2006).

Menurut Rusbult (dalam De Munck, 1998) pada model investasi (the investment model), kepuasan didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara outcome value dengan comparison level. Dimana outcome value didefinisikan sebagai perbedaan antara reward (atribut-atribut yang bernilai positif seperti ketertarikan fisik, saling melengkapi kebutuhan-kebutuhan) dan cost (atribut-atribut yang bernilai negatif seperti tingkah laku yang memalukan, ketidaksetiaan). Sedangkan comparison level didefinisikan sebagai harapan-harapan individu dari hubungannya. Menurut teori investment model, fungsi dasar dari comparison level adalah beberapa penilaian subyektif yang diberikan individu dalam mengevaluasi tingkat kepuasan yang dicapainya dalam suatu hubungan.

4. Dimensi-dimensi Romantic Relationship Satisfaction

Lawrence, Barry, & Brock (dalam Cuyler & Ackhart, 2009) mengukur tingkat kepuasan hubungan dengan menggunakan dimensi-dimensi dari kualitas hubungan, yaitu:

1. Communication and conflict management (pengelolaan komunikasi dan konflik). Terdiri dari frekuensi dan lamanya percekcokan dan perbedaan pendapat, agresi secara verbal, psikologis dan fisik, menarik diri pada

waktu percekcokan terjadi, emosi-emosi dan tingkah laku pada saat sebelum, selama dan sesudah percekcokan, serta strategi pemecahan (resolusi) konflik.

2. Inter- partner support (dukungan antar - pasangan). Terdiri dari empat tipe dukungan ketika salah satu pasangan mengalami hari yang buruk, feeling down, atau memiliki masalah. Tipe-tipe dukungan yang digunakan yaitu, dukungan emosional seperti saling berbicara dan mendengarkan satu sama lain, memegang tangan, memeluk. Dukungan nyata baik secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk dari dukungan langsung adalah ketika salah satu pasangan membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah atau membuat situasi menjadi lebih baik, sedangkan bentuk dari dukungan tidak langsung adalah dengan memberikan semangat dan menyediakan waktu bagi pasangan agar ia dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Dukungan informasional seperti memberikan nasehat, memberikan informasi-informasi kepada pasangan, membantu pasangan memikirkan jalan keluar masalah yang dihadapinya. Serta dukungan penghargaan, yaitu dengan menunjukkan kepercayaan pada kemampuan pasangan untuk menangani sesuatu.

3. Emotional closeness and intimacy (kedekatan emosional dan keintiman). Terdiri dari perasaan bersama pada kedekatan, kehangatan, afeksi, dan saling ketergantungan pada pasangan.

4. Sensuality and sexuality (sensualitas dan seksualitas), sexuality yaitu mengekspresikan perasaan-perasaan dan merasa senang jika ada kontak

fisik dengan pasangannya. Sedangkan sensuality terdiri dari frekuensi sentuhan, berciuman dan memeluk pasangan.

5. Respect and control (saling menghormati dan kontrol). Penerimaan dan melihat secara positif suatu kejadian ketika salah satu tidak setuju dengan pasangannya, kesesuaian dalam pembuatan keputusan dalam berbagai macam area, dan kepuasan pasangan dalam pembagian tanggung jawab. Kelima dimensi yang dikemukakan oleh Lawrence, Barry, & Brock diatas merupakan dimensi dari kualitas hubungan yang akan digunakan dalam pengukuran tingkat kepuasan hubungan romantis pada pasangan. Kelima dimensi tersebut yaitu, Communication and conflict management, Inter-partner support, Emotional closeness and intimacy, Sensuality and sexuality, Respect and control.

5. Romantic relationship pada Remaja

Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah membentuk hubungan yang baru dan lebih matang dengan lawan jenis (Hurlock, 2004). Ketika mereka sudah matang secara seksual, baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan mulai mengembangkan sikap yang baru pada lawan jenisnya. Sebagian besar remaja mulai terlibat dalam romantic relationship dengan pasangannya, seperti berpacaran, menjalin hubungan percintaan, dan membentuk komitmen yang mendalam (Levesque, dalam Newman, 2006).

Sejak masa pubertas, remaja menjadi semakin tertarik dalam romantic relationship, dan mereka menjadi lebih atraktif dengan pasangan romantisnya (Miller & Benson, dalam Florsheim, 2003). Pengalaman dalam menjalin

romantic relationship dengan pasangan romantis berbeda dengan pengalaman menjalin romantic relationship dengan keluarga. Kedekatan hubungan seseorang dengan keluarga dan teman dibatasi oleh rasa hormat, hubungan pekerjaan, sekolah, berbagi aktivitas dan berbagi cerita atau nasehat, sedangkan hubungan yang dijalin seseorang dalam romantic relationship lebih didasari oleh komitmen, kepercayaan, kasih sayang dan keintiman yang lebih mendalam (Papalia, Olds & Feldman, 2001).

Menurut Sullivan (dalam Florsheim, 2003) romantic relationship merupakan bagian yang penting dalam tugas perkembangan remaja dan memainkan peranan yang penting dalam proses perkembangan selama masa remaja. Romantic relationship berperan penting dalam serangkaian tugas perkembangan pada masa remaja, yang meliputi:

1. Pengembangan identitas.

2. Transformasi hubungan keluarga.

3. Menjali hubungan dengan teman sebaya. 4. Perkembangan seksualitas.

5. Pencapaian prestasi dan perencanaan karir

Duvall dan Miller (1985) menyebutkan romantic relationship sebagai “dating”, hubungan ini bagi remaja memiliki beberapa fungsi, diantaranya untuk:

1. Sebagai hiburan

Melalui dating seseorang akan merasa terhibur jika mereka merasa tertekan. Dengan pengalaman dating seseorang dapat merasakan perasaan

senang dan bergairah, karena dirinya dapat berbagi aktivitas, cerita dan perasaan dengan pasangannya.

2. Sebagai kebutuhan untuk menghindari tekanan sosial atau kritik sosial Melalui dating seseorang ingin mengklasifikasikan kepada masyarakat bahwa dirinya “normal’ seperti individu lainnya yang juga berpacaran. 3. Sebagai sarana untuk mencari pasangan

Melalui dating seseorang dapat menjalani proses mencari dan berkenalan dengan seseorang yang mereka sukai untuk kemudian dapat dijadikan pasangan hidupnya.

4. Sebagai kebutuhan untuk memperkenalkan dan membiasakan diri pada pasangan. Melalui dating seseorang belajar menyukai, disukai dan belajar diterima oleh pasangannya.

5. Sebagai sarana kesempatan untuk memenuhi kebutuhan seksual

Beberapa individu menjalankan dating sebagai sarana untuk menyalurkan kebutuhan seksualnya seperti keinginan berciuman atau berpelukan. 6. Sebagai sarana bersosialisasi

Melalui dating individu dapat menyalurkan kebutuhannya bersosialisasi, karena individu akan mulai berkenalan dengan teman-teman atau lingkungan pasangannya sehingga intensitasnya dalam bersosialisasi meningkat.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dating memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk sebagai hiburan, kebutuhan untuk menghindari tekanan sosial atau kritik sosial, sarana untuk mencari pasangan,

kebutuhan untuk memperkenalkan dan membiasakan diri pada pasangan, sarana kesempatan untuk memenuhi kebutuhan seksual, dan sebagai sarana bersosialisasi.

Terdapat tipe-tipe hubungan dalam romantic relationship yang dikemukakan oleh Duvall dan Milller (1985), yaitu:

1. Casual dating : pada tipe ini seseorang berkencan dengan beberapa individu pada saat yang sama.

2. Regular dating: pada tipe ini seseorang sudah memilih orang yang benar-benar disukai dan hanya berkencan dengan orang tersebut.

3. Steady dating : tipe ini merupakan periode yang serius karena pada umumnya pasangan lebih rutin dalam berpacaran dan rutin memenuhi kebutuhan pasangannya. Meskipun begitu, masih banyak juga yang akhirnya berpisah.

4. Engagement : pada tipe ini seseorang sudah mantap untuk menjadikan pasangannya sebagai calon pendamping hidupnya.

Pada remaja biasanya tipe hubungan yang sering dijumpai adalah casual dating, regular dating dan steady dating. Ada juga remaja yang telah sampai pada tipe hubungan engagement, namun biasanya tipe hubungan ini lebih sering dijumpai pada usia dewasa.

B. BODY IMAGE

Dokumen terkait