• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.3. Identifikasi Stasiun Kerja Bottleneck dan Non-Bottleneck

3.3.1. Rough Cut Capacity Planning

Rough Cut Capacity Planning (RCCP) menghitung kebutuhan kapasitas

tersedia. Rumus untuk menghitung kapasitas yang dibutuhkan produk k pada stasiun kerja i untuk periode j (Fogarty, dkk, 1991) yaitu:

Capacity Required = Σ aik bkj untuk semua i, j Keterangan:

aik = Waktu pengerjaan produk k pada stasiun kerja i

bkj = Jumlah produk k yang akan dijadwalkan pada periode j Sedangkan rumus untuk menghitung kapasitas tersedia yaitu:

Capacity Available = Time Available x Utilization x Efficiency

Time Available (waktu tersedia) diperoleh dengan mengalikan total jam

kerja selama periode satu bulan dengan jumlah mesin pada stasiun kerja tertentu. Total jam kerja dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah hari kerja, jumlah jam kerja, dan jumlah shift kerja per hari. Utilitas adalah ukuran kemampuan stasiun kerja dalam memanfaatkan kapasitas tersedia secara efektif. Sedangkan efisiensi menjelaskan keadaan seberapa jauh stasiun kerja tertentu mampu menggunakan kapasitas yang tersedia secara efisien.

Kapasitas dibutuhkan (capacity requirement) dapat dihitung apabila diketahui waktu pengerjaan produk pada stasiun kerja tertentu atau disebut juga waktu baku. Waktu baku dapat dicari dengan mengetahui waktu siklus proses,

rating factor, dan allowance dari operator. Dalam penelitian Kurnia dan Rochman

(2010) yang bergerak di bidang industri tekstil, pengukuran waktu siklus proses dilakukan dengan metode jam henti. Metode ini menggunakan stopwatch sebagai alat utamanya.

Metode jam henti merupakan cara yang paling banyak dikenal dan digunakan karena kesederhanaan aturan-aturan yang dipakai. Aturan-aturan pengukuran dijelaskan dalam langkah-langkah berikut ini (Sutalaksana, 1979): 1. Langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran

a. Penetapan tujuan pengukuran

Hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran, serta berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

b. Melakukan penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mencari waktu yang seharusnya diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.

c. Memilih operator

Operator yang dipilih adalah operator yang pada saat pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar. Syarat-syarat operator yang diamati adalah berkemampuan normal dan dapat diajak kerja sama. Syarat ini harus dipenuhi agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan hasilnya dapat diandalkan.

d. Melatih operator

Operator harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa dengan kondisi kerja yang telah ditetapkan sebelum diukur. Dari kegiatan ini dicari waktu

penyelesaian pekerjaan yang wajar dan bukan penyelesaian dari orang operator yang bekerja secara kaku dengan berbagai kesalahan.

e. Mengurai pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan

Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan yaitu merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur waktu siklusnya. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan.

f. Menyiapkan alat-alat pengukuran

Langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran, yaitu menyiapkan alat- alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah stopwatch, lembar pengamatan, pena atau pensil, serta papan pengamatan.

2. Melakukan pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan dengan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya, baik setiap elemen ataupun siklus. Posisi pengamat sebaiknya tidak mengganggu gerakan-gerakan operator. Posisi ini sebaiknya juga memudahkan pengukur mengamati jalannya pekerjaan sehingga dapat mengikuti dengan baik jalannya suatu siklus pekerjaan. Umumnya posisi agak menyimpang di belakang operator sejauh 1,5 meter merupakan tempat yang baik. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Dalam pengukuran

pendahuluan, pengaturan dilakukan dengan sebanyak yang ditentukan oleh pengukur, biasanya sepuluh kali atau lebih pengukuran.

3. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian.

4. Melakukan perhitungan waktu baku

Jika semua data yang didapat telah seragam dan jumlahnya telah memenuhi, maka kegiatan pengukuran waktu telah selesai. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan nilai waktu baku.

3.3.1.1.Pengujian Keseragaman Data

Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebar seragam atau tidak. Melalui pengujian ini dapat dideteksi adanya perbedaan-perbedaan dan data-data yang berada di luar batas kendali (out of control) yang dapat digambarkan pada peta kontrol. Data-data yang demikian dibuang dan tidak dipergunakan dalam perhitungan selanjutnya. Rumus untuk menghitung keseragaman data adalah:

Keterangan:

xi = Waktu pengukuran x = Waktu rata-rata s = Simpangan baku BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah k = Tingkat ketelitian

3.3.1.2.Pengujian Kecukupan Data

Pengujian kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari pengamatan mencukupi untuk dilakukan perhitungan atau tidak. Rumus untuk menghitung kecukupan data adalah:

Keterangan:

k = Tingkat kepercayaan s = Tingkat ketelitian N = Jumlah data awal

N’ = Jumlah data minimal yang diperlukan xi = Waktu pengukuran

3.3.1.3.Penentuan Rating Factor

Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidak-wajaran yang dapat terjadi seperti bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan dalam bekerja dapat mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian.

Penilaian penyesuaian dilakukan apabila pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus/elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator. Oleh karena itu pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian (rating factor). Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas batas kewajaran (terlalu cepat) maka rating factor akan lebih besar dari satu (p > 1 atau p > 100%). Bila operator dipandang bekerja di bawah normal (terlalu lambat) maka rating factor akan lebih kecil dari satu (p < 1 atau p < 100%). Dan apabila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan normal atau wajar maka rating factor akan sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%). Untuk kondisi kerja dimana operasi dilakukan oleh mesin sepenuhnya maka waktu yang diukur dianggap waktu normal (Wignjosoebroto, 1995).

Salah satu sistem untuk memberikan rating factor, yaitu westing house

system rating. Selain kecakapan dan usaha sebagai faktor yang mempengaruhi

performance manusia, westing house menambahkan kondisi kerja, dan konsistensi

mempengaruhinya. Westing house telah berhasil membuat suatu tabel

performance rating yang berisikan nilai-nilai berdasarkan tingkatan yang ada

untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada, dilakukan dengan mengalikan waktu yang diperoleh dari hasil pengukuran kerja dengan jumlah keempat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance

yang ditunjukkan oleh operator.

3.3.1.4.Penetapan Kelonggaran (Allowance)

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

Kelonggaran yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, berbicara dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja.

2. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique

Rasa lelah menyebabkan hasil produksi menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun.

Hambatan yang tak dapat dihindarkan terjadi karena berada di luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Beberapa contoh hambatan yang tak dapat terhindarkan adalah menerima petunjuk dari pengawas, melakukan penyesuaian mesin, dan mengasah peralatan potong.

3.3.1.5.Penetapan Waktu Baku

Jika pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, serta jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut untuk mendapatkan waktu baku. Perhitungan waktu baku dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dokumen terkait