• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry memproduksi berbagai macam obat- obatan yaitu :

1. Tablet merupakan obat yang dpadatkan hingga berbentuk bulat gepeng 2. Kaplet merupakan tablet yang dibentuk memanjang seperti kapsul

3. Kapsul merupakan obat serbuk yang dimasukkan ke dalam tabung kecil yang mudah larut. Cangkang kecil tersebut dibuat dari gelatin. Gelatin dipilih karena sifatnya yang stabil ketika berada di luar tubuh namun dapat dengan mudah larut di dalam tubuh. Gelatin merupakan hasil olahan dari kolagen sejenis protein, yang umum terdapat dalam tulang, kulit, atau jaringan pengikat binatang

4. Serbuk merupakan obat berbentuk bubuk yang dikemas di dalam plastic 5. Salep merupakan jenis obat yang berbentuk gel

6. Sirup merupakan obat berbentuk cair

7. Injeksi merupakan obat yang disuntikkan ke dalam alat suntik

2.3. Organisasi dan Manajemen

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang membentuk sebuah sistem terpadu mengenai bagaimana orang-orang dalam organisasi mencapai tujuan yang sama. Tujuan tersebut sering dituangkan dalam sebuah wadah yakni visi. Orang- orang dalam organisasi, seberapa besarpun organisasi itu, pasti memiliki tujuan bersama yang ingin dicapai. Bentuk struktur organisasi PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry adalah struktur organisasi lini dan fungsional. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya hubungan lini antar direktur dengan para manager bidang (manager umum dan akuntansi, manajemen produksi, manajemen quality control, manajer penjualan, manajer keuangan, manajer search and development, dan manager quality assurance), para manager bidang dengan staff, dan kepala bagian dengan karyawan).

Struktur fungsional dijumpai pada kelompok manajer bidang (termasuk staf dan supervisor) dan karyawan. Bagan struktur organisasi PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry dapat dilihat pada Gambar 2.1. di halaman berikut.

2.4. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab di PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry dijelaskan dalam lampiran L-1.

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Kegiatan utama fungsi penarikan tenaga kerja adalah penyusunan program penerimaan tenaga kerja, seleksi dan penempatan. Kegiatan penerimaan dan penempatan tenaga kerja pada PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry diatur sendiri oleh perusahaan dengan memmpertimbangkan secara detail tentang penerimaan tenaga kerja termasuk apakah hal tersebut sangat penting untuk dilakukan. Hal ini perlu diperhitungkan mengingat prinsip efektifitas dan efisiensi yang diterapkan perusahaan. Jumlah tenaga kerja pada PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry sampai saat ini berjumlah 163 orang.

Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Penghargaan terhadap hasil kerja karyawan diwujudkan dalam memberi upah dan fasilitas-fasilitas yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan dan juga meningkatkan produktivitas kerja. Sejalan dengan maksud di atas, PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry berusaha sedapat mungkin meningkatkan upah karyawan. Pedoman yang diikuti adalah kebijakan tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan pemerintah. Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pembayaran upah dilakukan sebulan sekali, yaitu setiap awal bulan

2. Upah lembur yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang bekerja, yaitu:

Jam pertama sebesar 1,5 kali upah setiap jam kerja normal Jam kedua sebesar 2 kali upah jam kerja normal

Jam ketiga ke atas dibayar sebesar 3 kali upah setiap jam kerja normal 3. Upah yang diberikan meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.

4. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan satu bulan gaji atau tergantung besaranya keuntungan perusahaan.

PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry berusaha selain upah yang diberikan, perusahaan juga memperhatikan keselamatan kerja para karyawannya dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) berupa jaminan hari tua, kecelakaan kerja, kematian dan kesehatan. Dalam pelaksanaan Jamsostek, pihak perusahaan mengadakan pengutipan iuran dari kegiatan organisasi karyawan, seperti iuran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) yakni sebesar 2%

dari gaji karyawan, selain itu perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembalikan kesegaran dan kepentingan pribadi karyawan dengan memberikan cuti kepada karyawan yang telah bekerja minimum 1 tahun. Hak cuti yang diberikan perusahaan adalah 12 hari kerja dalam setahun, bagi karyawan yang sedang hamil atau melahirkan, berhak mendapatkan cuti selama 3 bulan.

Fasilitas yang diberikan perusahaan PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry adalah:

a. Imbalan resmi (gaji) dan kompensasi tambahan yang diperoleh setiap karyawan

b. Catu beras diberikan 2 kali 1 bulan

c. Upah lembur, yaitu upah yang diberikan apabila karyawan bekerja melebihi jam kerja perusahaan yang telah ditentukan

d. Insentif produksi, yaitu bonus kepada karyawan bila memenuhi target produksi yang ditetapkan perusahaan

e. Tunjangan jabatan, merupakan pelengkap gaji pokok mengingat adanya pekerjaan yang memegang tanggung jawab serta tuntutan khusus. Tunjangan ini biasanya diberikan untuk jabatan tingkat Manajer

f. Uang transport, hanya diberikan kepada karyawan tetap sebagai tambahan untuk melancarkan produktivitas karyawan. Besarnya uang transport disesuaikan dengan kedudukan karyawan dalam perusahaan.

Selain fasilitas diatas, perusahaan juga melakukan usaha -usaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, seperti:

a. Diikutsertakan dalam keanggotaan Astek b. Jaminan hari tua atau uang pensiun

c. Jaminan kecelakaan kerja, jaminan ini dilakukan dengan cara pemberian sumbangan yang diberikan oleh perusahaan. Jaminan kecelakaan kerja ini diberikan apabila tenaga kerja tersebut mengalami kecelakaan dalam tugasnya

2.6. Proses Produksi

PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry dalam melakukan proses produksinya banyak menghasilkan jenis obat-obatan. Tetapi dalam pelaksanaan penelitian di PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry, kegiatan proses produksi yang diamati hanya menyangkut pembuatan obat jenis tablet. Dalam pembuatan obat dibutuhkan adanya bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, mesin, peralatan, dan tenaga kerja. Dalam kegiatan operasinya, obat yang telah dihasilkan akan diuji oleh tenaga ahli dengan suatu sistem pengendalian mutu yang baik dari manajemen. Dalam Penelitian ini, kegiatan proses produksi yang diamati adalah proses pembuatan obat jenis Tablet.

2.7.1. Standar Mutu Produk

proses pengawasan mutu yang ketat dari mulai masuknya bahan awal, bahan dalam proses, hingga ke produk jadi sehingga memiliki standar mutu yang sesuai dengan standar CPOB. Produk yang bermutu dan pelayanan yang baik merupakan usaha perusahaan dalam menjual produknya pada konsumen.

Setiap bahan yang diperiksa dengan menggunakan analisa statistik yang sesuai dan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam CPOB.

2.7.2. Bahan yang Digunakan

Bahan proses pembuatan obat tablet adalah sebagai berikut. 1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi yang diolah langsung dalam proses produksi hingga menjadi produk jadi. Sumber bahan baku obat utamanya berasal dari pabrik-pabrik di China dan India seperti Wu Xi dan Jiang Su. Untuk produksi obat Tablet, bahan baku yang digunakan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Bahan Berkhasiat

Bahan berkhasiat adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan obat yang mana bahan inilah yang berfugsi untuk menyembuhkan penyakit. Bahan berkhasiat ini berupa tepung yang disesuaikan dengan jenis obat yang akan di produksi berdasarkan formulasi yang telah ditentukan. Bahan berkhasiat yang digunakan adalah Antalgin Cina

b. Bahan Pengisi

Bahan pengisi berguna untuk menambah berat serta ukuran obat sehingga mudah dicetak. Bahan pengisi ditambahkan pada obat yang bahan berkhasiatnya berkompisisi rendah, pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan misalnya aspirin atau obat antibiotik. Tepung yang diperoleh dari jagung, gandum atau kentang dipergunakan sebagai bahan pengisi tablet.

Bahan pengisi Obat Tablet adalah :

1. Laktosa dan Amilum sebagai bahan pengisi obat

2. Magnesium Stearat dan Talkum sebagai pelicin obat

3. Nipasol sebagai bahan pengawet

4. Primojel

5. Talcum bp

6. Tixosil

2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dalam rangka memperlancar proses produksi, yang mana bahan ini bukan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah air murni (H2O) yang telah disterilisasi. Air

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan atau dipakai sebagai pelengkap dalam produk akhir untuk meningkatkan mutu produk. Bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan obat tablet Antalgin adalah kertas strip, kotak kemasan strip, dan kotak kardus.

2.7.3. Uraian Proses

Proses produksi untuk obat tablet di PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry dimulai dari proses penimbangan, pencampuran, granulasi, pengeringan, lubrikasi, hingga pencetakan dan pengemasan. Tahapan proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Penimbangan Bahan Pencampuran Bahan Granulasi Basah Pengeringan Granulasi Kering Lubrikasi Pencetakan Obat Pengayakan dan pemeriksaan Pengemasan

Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Produksi Obat Tablet Antalgin

Urutan proses produksi pembuatan obat tablet adalah sebagai berikut. 1. Penimbangan Bahan

telah ditetapkan komposisinya sesuai dengan banyaknya obat yang akan diproduksi dan formulasinya. Kegiatan penimbangan disaksikan oleh pengawas dari ruang produksi, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan batch yang telah ditentukan dalam surat perintah pembuatan obat.

Proses penimbangan dilakukan dengan menggunakan a. Timbangan duduk untuk menimbang berat bahan >500 gram

b. Timbangan Berkoz digunakan untuk menimbang berat bahan <500 gram.

c. Timbangan Digital digunakan untuk menimbang berat bahan <0,1 gram.

Bahan baku yang akan memasuki proses pertama kali di lanati produksi akan melalui proses sebagai berikut.

a. Pemeriksaan organoleptis, yaitu bentuk, warna dan rasa b. Pemeriksaan kimiawi yaitu kualitatif, kuantitatif, dan pH

c. Pemeriksaan fisik yaitu kelarutan, titik lebur, berat jenis, dan kekentalan d. Pemeriksaan kemasan yaitu ukuran dan kondisi kemasan

e. Pemeriksaan etiket meliputi ukuran, kebenaran tulisan, desain, warna, kerapian catatan, dan lambang (obat bebas,obat bebas terbatas, obat keras)

2. Pencampuran Bahan

Pencampuran dilakukan dengan menggunakan sistem pencampuran batch. Bahan-bahan yang akan dicampurkan ditimbang sesuai takaran lalu dimasukkan ke dalam mixer. Bahan yang dicampur antara lain antalgin

serbuk, amilum, lactose, kolidon, nipasol, brilliant blue, vanili, dan air. Kemudian campuran tersebut diberi pasta amilum yang berfungsi sebagai pengikat sambil terus diaduk. Setelah tercampur rata, bahan ini dibawa ke bagian granulasi basah.

3. Granulasi Basah

Proses ini bertujuan untuk membagi campuran menjadi bentuk bulatan (granul) kecil seragam yang memiliki komposisi yang homogen. Granul yang terbentuk masih bersifat basah karena adanya kandungan air dari pasta di dalam campuran. Pembentukan granul ini akan memudahkan proses pengeringan karena ukuran granul yang lebih kecil akan mempercepat proses pengeringan. Granulasi basah dilakukan dengan ayakan berukuran 7 mesh.

4. Pengeringan

Setelah melalui granulasi basah, bahan obat tersebut dikeringkan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam granul. Alat yang digunakan dalam proses ini yaitu oven pengering atau fluid bed dryer. Proses pengeringan dengan menggunakan fluid bed dryer memakan waktu yang singkat. Hal itu dikarenakan suhu pengeringan adalah berada pada titik 600C dan granul yang melalui proses pengeringan adalah granul dalam

bentuk dan ukuran yang kecil. Pengeringan ini akan mengurangi kadar air sebesar 1-3%.

5. Granulasi kering

Bahan obat tablet yang telah melalui proses pengeringan di oven pengering kemudian digranulasi kembali. Granulasi kering merupakan proses pembentukan granul yang lebih kecil dan halus serta memiliki ukuran yang relative homogeny dengan bobot yang seragam. Hal ini berguna untuk memudahkan proses pencetakan. Proses granulasi kering ini menggunakan ayakan dengan ukuran 12, 10, dan 8 mesh. Ukuran 12 mesh biasanya digunakan untuk tablet yang lebih kecil. Sedangkan untuk ukuran 10 dan 8 digunakan untuk tablet dengan ukuran yang lebih besar.

6. Lubrikasi

Setelah melalui granulasi kering, bahan obat akan melalui proses yang dinamakan lubrikasi. Lubrikasi adalah proses pencampuran bahan pelicinke granul kerig sehingga pada saat pencetakan, obat yang kan dicetak tidak saling menempel dengan obat yang telah dicetak lainnya. Selain itu, kualitas dan bentuk obat yang akan dihasilkan akan lebih baik.

7. Pencetakan Obat

Setelah tahap lubrikasi dilakukan maka dilanjutkan ke proses pencetakan. Bahan obat ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat bahan yang akan dicetak, karena dalam surat perintah pembuatan obat formulasinya sudah ditetapkan untuk sejumlah obat yang akan dibuat. Dalam proses pencetakan terlebih dahulu dilakukan pencetakan percobaaan agar obat yang dicetak ukurannya sesuai dengan yang ditetapkan. Obat yang tidak sesuai ukurannya akan dihancurkan dan

kemudian dicetak lagi. Pada akhir pencetakan diambil beberapa sampel obat untuk mengetahui kadar dari zat yang terkandung di dalam tablet tersebut.

8. Pengayakan

Setelah obat selesai dicetak kemudian diayak secara manual dengan ayakan 10 mesh untuk meghilangkan debu obat dan sekaligus untuk memeriksa apakah ada obat yang pecah atau kotor sewaktu pencetakan. Pengayakan sudah bagian awal dari pemeriksaan secara fisik akan kondisi obat yang telah diproduksi.

9. Pemeriksaan

Untuk mengetahui apakah obat tablet yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu, maka dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu. Proses ini akan dilakukan dengan mengambil sampel dari obat yang baru saja selesai diproduksi dan dibawa ke bagian pengendalian mutu.

Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut ini.

a. Keseragaman berat, yang dilakukan dengan pengambilan 10 tablet dan diukur berat totalnya, kemudian tablet ditimbang satu persatu. Berat tablet yang menyimpangdari berat rata-rata akan dibuang.

b. Waktu hancur, yang dilakukan dengan mencelupkan enam butir tabket ke dalam aquadest, kemudian waktu hancur tablet tersebut dihitung dengan menggunakan disintegration tester. Waktu hancur tablet harus < 15 menit.

c. Diameter dan ketebalan tablet. Dilakukan dengan melihat perbandingan antara diameter dan tebal. Diameter tablet harus 1,3 hingga 3 kali tebal tablet.

d. Kekerasan tablet, yang diukur dengan menggunakan alat strong cobb hardness tester. Tablet dijepit fengan anvil dan punch, kemudian diputar hingga tanda lampu menyala.

e. Waktu larut yang dilakukan dengan cara memasukkan enam butir tablet ke dalam larutan media disolusi.

f. Kadar zat berkhasiat, dilakukan dengan membaca kadar dan menyesuaikan dengan hasil yang tercantum pada monografi.

10. Pengemasan

Tujuan dari pengemasan yaitu untuk menjaga obat tidak tekontaminasi dengan bahan lain atau zat yang dapat mengganggu struktur dari obat itu sendiri. Sebab gangguan yang berasal dari luar dapat menghilangkan khasiat yang dimiliki oleh obat itu sendiri. Proses pengemasan merupakan proses memberikan label keterangan mengenai obat yang dikemas.

Pengemasan obat tablet terdiri dari 3 cara: a. Kemasan strip

Mesin yang digunakan untuk proses ini adalah mesin kemas strip. Setelah dikemas, obat kemudian akan diberi stempel nomor batch dengan waktu pembuatan serta tanggal kadaluarsa obat tersebut. Dalam satu strip obat berisikan 10 butir obat tablet. Strip obat tersebut

kemudian dimasukkan kedalam kotak strip yang diisi dengan 10 strip obat tablet.

b. Kemasan blister

Mesin yang digunakan untuk pengemasan ini adalah mesin kemas blister. Setelah dikemas oabt diberi stempel no batch degan waktu pembuatan dan waktu kadaluarsa obat tersebut. Satu blister obat berisi 10 obat tablet. Perbedaan strip dengan blister yaitu bagian atas kemasan blister tampak transparan dan isinya dapat terlihat.

c. Kemasan botol (pot)

Kemasan botol atau pot diisi dengan 100 butir tablet. Selain itu bahan pengawet juga disertakan ke dalam plastik. Kemudian plastic tersebut kemudian dibungkus dan direkatkan menggunakan panas. Kemudian bungkusan plastik berisi obat tersebut serta lembar petunjuk pemakaiannya dimasukkan ke dalam pot. Untuk menjamin kemasan, tutup pot diberi segel.

2.7. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan produksi yang digunakan oleh PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry untuk mendukung kegiatan proses produksinya hanya mesin dan peralatan yang dapat dioperasikan, tetapi untuk meningkatkan hasil produksinya dilakukan modifikasi terhadap mesin dan peralatan yang dilakukan oleh bagian teknik perusahaan ini. Adapun spesifikasi mesin produksi

pembuatan obat tablet yang ada di PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry dijelaskan dalam lampiran.

Jenis peralatan yang digunakan pada PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry adalah timbangan duduk, timbangan berkoz, timbangan digital, yang berfungsi untuk menimbang berat badan tertentu.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Perusahaan tidak akan lepas dari persaingan yang timbul di pasar. Persaingan tersebut adalah berasal dari perusahaan lain yang juga menghasilkan produk sejenis. Proses menghasilkan produk yang berkualitas dan menang di pasar, perusahaan harus mampu mengatur setiap proses yang terjadi sehingga output yang dihasilkan mampu bersaing. Ada begitu banyak aspek yang terlibat dalam menghasilkan produk yang baik. Dan salah satunya adalah kondisi mesin yang digunakan untuk menghasilkan produk. Kondisi mesin yang baik akan menghasilkan produk yang baik, sebaliknya mesin yang kondisinya tidak baik akan menghasilkan produk yang tidak baik pula. Maintenance berperan penting dalam menentukan kegiatan produksi perusahaan berkenaan dengan kelancaran dan kemacetan produksi, kelambatan, dan volume produksi serta efisiensi produksi. Kendala akan muncul pada bagian maintenance ketika tidak adanya perencanaan perawatan mesin terhadap jadwal yang teratur untuk penggantian komponen mesin.

PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry bergerak di bidang industri farmasi yaitu industry yang memproduksi obat-obatan dalam bidang kesehatan. Untuk memproduksi obat-obatan, perusahaan menggunakan mesin-mesin yang beroperasi selama 2 shift kerja.

Jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah 7 jenis yaitu tablet, sirup, salep, serbuk oral, serbuk obat luar, kapsul, dan bedak. Dengan demikian terdapat departemen yang berbeda dalam proses pembuatan produk obat-obatan tersebut. Pembuatan obat tablet merupakan departemen yang akan diamati di dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan ketersediaan data dari perusahaan.

PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry beroperasi sebanyak dua shift perhari dengan enam hari kerja perminggu. Apabila terjadi kerusakan mesin pada saat jam kerja mesin, maka proses tentu terganggu, karena diperlukan waktu untuk penggantian komponen mesin. Sehingga diperlukan sebuah langkah untuk memperbaiki sistem corrective maintenance yang saat ini digunakan perusahaan supaya kerusakan mesin pada saat jam kerja mesin dapat dihindari.

Komponen utama mesin cetak tablet adalah penyusun mesin cetak yang akan digunakan untuk mencetak obat tablet. Komponen mesin cetak tablet adalah sebagai berikut.

Penggantian komponen yang dilakukan pada saat jam produksi akan mengakibatkan hilangnya waktu berproduksi sekaligus hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan akibat perbaikan yang dilakukan. Kehilangan waktu produksi tentu akan kehilangan biaya produksi juga. Menghilangkan biaya kehilangan produksi dan meminimalkan waktu penggantian komponen dapat dilakukan dengan perencanaan penggantian komponen mesin yaitu menjadwalkan waktu penggantian komponen mesin. Metode yang dapat digunakan untuk perencanaan penggantian komponen adalah metode reliability engineering.

Metode reliability engineering dapat mempresentasikan aliran material dan informasi sehingga dapat menghasilkan suatu gambaran umum sebuah proses yang mudah dipahami dengan metode Maintenance Value Stream Mapping.

1Penelitian lain terkait dengan Reliability Engineering dan Maintenance Value Stream Mapping pernah dilakukan di PT. XXX oleh Putri Oktalisa dimana sistem perawatan pabrik yang diamati adalah bersifat corrective maintenance. Penelitian ini dilakukan untuk merencanakan perawatan mesin-mesin produksi menggunakan metode Reliability Engineering dan MVSM (Maintenance Value Stream Mapping). Hasil perhitungan interval penggantian komponen dengan kriteria mean time to failure (MTTF) menunjukkan bahwa interval pergantian komponen dinamo, pulley, v-belt, tali poly, gearbox, screw press, bearing, poros,

dan bushing adalah 156 hari, 140 hari, 145 hari, 156 hari, 109 hari, 89 hari, 133 hari, 160 hari, dan 91 hari. Metode perawatan Reliability Engineering dan MVSM yang diusulkan berpotensial memberikan dampak positif yaitu penurunan

downtime komponen menjadi sebesar 58,3 jam/tahun, peningkatan rata-rata

availability sebesar 5,3142% untuk masing-masing komponen, peningkatan

maintenance efficiency sebesar 14,92%.

Penelitian yang telah dilakukan di 2PT. Chaeron Phokphand Indonesia dengan sistem perawatan breakdown maintenance dan corrective maintenance, menyebabkan kerugian diantaranya kehilangan biaya produksi dan biaya perbaikan yang tinggi sebab tidak adanya jadwal perbaikan mesin berdasarakan

1 Putri Oktalisa P. “Perancangan Sistem Perawatan Mesin dengan Pendekatan Reliability Engineering dan MaintenanceValueStreamMapping(MVSM) pada PT. XXX”. FT USU. 2013.

2

analisa kegagalan mesin dan pada 3Joint Operating Body Pertamina-Petrochina

East Java (JOB-PEJ) yang sering mengalami kerusakan mesin secara tiba-tiba, diperlukan tindakan perbaikan yang mengeluarkan biaya perbaikan komponen lebih mahal jika dibandingkan dengan pencegahan sebelum mesin atau peralatan mengalami kerusakan. Kedua kasus ini menerapkan metode Reliability engineering untuk menjaga kondisi mesin tetap dalam kondisi optimal dan meningkatkan keandalan mesin atau peralatan karena kerusakan mesin sering diakibatkan oleh keandalan (reliability) berkurang. Metode ini sangat tepat diterapkan pada PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry. Penerapan Reliability engineering penting karena semakin besar reliabilitas suatu mesin maka semakin besar pula peluang mesin berada dalam keadaan baik pada interval waktu tertentu. Penggantian komponen mesin berdasarkan reliability engineering diharapkan dapat menghindari kerusakan mesin secara tiba-tiba dan menjaga reliabilitas mesin tetap pada tingkat yang diharapakan dengan menerapkan jadwal penggantian komponen mesin secara berkala dan terjadwal.

1.2 Rumusan Masalah

PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry mengalami kerusakan mesin pada mesin di lantai produksi. Sehingga diperlukan rencana perawatan komponen mesin pada PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry.

3Eko Nursubiyantoro dan Triwiyanto. “Sistem Manajemen Perawatan Unit MMU

Dokumen terkait