• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

D. Ruang Lingkup HKI

Konsekuensi lebih lanjut dari batasan Hak Kekayaan Intelektual ini adalah, terpisahnya antara Hak Kekayaan Intelektual itu dengan hasil material yang menjadi bentuk jelmaannya. Yang disebut

59 Mahadi, Hak Milik Immateril, op.cit., hal. 5-6.

60 Bouwman Noor Mout., Perlindungan Hak Cipta Intelektual: Suatu Rintangan Atau Dukungan Terhadap Perkembangan Industri, makalah pada Seminar Hak Milik Intelektual, Kerja Sama FH USU dengan Naute van Haersolte

terakhir ini adalah benda berwujud (benda materil). Suatu contoh dapat dikemukakan misalnya hak cipta dalam bidang ilmu pengetahuan (berupa Hak Kekayaan Intelektual) dan hasil material yang menjadi bentuk jelmaannya adalah buku, begitu pula temuan (istilah undang-undang invensi) dalam bidang paten (bagian Hak Kekayaan Intelektual), dan hasil benda materi yang menjadi bentuk jelmaannya adalah minyak pelumas, misalnya. Jadi yang dilindungi dalam kerangka Hak Kekayaan Intelektual adalah haknya, bukan jelmaan dari hak tersebut. Jelmaan dari hak tersebut dilidungi oleh hukum benda dalam kategori benda materil (benda berwujud).

Pengelompokan Hak Kekayaan Intelektual itu lebih lanjut dapat dikategorikan dalam kelompok sebagai berikut:

1. Hak Cipta (Copy Rights)

2. Hak Milik (baca : hak kekayaan) Perindustrian (Industrial Property Rights).61

Hak cipta sebenarnya dapat lagi diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu: a. Hak cipta dan

b. Hak yang berkaitan (bersempadan) dengan hak cipta (neighbouring rights).

Istilah neighbouring rights, belum ada terjemahan yang tepat dalam bahasa hukum Indonesia. Ada yang menerjemahkannya dengan istilah hak bertetangga dengan hak cipta, adapula yang menerjemahkannya dengan istilah hak yang berkaitan atau berhubungan dengan hak cipta. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2014 istilah neighbouring rights diterjemahkan menjadi hak terkait.

Penulis menggunakan istilah “hak yang bersempadan dengan hak cipta”, oleh karena kedua hak itu (copy rights maupun neighbouring rights) adalah dua hak yang saling melekat berdampingan tetapi dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Beberapa konvensi internasional juga memisahkan pengaturan antara copy rights dengan neihbouring rights. Jika copy rights diatur dalam Bern Convention, neighbouring rights diatur dalam Rome Convention Tahun 1961. Undang-undang Hak Cipta Indonesia menggunakan istilah hak terkait atau hak yang berkaitan dengan hak cipta untuk menyebutkan frase neighbouring rights.

Neighbouring rights, dalam hukum Indonesia, pengaturannya masih ditumpangkan dengan

pengaturan hak cipta. Namun jika ditelusuri lebih lanjut neighbouring rights itu lahir dari adanya hak cipta induk. Misalnya liputan pertandingan sepak bola atau pertandingan tinju atau live show artis penyanyi adalah hak cipta sinematografi, tetapi untuk penyiarannya di media elektronik yakni berupa hak siaran adalah neighbouring rights.

Keduanya masih merupakan satu kesatuan, tetapi dapat dipisahkan. Begitu pula antara hak cipta lagu dengan hak penyiarannya, yang pertama merupakan hak cipta sedangkan hak yang disebut terakhir adalah neighbouring rights. Itulah alasannya, kami lebih cenderung menggunakan istilah hak yang bersem-padan dengan hak cipta, untuk terjemahan istilah neigbouring rights. Kedua hak itu saling melekat, saling menempel, tetapi dapat dipisahkan. Adanya neighbouring rights selalu diikuti dengan adanya hak cipta, namun sebaliknya adanya hak cipta tidak mengharuskan adanya

neighbouring rights.

Selanjutnya hak atas kekayaan perindustrian dapat diklasifikasikan lagi menjadi:

1. Patent (Paten)

2. Utility Models (Model dan Rancang Bangun) atau dalam hukum Indonesia, dikenal dengan istilah

paten sederhana (simple patent).

61 Redaksi, Indonesia Perlu Perhatikan Hak Milik Intelektual, Kompas, Jakarta, 19 Februari 1986, hal. 1. Lebih

lanjut lihat, Cornish, Llewelyn & Aplin, Intellectual Property : Patents, Copyright, Trade Marks and Allied Rights, Sweet & Maxwell, London, 2013. David Bainbridge, Intellectual Property, Pearson Education Limited, England, 2002. Andrew Christie & Stephen Gare, Blackstone’s Statutes on Intellectual Property, Oxford University Press, New York, 2004. Prabuddha Ganguli,

Intellectual Property Rights Unleashing the Knowledge Economy, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi,

2001. Christopher May, The Global Political Economy of Intellectual Property Rights, The new enclosures Second Edition, Routledge, London, 2010. Jill McKeough, Kathy Bowrey & Philip Griffith, Intellectual Property Commentary and Materials, Lawbook Co, Australia, 2002. Christopher May, The Global Political Economy of Intellectual Property Rights, The new enclosures Second Edition, Routledge, London, 2010. Michael Spence, Intellectual Property, Oxford University Press, New York, 2007. Peter Tobias Stoll, Jan Busche and Katrin Arend, WTO – Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights, Martinus Nijhoff Publishers, Leiden – Boston, 2009.

3. Industrial Design (Desain Industri)

4. Trade Merk (Merek Dagang)

5. Trade Names (Nama Niaga atau Nama Dagang)

6. Indication of Source or Appelation of Origin 62

Pengelompokan hak atas kekayaan perindustrian seperti tertera di atas didasarkan pada

Convention Establishing The World Intellectual Property Organization. Dalam beberapa literatur,

khususnya literatur yang ditulis oleh para pakar dari negara yang menganut sistem hukum Anglo

Saxon, bidang hak atas kekayaan perindustrian yang dilindungi tersebut, masih ditambah lagi beberapa

bidang lain yaitu: trade secrets, service mark, dan unfair competition protection. Sehingga hak atas kekayaan perindustrian itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Patent 2. Utility Models 3. Industrial Designs 4. Trade Secrets 5. Trade Marks 6. Service Marks

7. Trade Names or Commercial Names

8. Appelations of Origin

9. Indications of Origin

10. Unfair Competition Protection. 63

Jika ditelusuri hasil Putaran Uruguay (Uruguay Round) tahun 1994 yang membuahkan kerangka TRIPs (The Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) bahagian dari capaian atau hasil kesepakatan GATT/WTO, terdapat dua bidang lagi yang perlu ditambahkan sebagai cakupan dari hak kekayaan intelektual, yakni:

1. Perlindungan Varietas Baru Tanaman, dan

2. Integrated Circuits (rangkaian elektronika terpadu).

Jika pengklasifikasian di atas disederhanakan, dalam satu bagan maka pengelompokan itu dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut :

62 Untuk menyebutkan asal atau sumber barang yang diproduksi dan diberi merek dengan tanda pembeda dengan produk

barang yang berasal dari tempat yang berbeda (misalnya tembakau Deli atau Deli Tobacco, untuk menyebutkan produk cerutu yang benar-benar berasal dari tanah Deli). Lebih lanjut lihat Convention Establishing The World Intellectual Property Organization (WIPO).

63 William T. Frayer, Materi ceramah pada Intellectual Property Theaching of Tracher’s Program Conducted by The Faculty of Law, University of Indonesia, yang disponsori oleh Kantor Sekretariat Negara RI dan United Nations Development Programe/World Intellectual Property Organization, Jakarta, 15 Juli s/d 2 Agustus 1996.

Bagan 1

Kedudukan Hak Kekayaan Intelektual Dalam Sistem Hukum Perdata HUKUM PERDATA

Subyek Hukum Hukum Harta Hukum Hukum

Manusia/Badan Kekayaan Perikatan Waris

Hukum (Salah satu cara

Untuk pengalihan HKI)

Hukum Franchise Obyek Franchise

Benda

Benda Materil Benda Immateril Hukum Hak

Kekayaan Intelektual (HKI) : Hak yang berkaitan dengan hak cipta 1. Hak Cipta Neighbouring rights

2. Hak Milik Industri

a. Merek Hak yang berkaitan dengan Merek : b. Paten 1. Unfair competition

c. Desain Industri 2. Appliation of origin/indication of d. Sirkuit Terpadu origin/geographical indication e. Varietas Tanaman

Hak yang berkaitan dengan paten :

1. Trade secrets

2. Informasi yang dirahasiakan/ Undisclosed information

Dalam peraturan perundang-undangan tentang Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia bidang-bidang yang termasuk dalam cakupan intellectual property rights seperti tertera dalam bagan di atas tidak semuanya diatur dalam UU tersendiri, ada yang pengaturannya digabungkan dalam satu undang-undang. Misalnya pengaturan tentang neighbouring rights diatur dalam UU Hak Cipta, demikian pula pengaturan tentang utility models (UU kita tidak mengenal istilah ini tetapi menggunakan istilah Paten Sederhana) diatur dalam UU Paten, begitu juga ten-tang trade mark,

service mark, trade names or commercial names appelations of origin dan indication of origin diatur

dalam UU Merek. Adalagi bagian yang menurut hemat kami tidak termasuk dalam cakupan bidang HKI tetapi dalam berbagai literatur termasuk dalam cakupan HKI yakni unfair competition, rahasia dagang dan indication of origin atau sekarang dikenal sebagai indikasi geografis itu adalah figure hukum yang memiliki keterkaitan dengan hak kekayaan intelektual.

Saat ini pengaturan tentang masing-masing bidang HKI itu kita temukan dalam undang-undang Indonesia, yaitu tentang Hak Cipta diatur UU No. 28 Tahun 2014, tentang Merk diatur dalam UU No. 15 Tahun 2001, dan tentang Paten diatur dalam UU No.14 Tahun 2001.

Pada tahun 2001 bersamaan dengan lahirnya UU Paten dan Merek Indonesia sebelumnya telah menerbitkan beberapa peraturan baru yang tercakup dalam bidang perlindungan Hak Kekayaan Intelektual di samping paten dan merek yang sudah lebih dulu disahkan yaitu UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dan UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Dengan demikian saat ini terdapat perangkat UU HKI Indonesia, yakni : 1. Hak Cipta diatur dalam UU No. 28 Tahun 2014

2. Paten diatur dalam UU No. 14 Tahun 2001 3. Merek diatur dalam UU No. 15 Tahun 2001

4 Perlindungan Varietas Baru Tanaman diatur dalam UU No. 29 Tahun 2000 5. Rahasia Dagang diatur dalam UU No. 30 Tahun 2000

6. Desain Industri diatur dalam UU No. 31 Tahun 2000, dan

7. Desain tata letak sirkuit Terpadu diatur dalam UU No. 32 Tahun 2000.

Jika di telusuri skema ruang lingkup HKI dalam uraian terdahulu dan menghubungkannya dengan peraturan perundang-undangan HKI Indonesia, agaknya telah tersahutilah amanah yang diagendakan oleh GATT/WTO (1994).

Di samping peraturan perundang-undangan nasional, selain ratifikasi GATT 1994, Indonesia juga telah meratifikasi beberapa konvensi atau traktat interna-sional antara lain Konvensi Paris yang diratifikasi melalui Keppres No. 15 Tahun 1997, Patent Cooperation Treaty yang diratifikasi melalui Keppres No. 16 Tahun 1997, Trade Mark Law Treaty Ratifikasi melalui Keppres No. 17 Tahun 1997, Konvensi Bern yang diratifikasi melalui Keppres No. 18 Tahun 1997 serta WIPO Copyrights Treaty yang diratifikasi melalui Keppres No. 19 Tahun 1997.64 Terdapat juga beberapa konvensi internasional

lainnya dalam bentuk traktat atau perjanjian bilateral, antara lain :

6. Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 1988 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta atas Karya Rekaman Suara antara Negara Republik Indonesia dengan Masyarakat Eropa;

7. Keputusan Presiden RI No.25 Tahun 1989 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat;

8. Keputusan Presiden RI No.38 Tahun 1993 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Australia;

9. Keputusan Presiden RI No.56 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Inggris;

10. Keputusan Presiden RI N0. 74 Tahun 2004 tentang Pengesahan WIPO Performances and

Phonogram Treaty (WPPT); 65

Selain hak-hak yang disebut di atas menurut hemat penulis, ada bentuk figur hukum yang patut juga untuk dimasukkan ke dalam bagian Hak Kekayaan Intelektual adalah tentang perlindungan terhadap pembiakan hewan yang di dalamnya termasuk jenis hewan ternak, ikan, udang, dan lain-lain yang memiliki implikasi komersial. Di samping itu, dalam kaitannya dengan penerapan UU Rahasia

64 Akan tetapi perlu juga difahami bahwa sekalipun Indonesia telah meratifikasi beberapa konvensi internasional tentang

HKI, namun tidak semua dari protokol ikutannya turut diratifikasi oleh Indonesia, demikian penjelasan Candra Darusman, Direktur WIPO untuk kawasan ASEAN yang berkedudukan di Singapura pada tanggal 10 September 2015 di Fakultas Hukum USU.

65 Disebut sebagai Beijing Treaty karena kesepakatan itu lahir dari diplomatic conference yang dilaksanakan pada

tanggal 24 Juni 2012 di Beijing yang juga sekaligus mengakhiri 12 tahun negosiasi multilateral di bawah WIPO. Indonesia menjadi negara ke-53 yang menandatangani Beijing Treaty ini, namun traktat ini belum diberlakukan menunggu ratifikasi paling sedikit 30 negara-negara anggota penandatangan. Lebih lanjut lihat PTRI Jenewa/EDPY, Indonesia Tandatangani Beijing Treaty

Dagang perlu pula diterbitkan UU tentang Franchise atau waralaba, meskipun hal ini berkaitan dengan lisensi dan hukum perikatan.

Dalam perjanjian franchising, bukan wujud bendanya yang dilindungi seperti Kentucky

Fried Chicken, Pizza Hut, Mc. Donald, Coca-Cola, Wendy's atau merek yang melekat pada produk

tersebut, tetapi adalah hak untuk boleh melaksanakan atas izin pemegang atau pemilik hak kekayaan intelektual untuk menjalankan hak dimaksud. Khusus mengenai produk makanan dan minuman yang dilindungi sebagai rahasia dagang beserta seluruh atribut yang harus dipenuhi dalam pemasarannya. Maka menjadi sebuah kebutuhan untuk diwujudkan segera Undang-undang tentang waralaba tersebut.66 Ada benda immateril yang menjadi objek perjanjian dalam perikatan franchising tersebut.

Oleh karena itu menurut hemat penulis, jika suatu saat nanti Indonesia akan membuat kodifikasi hukum perdata, maka hukum benda yang menjadi objek perikatan franchising, seyogianya figur hukum ini haruslah ditempatkan dalam kerangka hukum perikatan. Perikatan franchisingnya sendiri dapat ditempatkan dalam subsistem hukum perikatan sebagai bagian dari sistem hukum perdata.

Bagaimana dengan unfair competition? Apakah bidang ini termasuk dalam bagian ruang lingkup HKI? Menurut hemat kami, bidang ini tidak termasuk dalam ruang lingkup HKI, sebab tidak ada hak kebendaan yang dilindungi. Unfair competition atau persaingan secara tidak sehat, tak boleh dilakukan dalam bidang apa saja, termasuk HKI. Namun demikian dalam persetujuan TRIPs secara khusus ditempatkan dalam satu klausul tentang unfair competition yang berkaitan dengan perlindungan HKI.

Berkaitan dengan standar perlindungan, ketentuan dalam persetujuan Uruguay Round memberikan hak kepada negara anggota untuk membatasi cakupan dari hak perlindungan sampai batas tertentu. Misalnya dalam hal yang menyangkut compulsory licensing serta pembatasan hak untuk mencegah ada-nya praktik-praktik yang bersifat antikompetitif. Ketentuan tersebut terdapat pada section 8 dari persetujuan yang menentukan aturan main dalam menangani perbuatan atau tindakan yang bersifat antikompetitif.

Persetujuan tersebut membolehkan negara anggota, melalui undang-undang nasionalnya, untuk mencegah atau mengendalikan praktik-praktik antikompetisi yang merupakan penyalahgunaan hak tersebut seperti grant back conditions dan paket lisensi paksa compuksary licencing atau coercive

packaged licensing. Tanpa upaya mencegah praktik sejenis itu akan lebih sulit untuk memperoleh alih

teknologi. 67

Undang-undang domestik negara-negara berkembang di bidang tersebut tidak akan mempunyai akibat yang terlalu besar dan efektif, tanpa adanya kerja sama yang penuh dari negara induk perusahaan-perusahaan multilateral sebagai pemegang hak kekayaan intelektual (khususnya dalam bidang hak cipta dan paten) dalam menetapkan informasi yang berada di luar jangkauan dan informasi yang tidak bersifat rahasia.

Dokumen terkait