• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN

C. Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Untuk memahami lingkup Hak Kekayaan Intelektual (HKI), perlu diketahui lebih dahulu jenis-jenis benda, yaitu benda berwujud (material) dan benda yang tidak berwujud (immaterial) seperti ditentukan dalam Pasal 503 KUHPerdata. Benda tidak berwujud ini dalam Pasal 499 KUHPerdata disebut hak. Contoh Hak adalah Hak Tagih, Hak Guna Usaha, Hak Tanggungan, Hak Kekayaan Intelektual.Baik benda berwujud maupun tidak berwujud (hak) dapat menjadi objek hak. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dapat menjadi objek hak, apalagi bila ikut serta dimanfaatkan oleh pihak lain melalui lisensi. Hak atas benda berwujud disebut hak absolute atas suatu benda, sedangkan hak atas benda tidak berwujud disebut hak absolute atas suatu hak.27

Pengembangan suatu doktrin dan teori akan melandaskan pada bidang yang menjadi bidang penerapannya. Artinya, seseorang yang akan melahirkan doktrin dan teori tersebut harus memperhatikan ruang lingkup di mana doktrin dan teori itu akan diterapkannya. Dengan demikian, ruang lingkup, sifat-sifat dan prinsip-prinsip HKI akan menjadi perhatian dari seseorang yang akan melahirkan suatu doktrin atau teorinya.28

26 Pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 27

Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm.3

28 Muhamad Djumhana. Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm 11

Dalam perkembangan lahirnya suatu doktrin dan teori di bidang HKI tidak hanya menyangkut aspek substansi materi semata-mata, tetapi juga merambah pada aspek formalnya, baik menyangkut kelembagaannya maupun aspek acaranya. Dalam aspek kelembagaan, sekarang ini penyelesaian sengketa perdata di bidang HKI harus melalui Pengadilan Niaga. Dalam aspek formal lainnya, yaitu aspek hukum acara dalam rangka penegakan hukum sebagai cara mempertahankan hukum materiilnya, saat ini telah diperkenalkan dalam Hukum Indonesia yang disebut penetapan sementara, sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 106 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang esensi pengaturannya bahwa penetapan hakim diberikan sebelum perkara masuk ke pengadilan. Mengingat hal tersebut merupakan ketentuan yang baru, perlu kiranya pemerintah mengeluarkan peraturan pelaksanaannya penetapan sementara merupakan hal yang baru dalam sistem hukum Indonesia, yaitu penetapan yang diberikan oleh hakim sebelum ada perkara pokok. Hal ini dibentuk untuk memenuhi standar perjanjian TRIPs Agreement.

Tujuan dari penetapan sementara adalah untuk:

a. Mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta, khususnya mencegah masuknya barang yang diduga melanggar hak cipta atau hak terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk tindakan importasi.

b. Menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta atau hak tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan barang bukti

c. Meminta kepada pihak yang merasa dirugikan untuk memberikan bukti yang menyatakan bahwa pihak tersebut memang berhak atas hak cipta atau hak terkait dan hak pemohon tersebut memang sedang dilanggar.29

Penetapan sementara yang telah ditentukan undang-undang sebagaimana diatur oleh undang-undang Paten, Merek dan Hak Cipta sampai sekarang belum ada yang menggunakannya karena adanya ketentuan bahwa apabila penetapan sementara nantinya dibatalkan oleh hakim, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti rugi kepada pihak yang meminta penetapan sementara tersebut. Dalam rangka melindungi HKI, selain memperhatikan cakupan dari HKI itu sendiri, juga perlindungan tersebut dapat didasarkan pada hukum yang berada di luar HKI. Beberapa negara seperti Amerika Serikat telah memperkenalkan hukum Anti Monopoli yang mencoba mengisi beberapa jurang pemisah dalam kaitannya dengan perlindungan yang tidak tercakup dalam hukum HKI sehingga penghargaan dapat diberikan kepada orang-orang yang telah menanamkan modalnya untuk mendapatkan informasi atau mencipta sesuatu yang untuk alasan- alasan tertentu, tidak dilindungi berdasarkan prinsip-prinsip tradisional HKI. Kondisi seperti itu juga dilakukan di Indonesia pada saat sebelum Rahasia Dagang resmi dimasukkan dalam hukum HKI di Indonesia, dan lahir Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Rahasia Dagang telah diakui sebagai bagian dari HKI melalui ketentuan Pasal 50 b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat. Ketentuan pasal tersebut selengkapnya berbunyi “ Yang dikecualikan dari

29

ketentuan undang-undang ini adalah perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual, seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu dan rahasia dagang serta perjanjian

yang berkaitan dengan waralaba”Dengan pesatnya keterkaitan dan perluasan

ruang lingkup HKI, maka salah satu HKI yang berupa traditional knowledge semakin tergali dan tampak besar keterkaitannya dengan aspek dan bidang lainnya, seperti kehutanan, pertanian, kesehatan dan sosial budaya.

Konsekuensi lebih lanjut dari batasan HKI ini adalah terpisahnya HKI itu sendiri dengan hasil material yang menjadi bentuk jelmaannya. Jadi yang dilindungi adalah haknya bukan jelmaan dari hak tersebut. Misalnya, hak cipta dalam hal pengetahuan tradisional (berupa hak kekayaan intelektual) dan hasil materi yang menjadi bentuk jelmaannya adalah benda-benda seni dan kebudayaan-kebudayaan lainnya.

Jadi HKI berhubungan dengan perlindungan penerapan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. HKI adalah kekayaan pribadi yang dapat dimiliki dan diperlakukan sama dengan bentuk-bentuk kekayaan lainnya. Banyak hal yang dapat dilindungi oleh HKI temasuk novel, karya seni, fotografi. musik, rekaman suara, film, piranti lunak dan piranti keras komputer, situs internet, desain untuk barang-barang yang diproduksi secara massal, mahluk hidup hasil rekayasa genetika, obat-obatan baru, rahasia dagang, pengetahuan teknik, merek.30

Meskipun demikian HKI tidak diperluas terhadap setiap situasi dimana seseorang yang melakukan usaha atau sumber daya kedalam sesuatu yang

30

melibatkan pengeluaran akal budi, pengetahuan, keahlian atau tenaga. Berdasarkan hukum di Indonesia dan undang-undang dibanyak negara, ciptaan dan invensi hanya akan dilindungi jika telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah diatur oleh undang-undang.31

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) secara umum dapat digolongkan ke dalam dua kategori utama, yaitu:32

1. Hak Cipta (copyright);

2. Hak atas Kekayaan Industri (Industrial Property) yang terdiri dari: a. Hak Paten (Patent);

b. Hak Merek (Trademark);

c. Hak Produk Industri (Industrial Design);

d. Penanggulangan Praktik Persaingan Curang (Represion of Unfair

Competition Practices).

e. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (layout design of integrated circuit);

f. Rahasia Dagang (trade secret)

Di Indonesia, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) diatur dengan Undang- Undang tersendiri, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang. 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desian Industri

31 Ibid.,

32 Sentosa Sembiring, Hak Kekayaan Intelektual Dalam Berbagai Peraturan Perundang- undangan, CV. Yrama Widya, Bandung, 2002, hlm 14

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Rangkaian Tata Letak Sirkuit Terpadu.

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tantang Paten. 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001tantang Merek. 7. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Beberapa cabang Hak Kekayaan Intelektual berlaku secara otomatis. Misalnya Hak Cipta dan Hak Terkait, serta rahasia dagang. Sedangkan yang lain, seperti merek, paten, mensyaratkan pendaftaran sebelum dilindungin, dan akan diperiksa oleh pegawai kantor HaKI untuk menentukan apakah merek atau invensi yang dimintakan perlindungan tersebut memenuhi syarat-syarat pendaftaran. Perlindungan Hak atas Kekayaan Intektual yang kuat selain memberikan kepastian hukum, juga memberikan manfaat yang dapat dirasakan dari segi politis, ekonomi, sosial budaya, bahkan segi pertahanan keamanan pun bisa meraih manfaat dari adanya perlindungan Hak atas kekayaan Intelektual ini. Secara garis besarnya kita dapat melihat beberapa keuntungan dan manfaat yang diharapkan dengan adanya perlindungan Hak atas kekayaan intelektual tersebut, baik secara ekonomi mikro maupun ekonomi makro, yaitu diantaranya :

a. Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual yang kuat dapat memberikan dorongan untuk meningkatkan landasan teknologi

(technological base) nasional guna memungkinkan pengembangan

b. Pemberian perlindungan hukum terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual pada dasarnya dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik lagi bagi tumbuhan dan berkembangnya gairah mencipta atau menemukan suatu dibidang ilmu pngetahuan, seni, budaya dan sastra.

c. Pemberian perlindungan hukum terhdap Hak atas Kekayaan Intelektual bukan saja merupakan pengakuan negara terhadap hasil karya dan karsa manusia, melainkan secara ekonomi makro merupakan penciptaan suasana yang sehat untuk menarik penanaman modal asing, serta memperlancar perdagangan internasional. Begitu besarnya manfaat yang dirasakan dengan terlindungnya hak atas kekayaan intelektual para warga negaranya, maka setiap Negara akan mencoba memberikan perlindungan yang ketat.

Dokumen terkait