• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Jaminan sosial

2.4.2 Ruang lingkup Jamsostek

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Pasal 6 Ayat (1) tentang Jamsostek, bahwa ruang lingkup jaminan sosial meliputi : Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

1. Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik ataupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab perusahaan sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24 % s.d 1,74 % sesuai kelompok jenis usaha.

Mengingat gangguan mental akibat kecelakaan kerja yang sifatnya sangat relatif sehingga sulit ditetapkan derajat cacatnya, maka jaminan atau santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacat mental tetap yang mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak dapat bekerja lagi.

Anggapan bahwa kecelakaan itu merupakan takdir adalah suatu pemikiran yang keliru. Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya dan penyebab itu tentunya dapat dicegah dan dikurangi. Sebab-sebab kecelakaan bias dikelompokan menjadi dua jenis yaitu :

1. Sebab Teknis.

Sebab-sebab teknis biasanya menyangkut masalah-masalah di pabrik ataupun di erusahaan, misalnya peralatan kerja yang tidak diberi pengaman, ventilasi tidak cukup bahkan tidak ada.

2. Sebab Manusia

Sebab-sebab manusia biasanya dikarenakan oleh sikap ceroboh, tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, mengantuk dan sebagainya.

Untuk mengantisipasi untuk hal-hal yang tidak diinginkan mengenai kecelakaan kerja, maka perlu disebutkan untuk hal-hal apa saja yang merupakan kecelakaan kerja, agar mudah dipahami dan dimengerti sehingga dikemudian hari tidak salah paham. Hal-hal yang dapat dimasukan kedalam kecelakaan kerja dalam Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 adalah sebagai berikut :

1. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau lingkungan kerja.

2. Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dan pulang ked an dari tempat kerja, sepanjang melalui perjalanan yang wajar dan biasanya dilakukan setiap hari.

3. Kecelakaan yang terjadi di tempat lain dalam rangka tugas atau secara langsung bersangkut paut dengan penugasan dan tidak ada unsure kepentingan pribadi.

4. Kecelakaan yang terjadi di luar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja seperti jam istirahat sebagaimana diatur oleh Undang-Undang.

5. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur yang harus dibuktikan dengan surat perintah lembur.

6. Perkelahian di tempat kerja termasuk kecelakaan kerja (Kansil, 1997 : 135). Selain yang termasuk kecelakaan kerja pada waktu kerja diatas, juga diluar waktu kerja dapat dikelompokan sebagai kecelakaan kerja, seperti :

1. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan olahraga yang harus dibuktikan dengan surat tugas dari perusahaan.

2. Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang merupakan tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat tugas.

3. Kecelakaan yang terjadi di sebuah perkemahan yang berada di lokasi kerja, di luar jam kerja dan di luar waktu kerja (waktu istirahat) serta yang bersangkutan bebas dari setiap urusan pekerjaan (Kansil, 1997 : 137).

Jaminan kecelakaan kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali di rumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKKini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuaran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran. Iuran Jaminan kecelakaan kerja :

1. Kelompok I : 0,24 % dari upah sebulan. 2. Kelompok II : 0,54 % dari upah sebulan. 3. Kelompok III : 0,89 % dari upah sebulan. 4. Kelompok IV : 1,27 % dari upah sebulan. 5. Kelompok V : 1,74 % dari upah sebulan.

2. Jaminan Kematian

Jaminan kematian diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan kematian diperlukan sebagai upaya meringankan keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran program jaminan kematian sebesar 0,3 % dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp. 1,2 juta terdiri dari Rp. 1 juta untuk santunan kematian dan Rp. 200 ribu biaya pemakaman dan santunan berkala.

Tenaga kerja yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja akan mengkibatkan terputusnya penghasilan , dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

Dalam Undang-Undang Nomor 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja pasal 12 menegaskan :

1. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian.

Adapun yang dimaksud keluarga yang ditinggalkan adalah istri atau suami, keturunan sedarah dari tenaga kerja menurut garis lurus kebawah, dan garis lurus keatas, dihitung sampai derajat kedua termasuk anak yang disahkan. Apabila garis lurus keatas dan kebawah tidak ada, diambil garis kesamping dan mertua.

2. Jaminan kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi : a. Biaya pemakaman sebesar Rp. 200.000,-

b. Santunan berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,-

Uraian di atas menetapkan yang berhak menjadi ahli waris dari jaminan kematian akan memberikan dampak yang positif, artinya orang yang sepatutnya menerima warisan tidak diklaim orang lain, dan warisan yang diterima kepada keluarga yang berhak menerimanya dapat dimanfaatkan untuk bekal hidup.

3. Jaminan Hari Tua

Definisi program Jaminan Hari Tua (JHT), program jaminan hari tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena

meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program jaminan hari tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau lebih memenuhi persyaratan tertentu.

Hari tua mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja akibat terputusnya upah tersebut, dapat mengakibatkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenagakerjaan sewaktu mereka masih bekerja, tetapi penghasilannya rendah. Iuaran program jaminan hari tua :

1. Ditanggung perusahaan : 3,7 % 2. Ditanggung tenaga kerja : 2 %

Program jaminan hari tua diselenggarakan dengan cara atau sistem tabungan hari tua (provident fund), dimana iuran dari perusahaan dan tenaga kerja setiap bulan dikredit pada rekening tenaga kerja secara individual, dan mendapat bunga setiap tahun. Kemanfaatan dari jaminan hari tua berupa pembayaran saldo tabungan pada saat timbul hak peserta, yaitu :

1. Mencapai umur 55 tahun.

2. Mengalami cacat total dan tetap sehingga tidak dapat bekerja lagi. 3. Meninggal dunia.

4. Mengalami PHK setelah peserta setidak-tidaknya lima tahun.

5. Pergi keluar negeri atau pulang kenegeri asal untuk tidak kembali lagi. (Utama ningsih dalam Jurnal Pemberdayaan Komunitas, 2006 : 138).

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jaminan pemeliharaan kesehatan adalah salah satu program jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya dalam mengatasi masalah

kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan pengetahuan dan pengobatan secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penaggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja. Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan dibayarkan oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut :

1. 3 % dari upah tenaga kerja (maksimal Rp. 1 juta) untuk tenaga kerja lajang. 2. 6 % dari upah tenaga kerja (maksimal Rp. 1 juta) untuk tenaga kerja berkeluarga.

Manfaat yang diperoleh karyawan dengan mengikuti jaminan pemeliharaan kesehatan adalah :

1. Memperoleh kepastian pelayanan medis pada saat membutuhkan.

2. Tidak lagi diperlukan pembiayaan dokter, obat, uang muka dan biaya rumah sakit dan bersalin.

3. Terpeliharanya kesehatan bagi diri dan keluarga demi kelangsungan dan kebahagian hidup.

1. Kepastian pembiayaan kesehatan tenaga kerja serta keluarganya.

2. Tidak lagi direpotkan dengan berbagai masalah kesehatan tenaga kerja serta keluarganya.

3. Diperoleh atau didapatkannya tenaga kerja yang sehat, stabil dan produktif. (Utama Ningsih dalam jurnal pemberdayaan komunitas, 2006 :138).

Dengan demikian kemanfaatan jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi usaha-usaha prevensi, kompensasi dan rehabilitasi. JPK juga memberikan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif (Pemulihan).

Dokumen terkait