• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN TPS KABUPATEN LOMBOK TIMUR

RTRW beruba

h

Debit banjir sehingga perlu

dirancang sesuai kala ulang hujan 5, 10, 25 tahun debit banjir

rancangan sesuai perubahan

RTRW Kabupaten Lombok Timur

Skenario Jangka menengah di sektor drainase

1. Perbaikan saluran

drainase yang mengalami

kerusakan dan

normalisasi sungai.

2. Penataan kawasan

prioritas yang mengalami banjir berupa perbaikan

saluran terintegrasi

dengan sektor Bangkim.

3. Perbaikan kawasan

sempadan dengan

pembuatan talud dan

tanggul sungai untuk

mencegah luapan air

sungai.

2. Perbaikan saluran drainase dengan normalisasi sungai beserta DAS-nya sesuai skenario yang ada di masterplan drainase Kabupaten Lombok Timur.

3. Pembuatan sarana penyimpan air hujan untuk mengelola banjir dapat berupa sumur resapan, embung atau bendung air dengan tujuan menahan air tidak langsung run off ke daerah hilir sehingga dampak banjir dapat diminimalisir

4. Perbaikan kawasan sempadan sungai untuk mengatasi longsoran dan banjir ke daerah sekitarnya jika daerah permukiman lebih rendah dari elevasi sungai

Gambar 6.10 SPM Sektor Penyehatan Lingkungan dan Permukiman

No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Waktu Pencapaian Keterangan Indikator Nilai 1. Penyediaan Sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) permukiman perkotaan persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai 60% 2019 Dinas Kebersihan atau Dinas Kesehatan persentase pengurangan sampah di perkotaan 20% 2019 Dinas Kebersihan persentase pengangkutan sampah 70% 2019 Dinas Kebersihan persentase pengoperasian TPA 70% 2019 Dinas Kebersihan persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota 50% 2019 Dinas Pekerjaan Umum * (tolong diperbaiki jika ada dinas yang lebih tepat) Tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2

jam) lebih dari 2 kali setahun

50%

6.4 Sistem Penyediaan Air Minum

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM. Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) di Kabupaten Lombok Timur antara lain:

i. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

ii. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

iii. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

iv. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

v. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005. Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:

 Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;

 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

 Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

6.4.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan

Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum; 2. Pengembangan Pendanaan;

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum; 6. Rencana Pengamanan Air Minum;

7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan

8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur (RPI2JM) yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

Secara umum kebijakan pengembangan SPAM di Kabupaten Lombok Timur mengacu pada Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM (KSNP-SPAM) yaitu dibagi menjadi lima kelompok, diantaranya adalah:

1. Peningkatan cakupan dan kualitas air minum bagi seluruh masyarakat Kabupaten Lombok Timur

2. Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari berbagai sumber secara optimal

3. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan 4. Peningkatan penyediaan Air Baku secara berkelanjutan

5. Peningkatan peran dan kemitraan dunia usaha, swasta, masyarakat dan jender

Berdasarkan dokumen AMPL (Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2010) Kobupaten Lombok Timur Isu strategis pengembangan wilayah dengan kebutuhan air bersih di Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut:

Pada pertemuan dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on Sustainable Development) tahun 2002, dengan agenda menyepakati rencana implementasi (plan of Implementation) MDGs, kemudian disepakati untuk menambahkan target sanitasi pada target ke 10 yakni menjadi “ Mengurangi separuhnya, pada tahun 2015 proporsi penduduk tanpa akses air minum dan sanitasi dasar”. Penentuan kriteria dan target MDGs di Indonesia telah mempertimbangkan kondisi yang ada. Bahwa Tujuan utama MDGs bukanlah mengejar target tetapi bagaimana semua pihak dapat menyadari pentingnya memberi perhatian lebih pada pembangunan air minum dan sanitasi serta perumahan.

Tujuan Pembangunan Millenuim terdiri dari dari 8 tujuan yang disepakati secara global meliputi :

a) Mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan yang parah.

d) Menurunkan tingkat kematian anak.

e) Meningkatkan kesehatan ibu melahirkan.

f) Memerangi penyebaran HIV/AIDS dan penyakit kronis lainnya (Malaria dan tuberkulosa).

g) Menjamin keberlangsungan lingkungan.

h) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Dari 8 tujuan tersebut yang terkait dengan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan, adalah Tujuan 7 yaitu Menjamin Keberlangsungan Lingkungan. Setiap tujuan MDGs memiliki satu atau beberapa target beserta indikatornya. Terdapat 15 target dan 59 indikator yang harus dicapai oleh negara yang menyepakatinya sampai tahun 2015. Dalam tujuan 7 ini terdapat tiga target yang ingin dicapai yaitu:

 Memadukan prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang.

 Menurunkan proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitasi sanitasi dasar sebesar separuhnya pada 2015.

 Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

Secara spesifik pembangunan air minum dan sanitasi dasar tercantum pada tujuan 7 dan target 10 yaitu menurunkan proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar sebesar separuhnya pada 2015, dan pembangunan perumahan terkait target ke 11 yaitu mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Secara umum, indikator target 10 dibagi dalam 2 bagian yaitu indikator air minum dan sanitasi dasar. Indikator air minum menekankan pada 2 hal yaitu : (i) Proporsi rumah tangga/penduduk terlayani berdasar berbagai sumber air yang disepakati sebagai sumber yang aman baik di perkotaan maupun perdesaan; (ii) Cakupan layanan sistem perpipaan melalui layanan PDAM. Indikator sanitasi dasar lebih fokus pada proporsi rumah tangga/penduduk yang mempunyai akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak baik di perkotaan maupun perdesaaan.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

Didalam sistematika penyusunan RPI2JM ini, Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota ini secara umum dibagi menjadi kondisi eksisting yang dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah aspek teknis, aspek pendanaan dan aspek kelembagaan:

B.1 Aspek Teknis

B.1.1 Data dan Informasi Dasar

Sumber Air Minum

Secara nasional air minum yang aman menurut Susenas 2007 didefinisikan sebagai air yang berasal dari sumur yang terlindungi, ledeng, pompa, mata air terlindungi, air kemasan dan air hujan. Berdasarkan data Susenas, sumber air minum yang aman telah terjangkau oleh sekitar 81,5% masyarakat pada tahun 2007.

Secara umum, akses terhadap sumber air minum yang aman di daerah perkotaan mencapai 94% yang relative lebih besar dari daerah pedesaan yang hanya sebesar 72% pada tahun 2007.

Sumber air minum yang aman diperkotaan pada tahun 2007 sebesar 94% menunjukkan peningkatan yang tidak signifikan dibanding kondisi tahun 2002 yang sudah mencapai 92%. Sementara penggunaan sumber air minum yang aman didaerah pedesaan menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dibandingkan tahun 2002 yang baru mencapai 66%.

Dilihat dari ketersediaan air bersih dalam satu tahun, secara nasional terdapat 72,8% rumah tangga yang air bersihnya tersedia sepanjang waktu. Proporsi rumah tangga yang ketersediaan airnya tergolong mudah sepanjang tahun lebih tinggi di perkotaan (82,4%) dibandingkan dengan di perdesaan (66,8%).

Salah satu sumber air baku menurut Susenas 2007 adalah air sungai, sementara saat ini kondisi kualitas air sungai perlu mendapatkan perhatian mengingat kondisi yang kian tercemar. Status mutu kualitas air dari 35 sungai yang dipantau sebagian besar menunjukkan kondisi yang tercemar baik didaerah hulu dan hilir. Walaupun demikian masih ditemuai beberapa sungai yang bagian hulunya kondisinya masih memenuhi syarat termasuk sungai di NTB (sungai Kali Jangkok) yang status mutu air hulunya memenuhi syarat dan air bagian hilirnya tercemar ringan. Di Nusa Tenggara Barat (NTB) terdapat 47 buah cekungan air tanah (sungai) dengan luas 41.425 Km² dan Volume 10.139 Juta M³. Proporsi rumah tangga dengan air minum berkualitas fisik baik sebesar 86,0%.

Tabel 6.20 Proporsi Rumah Tangga Menurut Sumber Air Yang Digunakan Tahun 2002 - 2007 (%)

NO SUMBER PERKOTAAN PERDESAAN

PERKOTAAN +