• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJMN 2015-2019: INNOVATE

RPJMN 2020-2025:

TRANSFORM

Menutup blank spot Tingkat penetrasi TV digital 35% populasi

w 88% kab/kota dijangkau layanan broadband

w Tingkat penetrasi broadband 30% populasi

Indeks e-government nasional: 3,0 dari 4,0

w Menyelesaikan penggelaran broadband ke kab/kota, sekolah, dan fasilitas publik;

w Upgrade fasilitas USO menjadi broadband;

w Menyelesaikan migrasi ke TV digital dan memanfaatkan digital dividend;

w Mengitegrasikan fasilitas data dan informasi pemerintah;

w Menyelesaikan agenda digital literacy/digital inclusion. Visi RPJPN 2025: Masyarakat indonesia yang mandiri, maju, adil, dan

Sumber: IBP, KP3EI, 2013

Dalam melaksanakan pembangunan broadband, Pemerintah memiliki kebijakan dan strategi dalam pembangunan infrastruktur. Kebijakan ini meliputi 6 bagian, yaitu mentransformasi kewajiban pelayanan

universal (universal service obligation) menjadi broadband-ready, mengoptimalkan pemanfaatan spektrum

frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas, mendorong pembangunan ixed/wireline broadband, mendorong dunia usaha sebagai aktor utama dalam pembangunan broadband, membangun

infrastruktur broadband di daerah perbatasan negara, dan memberikan perlindungan kualitas dan keamanan

informasi kepada pengguna layanan.

Sementara untuk kebijakan dan strategi utilisasi/adopsi meliputi empat bagian, yaitu : mempercepat

implementasi e-government dengan mengutamakan prinsip keamanan, interoperabilitas, dan cost effective;

pemerintah sebagai fasilitator untuk mendorong penggunaan broadband; mendorong tingkat literasi TIK;

dan mendorong inovasi.

Sumber: IBP, KP3EI, 2013

Agar pengembangan broadband nasional mampu mengubah potensi menjadi manfaat nyata, beberapa persyaratan harus dipenuhi seperti tersedianya infrastruktur, terjangkaunya harga layanan, tersedianya konten, dan cukupnya tingkat literasi masyarakat. Peran Pemerintah diperlukan untuk akselerasi sehingga

percepatan pertumbuhan broadband nasional dapat terwujud. Peran Pemerintah diberikan tidak hanya

untuk percepatan dan pemerataan penggelaran infrastruktur tetapi juga untuk agregasi permintaan, serta peningkatan kualitas utilisasi/adopsi. Peran Pemerintah dapat berbentuk: Kebijakan/Regulasi; dan/atau pendanaan.

Sebagai instrumen akselerasi, kebijakan dan regulasi bersifat stimulan dan katalisator bagi pengembangan

broadband nasional. Kebijakan dan regulasi yang tepat menjadi sangat penting karena pengembangan broadband

nasional sebagian besar bertumpu kepada dunia usaha. Harmonisasi dan sinkronisasi antara satu kebijakan/ regulasi dengan yang lain baik yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah juga

penting. Kebijakan dan regulasi pengembangan broadband nasional dimaksudkan untuk memastikan layanan

broadband dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, tanpa diskriminasi, dengan harga terjangkau. Kebijakan dan regulasi tersebut dapat bersifat sektoral (pengaturan dalam sektor TIK), lintas sektor (pengaturan oleh sektor lain), maupun regional (pengaturan oleh pemerintah provinsi/ kabupaten/kota).

Sumber: IBP, KP3EI, 2013

Gambar LK- 29. Instrumen Akselerasi Pengembangan Broadband

Secara spesiik, kebijakan dan regulasi pengembangan broadband nasional ditetapkan untuk:

1. Menciptakan iklim berusaha yang kondusif dengan menekan regulatory cost dan menciptakan insentif;

2. Menciptakan kompetisi, open access, mencegah terjadinya perilaku monopoli, dan menghilangkan barrier

3. Memastikan pengalokasian dan penggunaan sumber daya (infrastruktur, spektrum frekuensi) secara

efektif dan eisien, serta memastikan tidak terjadinya pemusatan sumber daya terbatas;

4. Memungkinkan penggunaan berbagai teknologi dengan mendorong teknologi netral;

5. Mendukung pengembangan aplikasi, konten, dan industri TIK dalam negeri serta penggunaannya;

6. Memberikan perlindungan konsumen atas keamanan data/informasi dan kualitas layanan.

Sebagai salah satu bentuk peran pendanaan Pemerintah dimaksudkan untuk membuka sumbatan

dalam rangka percepatan pertumbuhan dan adopsi broadband. Dukungan pendanaan Pemerintah diberikan

dengan memperhatikan:

1. Kondisi dan kapasitas keuangan negara. Pemberian dukungan pendanaan diutamakan berasal dari PNBP sektor TIK seperti Dana USO dan Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) Frekuensi.

2. Kemampuan pasar. Pembangunan broadband dilakukan melalui kolaborasi antara Pemerintah dan

dunia usaha. Dengan demikian, Pemerintah tidak mengambil alih peran dan tidak bersaing dengan penyelenggara. Pemberian dukungan pendanaan Pemerintah harus dipastikan tidak menimbulkan kegagalan pasar.

3. Skema pendanaan yang sesuai yaitu tepat sasaran (efektif), tanpa duplikasi investasi (eisien), dan

menjamin keberlanjutan.

4. Inovasi model bisnis dengan pengelolaan risiko yang proporsional dan tidak hanya berbasis aset. Sesuai dengan trend global yang beralih dari belanja modal (capex) ke belanja operasional (opex) menuntut Pemerintah untuk teliti dalam melakukan investasi.

Sumber: IBP, KP3EI, 2013

Konsep strategi pendanaan pengembangan broadband dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: (1)

optimalisasi pemanfaatan APBN; (2) eisiensi pemanfaatan APBN; dan (3) mobilisasi dana di luar APBN.

Strategi pertama yaitu optimalisasi pendanaan APBN dapat berbentuk pemanfaatan Dana USO seperti yang sedang berlangsung saat ini. Bentuk optimalisasi lainnya adalah optimalisasi PNBP Frekuensi. Apabila

alokasi BHP Frekuensi yang kembali ke sektor TIK dapat ditingkatkan, maka pengembangan broadband dapat

dipercepat tanpa harus memberatkan APBN karena pada dasarnya baik Dana USO maupun BHP Frekuensi

berasal dari sektor TIK. Selain itu pemilihan model bisnis yang lebih efektif dan eisien, tidak terpaku kepada

skema belanja modal, juga dapat menjadi pilihan yang tidak memberatkan APBN.

Strategi kedua (eisiensi pemanfaatan APBN) difokuskan melalui implementasi co-inancing dan

infrastructure sharing, seperti pembangunan database e-government secara terpadu, pembangunan pipa

saluran (duct) umum yang dapat digunakan berbagai infrastruktur (listrik, telepon, dan sebagainya), dan

penggunaan right of way infrastruktur lain seperti jalan tol dan tiang listrik. Langkah kedua strategi eisiensi pemanfaatan APBN juga dilakukan melalui sinkronisasi APBN Kementerian/Lembaga untuk belanja ICT yang dimaksudkan untuk menghindari duplikasi.

Adapun strategi ketiga adalah mobilisasi dana di luar APBN. Strategi ini diwujudkan melalui

implementasi kerjasama antara pemerintah dan swasta, serta menekan atau bahkan menghapuskan regulatory

cost akibat tidak konsisten dan tidak sinkronnya berbagai peraturan.

Lima aspek kunci keberhasilan Indonesia Broadband Plan (termasuk dampaknya ke Broadband Economy)

dapat dipetakan atas aspek “5 a+ e”, yaitu access, availability, affordability, ability, awareness dan empowering. Sumber: IBP, KP3EI, 2013

Gambar LK- 31. Strategi Pendanaan Pembangunan Broadband OPTIMALISASI

PEMANFAATAN APBN PEMANFAATAN APBNEFISIENSI MOBILISASI DANA DI LUAR APBN

w Pemanfaatan Dana USO

(ongoing) w Optimalisasi BHP

Frekuensi.Saat ini, PNBP dari BHP Frekuensi mencapai Rp 10 T, tetapi yang kembali ke sektor (dialokasikan melalui Kemkominfo) hanya 6%. w Model bisnis yang lebih

efektif dan eisien (tidak

terpaku kepada belanja modal)

w Pembentukan ICT Fund

yang bersifat jangka panjang

Ruang lingkup: internal K/L Ruang lingkup: lintas K/L Ruang lingkup: nasional

w Implementasi co-inancing dan infrastructure sharing

misal: pembangunan data base e-government secara terpadu; pembangunan duct umum yang dapat digunakan untuk berbagai infrastruktur (kabel listrik, telepon, dsb); penggunaan

right of way infrastruktur lain seperti tiang listrik. w Sinkronisasi APBN K/L

untuk belanja ICT untuk menghindari duplikasi

w Implementasi Proyek Kerjasama KPS. Saat ini sektor ICT lebih banyak menggunakan skema perizinan.

w Menciptakan kondisi investasi dan berusaha yang kondusif dengan menekan regulatory cost

yang disebabkan oleh tidak konsisten dan tidak sinkronnya peraturan termasuk peraturan daerah.

Langkah-langkah strategis menuju terbangunnya Broadband Economy dapat dicapaidiantaranya melalui :

w Memberdayakan komunitas UMKM dan para penggiatnya dengan pelatihan-pelatihan broadband agar

dapat tetap kompetitif dan bahkan lebih kompetitif di tengah ekonomi global.

w Mengupayakan langkah-langkah dan program-program untuk membantu masyarakat Indonesia tetap

kompetitif dan inovatif pada era ekonomi abad ke-21, dengan menempatkan broadband sebagai prioritas

dalam pengembangan regional.

w Membantu usaha-usaha untuk menghilangkan hambatan-hambatan regulasi bagi para pekerja berbasis

teknologi untuk melaksanakan pekerjaannya dari mana pun (teleworkers).

Di era Broadband Economy, keamanan informasi menjadi syarat mutlak bagi terbangunnya trust

(kepercayaan) di kalangan bisnis dan industri dalam mengembangkan sayap e-commerce/e-business mereka.

Upaya-upaya strategis dan taktis perlu dilakukan secara terkoordinasi untuk peningkatan kemampuan bangsa, serta perluasan kesadaran dan budaya masyarakat di bidang keamanan informasi, guna mengantisipasi peningkatan kuantitas dan kualitas ancaman dan kejahatan cyber (cyberthreats & cybercrimes).

Sementara itu, e-Leadership pada skala nasional dan lokal, adalah faktor pentingbahkanpenentu dalam

menjamin keberlangsungan pembangunan infrastruktur dan ekosistem Broadband dan keterwujudan manfaat

Broadband Economy bagi seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari Pusat hingga ke daerah-daerah.

Untuk mencapai masyarakat informasi Indonesia dapat terwujud berbasis 3 faktor utama yaitu infrastruktur yang merata dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia, kualitas layanan komunikasi yang terjaga baik dari sisi teknologi maupun konten, serta masyarakat yang berdaya (IT literate) secara sosial dan ekonomi.

Sumber: Hasil rekomendasi Rakornas Kemkominfo, 2013

Gambar LK-32. Aspek Kunci Keberhasilan Indonesia Broadband Plan

Access

w infrastruktur Telekomunikasi dan Internet

Availability

Affordability

Ability