• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Peserta Terhadap Program Luar Hubungan Kerja PT. Jamsostek Dalam Wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia di Kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Peserta Terhadap Program Luar Hubungan Kerja PT. Jamsostek Dalam Wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia di Kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PESERTA TERHADAP PROGRAM LUAR HUBUNGAN KERJA PT. JAMSOSTEK DALAM WADAH PEMBINAAN ANAK

MANDIRI INDONESIA DI KELURAHAN SEI KAMBING B KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN

Diajukan Oleh:

MUHAMMAD RIZAL LUBIS 0 7 0 9 0 2 0 3 0

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

NAMA : MUHAMMAD RIZAL LUBIS

NIM : 070902030

DEPARTEMEN : Ilmu Kesejahteraan Sosial

JUDUL : “Respon Peserta Terhadap Program Luar Hubungan Kerja PT. Jamsostek Dalam Wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia di Kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan”

Medan, April 2012 PEMBIMBING

(Husni Thamrin S.Sos MSP) NIP: 19720308 200501 1 001

KETUA DEPARTEMEN

(Hairani Siregar S.Sos MSP) NIP : 19710927 19980 2 001

DEKAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Muhammad Rizal Lubis

NIM : 070902030

ABSTRAK

RESPON PESERTA TERHADAP PROGRAM LUAR HUBUNGAN KERJA PT. JAMSOSTEK DALAM WADAH PEMBINAAN ANAK MANDIRI INDONESIA DI KELURAHAN SEI KAMBING B KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN.

Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 87 halaman, 27 tabel, 2 gambar, 2 lampiran serta 15 kepustakaan dan sumber lain yang berasal dari Internet.

Jaminan Sosial tenaga kerja layaknya diperuntukan bagi seluruh umat manusia untuk mengantisipasi dan memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja. Kemajuan teknologi pada berbagai sektor kegiatan pembangunan dapat mengakibatkan ancaman bagi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri dan terciptalah produktivitas kerja. Sehingga Negara berkewajiban untuk melindungi dan memberikan jaminan sosial bagi rakyatnya sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan program untuk memberikan perlindungan pada masyarakat pekerja yang terdaftar dibawah naungan perusahaan atau secara sukarela mendaftar ikut dalam program jaminan sosial diluar hubungan kerja. Penelitian ini memfokuskan untuk meneliti respon peserta terhadap program luar hubungan kerja dalam wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia yang berkaitan dengan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan kesehatan.

Penelitian ini dilakukan di Wadah PAMI (Pembinaan Anak Mandiri Indonesia) terletak di kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Tipe penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan populasi dan sampel sebanyak 23 orang. Teknik pengumpulan data dengan metode angket, wawancara, observasi dan studi kepustakaan, sedangkan teknik analisis data menggunakan pendekatan dekriptif kuantitatif, dimana pengolahan data dilakukan secara manual, data dikumpulkan dari yang paling dominan dan analisis melihat kecendrungan data tersebut.

Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa respon peserta terhadap program Luar Hubungan Kerja PT. Jamsostek dalam wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia sangat baik dan positif melalui hasil perhitungan mengenai pengetahuan dan pemahaman terhadap program adalah 0.77, program Jaminan Kecelakaan Kerja adalah 0.64, program Jaminan Kematian adalah 0.65, program Jaminan Hari Tua adalah 0.65 dan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah 0.56.

(4)

UNIVERSITY OF NORT SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMEN OF SOCIAL WALFARE

Name : Muhammad Rizal Lubis NIM : 070902030

ABSTRACT

RESPONSE TO PROGRAM PARTICIPANTS OUTSIDE OF EMPLOYMENT PT. JAMSOSTEK IN CONTAINERS PEMBINAAN ANAK MANDIRI INDONESIA DI KELURAHAN SEI KAMBING B KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN.

This thesis consists of 6 chapters, 87 pages, 27 tables, 2 images, 2 attachments, and 15 literature and other sources stemming from the Internet.

Social Security workers as intended for all mankind to anticipate and provide protection for workers in employment and outside employment. Advances in technology in various sectors of activity development can result in a threat to the safety, health and welfare of labor itself and creates productivity. So that State has an obligation to protect and provide social security for its people as stated in the 1945 Constitution. Social security a program to provide protection to public employees registered under the auspices of the company or voluntarily enrolled in the social security programs outside the employment relationship. This study focuses for the examined the response of participants to the program outside of employment in the container Guidance Children Mandiri Indonesia in respect of the Employment Accident Insurance (EAI), Collateral Deaths (CD), Old Age Security (OAS) and health maintenance warranty (HMW).

The research was carried out in containers Pembinaan Anak Mandiri Indonesia located Sei Kambing B at village Sei Sunggal Medan City District. This type of research including descriptive study with a sample of the population and as many as 23 people. Engineering methods of data collection with questionnaires, interviews, observation and library research, while the techniques of data analysis using quantitative dekriptif approach, where data processing was done manually, the data collected from the most dominant and analysis of the data to see trends.

Research results can be concluded that the response of participants to the program of Foreign Employment Relations PT. Jamsostek in Pembinaan Anak Mandiri Indonesia container is good and positive through the calculation of the knowledge and understanding of the program is 0.77, Work Accident Insurance program is 0.64, the program Death guarantee is 0.65, Old Age Security program and the program is 0.65 Health Insurance is 0.56.

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Dengan segenap kerendahan hati, segala rasa syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang sehingga dengan ridho Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik . Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan Baginda Rasulullah Muhammad SAW seorang tokoh revolusioner sepanjang masa, doa penulis juga kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana S1 Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dimana seorang mahasiswa harus melanjutkan tahap berikutnya yakni tugasnya di masyarakat dan negara yaitu pengabdian. Ilmu yang diperoleh diaplikasikan dalam hidup agar menjadi manusia yang lebih baik supaya semua tidak menjadi sia-sia demi mewujudkan kehidupan sosial yang sejahtera. Adapun judul dari skripsi ini adalah RESPON PESERTA TERHADAP PROGRAM LUAR HUBUNGAN PT. JAMSOSTEK DALAM WADAH PEMBINAAN ANAK MANDIRI INDONESIA DI KELURAHAN SEI KAMBING B KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN. Penulis juga mengucapakan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis yang tidak bisa membuatnya sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

(6)

skripsi ini sebagai bukti selesainya masa studi penulis dibangku perkuliahan dan seluruh saudara-saudara penulis yang telah memberi motivasi dan kasih sayangnya.

Selanjutnya ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos MSP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Husni Thamrin, S.Sos MSP, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi arahan dan meluangkan waktu kepada penulis untuk bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

4. Seluruh staff Akademisi dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Terima kasih atas ilmu dan pengetahuan dan jasa - jasa yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengakui banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam skripsi ini, maka dari itu penulis menerima saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini serta dapat berguna bagi semua pihak.

Medan, April 2012 Hormat Saya,

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ……… i

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL ……….... ix

DAFTAR BAGAN... xii

LAMPIRAN………...……….……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian……….…….. 10

1.3.2 Manfaat Penelitian………. 10

I.4 Sistematika Penulisan……….. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon………. 15

2.2 Pengertian Tenaga kerja………. 17

2.2.1 Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK)……... 18

2.2.2 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan……….19

2.3 Pengertian Program ………..….. 20

2.4 Jaminan sosial ………..………….. 21

2.4.1 Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)……… 22

2.4.2 Ruang lingkup Jamsostek ………... 24

(8)

2.5.1 Negara kesejahteraan ………... .. 32 2.6 Kerangka Pemikiran ... ... 36 2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1 Defenisi Konsep……….. 39 2.7.2 Defenisi Operasional ... ... 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ... ... 42 3.2 Lokasi Penelitian………. 42 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi ... ... 42 3.3.2 Sampel ... ... 43 3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik pengumpulan data sekunder……... 43

3.4.2 Teknik Pengumpulan data primer………... 43 3.5 Teknik Analisis Data ... ... 44

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Latar Belakang Wadah Pembinaan Anak Mandiri

Indonesia (PAMI) PT. Jamsostek……… 45 4.2 Struktur Organisasi ………. 45 4.3 Bidang-Bidang Kerja……….. 48 4.4 Program LHK (Luar Hubungan Kerja)42

(9)

4.4.3 Jenis Program & Manfaat (sesuai PP 14/1993)………. 49 4.4.4 Kepesertaan ………. 50 4.4.5 Iuran ………..……….. 50 4.4.6 Cara Pembayaran ……… 51 4.5 Jenis pekerjan yang terdaftar dalam wadah PAMI (Pembinaan

Anak Mandiri Indonesia)……….. 51 4.6 VISI dan MISI wadah PAMI ( Pembinaan Anak Mandiri

Indonesia )……… 52

BAB V ANALISA DATA

5.1 Data identitas Responden………. 53

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan... 81 6.2 Saran... 83 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL

JUDUL

HALAMAN

Tabel 1 Besaran Iuran………... 50

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur……… 53

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 54

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama………..54

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa……… 55

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan……….. 56

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……… 57

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan status perkawinan………… 58

Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja……….. 58

Tabel 10 Distribusi Responden Mengenai Pengetahuan Tentang program LHK (Luar Hubungan Kerja) PT. Jamsostek……….. 59

Tabel 11 Distribusi Responden Mengenai Sumber Mendapatkan Informasi Tentang program LHK (Luar Hubungan Kerja) PT. Jamsostek……….. 60

Tabel 12 Pengertian Responden Tentang program LHK (Luar Hubungan Kerja) PT. Jamsostek……… 61

Tabel 13 Tanggapan Responden setelah mengetahui adanya Program LHK (Luar Hubungan Kerja) PT. Jamsostek……….. 62

(11)

Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Program

yang di inginkan……….. 64 Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Manfaat Program………… 65 Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Sosialisasi Pihak

PT. Jamsostek……….. 66 Tabel 18 Tanggapan Responden Mengenai pelaksanaan program

LHK (Luar Hubungan Kerja) PT. Jamsostek di wadah PAMI… 67 Tabel 19 Hubungannya Jaminan Kecelakaan Kerja Terhadap

Ketenangan Berwirausaha………... 68 Tabel 20 Hubungannya Jaminan Kecelakaan Kerja Terhadap

Meningkatnya Produktifitas Berwirausaha……….. 69 Tabel 21 Tanggapan Responden Menganai Manfaat Program

Jaminan Kecelakaan Kerja……….. 70 Tabel 22 Distribusi Responden Berdasarkan jumlah santunan kematian

yang diberikan pihak Jamsostek kepada ahli waris yang

ditinggalkannya……… 72 Tabel 23 Tanggapan Responden Mengenai Manfaat Program Jaminan

Hari Tua………... 73 Tabel 24 Tanggapan Responden Jaminan Hari Tua Dapat Menjamin

Kesejahteraan hidup anda setelah tidak bekerja lagi…………... 74 Tabel 25 Hubungannya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Terhadap

Ketenangan Berwirausaha………... 75 Tabel 26 Hubungannya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Terhadap

(12)

Tabel 27 Tanggapan Responden Menganai Manfaat Program

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

JUDUL

HALAMAN

Gambar 1 Bagan Alur Pemikiran………...38 Gambar 2 Susunan Struktur Wadah Pembinanaan Anak Mandiri

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Muhammad Rizal Lubis

NIM : 070902030

ABSTRAK

RESPON PESERTA TERHADAP PROGRAM LUAR HUBUNGAN KERJA PT. JAMSOSTEK DALAM WADAH PEMBINAAN ANAK MANDIRI INDONESIA DI KELURAHAN SEI KAMBING B KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN.

Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 87 halaman, 27 tabel, 2 gambar, 2 lampiran serta 15 kepustakaan dan sumber lain yang berasal dari Internet.

Jaminan Sosial tenaga kerja layaknya diperuntukan bagi seluruh umat manusia untuk mengantisipasi dan memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja. Kemajuan teknologi pada berbagai sektor kegiatan pembangunan dapat mengakibatkan ancaman bagi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri dan terciptalah produktivitas kerja. Sehingga Negara berkewajiban untuk melindungi dan memberikan jaminan sosial bagi rakyatnya sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan program untuk memberikan perlindungan pada masyarakat pekerja yang terdaftar dibawah naungan perusahaan atau secara sukarela mendaftar ikut dalam program jaminan sosial diluar hubungan kerja. Penelitian ini memfokuskan untuk meneliti respon peserta terhadap program luar hubungan kerja dalam wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia yang berkaitan dengan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan kesehatan.

Penelitian ini dilakukan di Wadah PAMI (Pembinaan Anak Mandiri Indonesia) terletak di kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Tipe penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan populasi dan sampel sebanyak 23 orang. Teknik pengumpulan data dengan metode angket, wawancara, observasi dan studi kepustakaan, sedangkan teknik analisis data menggunakan pendekatan dekriptif kuantitatif, dimana pengolahan data dilakukan secara manual, data dikumpulkan dari yang paling dominan dan analisis melihat kecendrungan data tersebut.

Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa respon peserta terhadap program Luar Hubungan Kerja PT. Jamsostek dalam wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia sangat baik dan positif melalui hasil perhitungan mengenai pengetahuan dan pemahaman terhadap program adalah 0.77, program Jaminan Kecelakaan Kerja adalah 0.64, program Jaminan Kematian adalah 0.65, program Jaminan Hari Tua adalah 0.65 dan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah 0.56.

(15)

UNIVERSITY OF NORT SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMEN OF SOCIAL WALFARE

Name : Muhammad Rizal Lubis NIM : 070902030

ABSTRACT

RESPONSE TO PROGRAM PARTICIPANTS OUTSIDE OF EMPLOYMENT PT. JAMSOSTEK IN CONTAINERS PEMBINAAN ANAK MANDIRI INDONESIA DI KELURAHAN SEI KAMBING B KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN.

This thesis consists of 6 chapters, 87 pages, 27 tables, 2 images, 2 attachments, and 15 literature and other sources stemming from the Internet.

Social Security workers as intended for all mankind to anticipate and provide protection for workers in employment and outside employment. Advances in technology in various sectors of activity development can result in a threat to the safety, health and welfare of labor itself and creates productivity. So that State has an obligation to protect and provide social security for its people as stated in the 1945 Constitution. Social security a program to provide protection to public employees registered under the auspices of the company or voluntarily enrolled in the social security programs outside the employment relationship. This study focuses for the examined the response of participants to the program outside of employment in the container Guidance Children Mandiri Indonesia in respect of the Employment Accident Insurance (EAI), Collateral Deaths (CD), Old Age Security (OAS) and health maintenance warranty (HMW).

The research was carried out in containers Pembinaan Anak Mandiri Indonesia located Sei Kambing B at village Sei Sunggal Medan City District. This type of research including descriptive study with a sample of the population and as many as 23 people. Engineering methods of data collection with questionnaires, interviews, observation and library research, while the techniques of data analysis using quantitative dekriptif approach, where data processing was done manually, the data collected from the most dominant and analysis of the data to see trends.

Research results can be concluded that the response of participants to the program of Foreign Employment Relations PT. Jamsostek in Pembinaan Anak Mandiri Indonesia container is good and positive through the calculation of the knowledge and understanding of the program is 0.77, Work Accident Insurance program is 0.64, the program Death guarantee is 0.65, Old Age Security program and the program is 0.65 Health Insurance is 0.56.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia. Pengembangan masalah ketenagakerjaan dan jaminan sosial bagi tenaga kerja di Indonesia mutlak diperlukan mengingat bidang ini sangat menentukan keberhasilan pembangunan dalam segala segi.

Modernisasi yang diawali terjadinya revolusi indusri, khususnya di Inggris, membawa pengaruh terhadap tugas dan tujuan dari negara. Tipe negara pun bergeser dari negara sebagai penjaga malam menjadi negara kesejahteraan (welfare state).

Berdirinya pabrik-pabrik membawa akibat munculnya permasalahan dalam masyarakat, seperti polusi udara dan suara, urbanisasi, resiko kecelakaan kerja, dan sebagainya. Kondisi demikian meresahkan masyarakat. Jika negara tidak campur tangan akan terjadi kekacauan atau kerusakan, bahkan tindakan kekerasan. Karena masing-masing mempertahankan kepentingannya dalam masyarakat.

(17)

Kemajuan teknologi pada berbagai sektor kegiatan pembangunan dapat mengakibatkan ancaman bagi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri. Jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan ketenangan kerja sehingga tercipta produktivitas kerja.

Hubungan kerja antara tenaga kerja dan pengusaha perlu diarahkan pada terciptanya kerja sama yang serasi yang dijiwai oleh pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dimana masing–masing pihak saling menghormati, saling membutuhkan, saling mengerti peranan serta hak dan kewajiban. Pemerintah diharapkan melakukan pengawasan, pembinanaan dan penegakan hukum dalam bidang ketenagakerjaan di negara ini, khususnya dalam bidang jaminan sosial untuk mewujudkan pengembangan tenaga kerja secara ideal.

(18)

Tujuan dari program jaminan sosial adalah untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Pengelolaan program jaminan sosial tenaga kerja ini dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. (Lanny Ramli, Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia 1997 : 2).

Tujuan Negara ini didirikan termaktub dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Sangat menarik bahwa pendiri bangsa ini, dalam merumuskan batang tubuh UUD 1945 meletakan pasal tentang perekonomian di bawah Bab XIV tentang kesejahteraan (Pasal 33 ayat 1) dan menyatukan program perekonomian (Pasal 33) dengan kesejahteraan dalam satu bab (Pasal 34). (Sulastomo, 2008 : 15).

(19)

Jaminan sosial universal dan sistem asuransi sosial pada prinsipnya sama. Yakni merupakan salah satu instrument negara yang harus dilaksanakan oleh pemerintah. Untuk itu pemerintah atau badan legislatif harus secara obyektif membantu terwujudnya penyelenggaraan sistem asuransi sosial yang mandiri dan memilki akses law enforcement.

Pengawasan terhadap manajemen ada pada badan tripatrit yang terdiri atas unsur-unsur yang mewakili aspirasi pekerja, aspirasi pemberi kerja dan pemerintah. Unsur-unsur yang mewakili aspirasi pekerja bukan berarti semata berasal dari organisasi serikat pekerja dan sebaliknya pemberi kerja.

Penyelenggaraan sistem jaminan sosial oleh negara atau pemerintah berlaku universal diseluruh dunia. Dari segi lingkup proteksinya, maka lingkup jaminan sosial meliputi lingkup pre-employment, employment dan post employment. Proteksi bagi pre-employment meliputi tunjangan keluarga termasuk program kesehatan dan bersalin dengan besarnya santunan standar minimum.

Lingkup proteksi bagi employment ditujukan bagi anggota masyarakat yang masih aktif bekerja yang sekaligus sebagai kontributor terbesar dalam sistem jaminan sosial. Lingkup proteksi bagi employment biasanya diselenggarakan secara khusus oleh badan independent yang professional, karena pesertanya masih aktif bekerja.

(20)

terkena PHK semestinya menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemberi kerja. Pemerintah ikut bertanggungjawab, karena keterpurukan perusahaan disebabkan oleh kebijakan ekonomi yang keliru. Kebijakan moneter ketat, misalnya bias berdampak PHK. Lingkup proteksi bagi post employment ditujukan untuk para pensiunan berupa tunjangan hari tua berkala dan program kesehatan.

Dari segi resiko, maka jaminan sosial dapat dibedakan atas sistem asuransi sosial, program universal, dan bantuan sosial. Program-program pemberi kerja seperti pensiunan manfaat pasti dan iuran pasti memang secara luas masuk dalam kategori jaminan sosial, tetapi dalam pembahasan ini dikecualikan karena merupakan on top programs. Resiko yang diberikan dalam sistem asuransi secara khusus terbatas pada proteksi para pekerja (wage earners) terhadap social bazards (resiko kerja). Resiko tersebut apabila tidak ditanggulangi, dapat menimbulkan hilangnya suatu pendapatan. Kepesertaan pada sistem asuransi sosial menurut Undang Undang berlaku bagi seluruh pekerja atau diwajibkan bagi seluruh pemberi kerja. Kepesertaan bersifat terbuka sepanjang masa bagi seluruh pekerja dari berbagai sektor atau (open ended and multiple coverage). Masa kepesertaan biasanya dikaitkan denga masa usia pension yang berlaku. Usia pension itu biasa 55 atau 56 tahun. (Dr. Bambang Purwoko dalam Jurnal Kiprah Jamsostek Pada Millenium Ketiga 1999 : 23)

(21)

Menggambarkan sesuatu, apalagi yang menyangkut sesuatu sifat seperti “informal”, lebih mudah bila dilakukan dengan membandingkannya dengn kontrasnya. Kita dapat berangkat dari sektor usaha yang merupakan kebalikan dari sektor informal, yakni sektor formal. Sektor formal adalah suatu sektor kegiatan ekonomi yang terstandarisasi melalui regulasi pemerintah yang terdiri atas aspek perizinan, registrasi, standar kualitas, ketenagakerjaan dan pajak. Semua hal yang berhubungan dengan aspek-aspek tersebut biasanya hanya bisa di ikut i oleh unit-unit usaha dengan skala menengah dan besar, yaitu usaha-usaha yang bisa menghasilkan akumulasi modal. sebaliknya, sektor informal tidak memiliki semua itu.

Memang sejalan dengan namanya, sektor informal selalu didefinisikan berdasarkan cirri-cir yang serba bertentangan dengan sektor formal, dengan kata kunci “bukan” atau “tidak”. Sektor informal lazim dianggap sebagai respon terhadap kemiskinan yang dialami oleh masyarakat di negara-negara dunia ketiga. surplus tenaga kerja dan terbatasnya lahan pekerjaan formal adalah faktor-faktor yang menumbuhkembangkan ekonomi informal. Inilah “lingkaran setan kemiskinan”, suatu ungkapan yang agaknya masih relevan hingga saat ini, yang menggambarkan kondisi miskin tanpa kesudahan bagi seseorang atau sekelompok masyarakat yang diakibatkan minimnya akses ke sumber daya dan berakibat memustahilkan mobilitas vertikal, karena kemiskinan hanya membukakan peluang ke lapangan pekerjaan yang tidak dapat mengangkat mereka keluar dari kondisi serba kekurangan.

(22)

bermain ketika seseorang atau sesuatu institusi melirik sektor ini. Misalnya, lembaga-lembaga donor internasional , terlepas dari niat baik atau tidak dari bantuan mereka, meakukan studi tentang hal ini terlebih dahulu sebelum menggulirkan “bantuan” kepada negara penerima bantuan. kemudian lembaga-lembaga non-profit seperti pemerhati atau pendamping usaha kecil dan perburuhan, ikut pula melakukan berbagai upaya untuk memperjuangkan kepentingan saudara-saudaranya yang berada dalam “kelompok terpinggirkan” dalam tatanan sosial-ekonomi-politik-pertahanan-keamanan. Yang jelas, sektor informal dipandang sebagai kekuatan yang semakin signifikan bagi perekonomian local dan global, seperti yang dicantumkan dalam pernyataan visi WIEGO (Women in informal Employment Globalizing and Organizing) belum lama ini ; Mayoritas pekerja di dunia kini bekerja disektor informal dan proporsinya terus membengkak sebagai dampak dari globalisasi: mobilitas kapital, restrukturisasi produksi barang dan jasa, dan deregulasi pasar tenaga kerja mendorong semakin banyak pekerja ke sektor informal.

(23)

pelaksanaan kebijakan jaminan sosial, perlu dirumuskan upaya apa saja yang dapat membantu terselenggaranya jaminan sosial bagi tenaga kerja sektor informal.

Pada akhir-akhir ini berkembang pembedaan antara sektor formal dan sektor informal. Sektor formal mencakup perusahaan-perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan ijin resmi, umumnya berskala besar. Sedang usaha-usaha yang tergolong sektor informal memiliki beberapa ciri. Umumnya sederhana, tidak tergantung pada kerjasama banyak orang dan sistem pembagian kerja yang tidak ketat serta skala usaha relatif kecil. Pada umumnya usaha sektor informal tidak mempunyai ijin usaha dan untuk bekerja di sektor informal lebih mudah daripada bekerja di perusahaan formal. Tingkat penghasilan di sektor informal umumnya rendah. Walaupun tingkat keuntungan kadang-kadang cukup tinggi, akan tetapi karena omset penjualan relatif kecil, keuntungan absolut umumnya menjadi kecil. Keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil dan usaha sektor informal sangat beraneka ragam.

(24)

Eksistensi sektor informal tidak dapat diabaikan. Saat situasi krisis ekonomi, sektor informal dapat berfungsi sebagai “katup pengaman” menampung ledakan penduduk yang masuk pasar kerja sementara menunggu kegiatan ekonomi dapat membaik (Simanjuntak, 1985). Ciri pembeda sektor formal dan informal yang tersebut di atas turut membedakan karakteristik tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan usaha pada kedua sektor. Karakteristik tenaga kerja kerja menjadi bagian penting sebab kemampuan sektor informal yang besar dalam menyerap tenaga kerja di masyarakat. Peluang kerja yang diciptakan sektor informal berperan dalam penyediaan sumber pendapatan bagi berbagai lapisan masyarakat. Dengan demikian mereka yang bekerja di sektor informal ini perlu dibina dengan baik supaya memberikan kemanfaatan yang wajar bagi mereka sendiri dan tidak menimbulkan kerugian sosial bagi masyarakat.

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja informal berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja informal, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut dengan derived demand. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi tenaga kerja pada usaha mikro, kecil dan menengah dipengaruhi oleh permintaan tenaga kerja informal dan penyediaan tenaga kerja informal. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada usaha sektor informal merupakan informasi dasar dalam melakukan analisis pasar tenaga kerja informal di masyarakat.

(25)

dinamika yang kadangkala menjadi masalah dalam dunia kerja sektor informal. Berbagai permasalahan yang mungkin terjadi antara lain tingkat kesejahteraan, keadilan, perlakuan, produktivitas dan lain sebagainya. Masalah yang terjadi di dalam sektor informal perlu diidentifikasi dan dicari alternatif pemecahan masalahnya. Masalah tenaga kerja informal akan mempengaruhi pendayagunaan sumberdaya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa. Upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan dan pendayagunaan tenaga kerja perlu didukung oleh iklim kerja yang kondusif. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan meminimumkan masalah yang terjadi dalam hubungan industrial.

Wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia (PAMI) yang berada di Kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal adalah mitra PT. Jamsostek Cabang Medan yang mendaftarkan diri bergabung sebagai peserta dalam pemenuhan jaminan sosialnya. Minimnya informasi kepada masyarakat akan jaminan sosial atas dirinya dan keluarganya merupakan hambatan tehadap mereka dalam pemenuhan jaminan sosial. Wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia (PAMI) merupakan peserta yang dijamin dengan kategori program khusus Tenaga Kerja Luar Hubungan kerja yang sehari harinya melakukan kegiatan wirausahawan yang aktifitas sehari harinya disibukan dengan berjualan di pasar dan di tempat keramaian.

(26)

Produk luar hubungan kerja (LHK) yang ditawarkan Jamsostek masih minim peminat. Produk dengan sasaran masyarakat pelaku ekonomi kecil seperti pedagang, petani, kelompok pertukangan, dan tukang becak ini merupakan produk terbaru untuk proteksi diri. Minimnya peminat untuk produk ini masih dipengaruhi rendahnya pemahaman masyarakat terhadap produk lindung diri. Selain itu, pola pikir masyarakat juga belum terlalu terbuka pada proteksi diri. Padahal, LHK ini kita kondisikan supaya bisa terjangkau pelaku usaha kecil. Produk LHK ditawarkan dalam bentuk kerjasama dengan 60 mitra yang tersebar di Kota Medan. Target di tahun 2011 sekitar 2.200 peserta LHK, yang sekarang masih berada angka setengahnya masyarakat atau tenaga kerja luar hubungan kerja (TKLHK) yang masih terdaftar di Jamsostek Cabang Medan

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran yang disebutkan dalam latar belakang, maka penulis dapat merumuskan masalah yang nantinya akan diteliti. Agar studi masalah tersebut bias focus dan tidak keluar jalur, dalam pembahasan skripsi ini penulis mengajukan rumusan permasalahan pokok sebagai berikut :

“Bagaimana Respon Peserta Terhadap Program Luar Hubungan kerja PT. Jamsostek dalam Wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia ?”

(27)

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui Bagaimana Respon Peserta Terhadap Program Luar

Hubungan kerja PT. Jamsostek dalam Wadah Pembinaan Anak Mandiri

Indonesia di Kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal Kota

Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat menambah wawasan dan pengalaman berharga dalam meningkatkan kapasitas kemampuan untuk menganalisis bagaimana sebenarnya respon tenaga kerja luar hubungan kerja terhadap program khusus PT. Jamsostek

2. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap keilmuan yang dikembangkan mahasiswa dalam disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan sistem jaminan sosial yang ada di Indonesia. 3. Secara teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan

karya ilmiah, menambah pengetahuan, mengasah kemampuan dalam berfikir dan menganalisis masalah-masalah sosial dalam dunia tenaga kerja.

4. Secara praktis, daharapkan memberikan masukan dan kontribusi yang positif terhadap penyelenggaraan sistem jaminan sosial yang ada di Indonesia dan lebih khususnya peyelenggaraan oleh PT. Jamsostek.

(28)

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data yang diterapkan.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.

(29)
(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respon pada hakekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian rangsang dimana rangsang-rangsangan proksimal diorganisasikan sekedemian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal (Adi, 1994 : 105). Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon atau tidak respon, tidak terlepas dari pembahasan sikap.

Respon diartikan bahwa suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik itu pra pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Adi, 1994 : 105). Selain itu, menurut Daryl Beum respon juga dapat diartikan bahwa merupakan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku atau adu kuat.

Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi. Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, pra pemahaman yang menditail ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara mengungkapkan sikap dapat melalui :

(31)

3. Suka atau tidak suka.

4. Kepositifan dan kenegatifan suatu objek psikologi.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu, seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, seseorang disebut mempunyai respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengar atau perubahan terhadap suatu objek tidak mempengaruhi tindakannya atau malah menghindar atau membenci objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon, yaitu :

1. Variabel struktural yakni faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik.

2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Adi, 1994 : 111).

Menurut Hunt (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah besar unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani repsentasi fenomenal dari keadaan di luar yang ada dalam diri seorang individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang oleh Hunt dinamakan respon (Adi, 1994 : 129).

(32)

kecenderungan atau kesedian seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengalami rangsang tertentu. Sikap ini terjadi biasanya terhadap benda, orang, kelompok, nilai-nilai dan semua hal yang terdapat disekitar manusia.

2.2 Pengertian Tenaga kerja

Menurut Undang-Undang Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja dalam pasal 1 dikatakan bahwa karyawan adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan memberikan hasil kerjanya kepada pengusaha yang mengerjakan dimana hasil karyanya itu sesuai dengan profesi atau pekerjaan atas dasar keahlian sebagai mata pencariannya (Wahab, 2001 : 143). Senada dengan hal tersebut menurut Undang-Undang No.14 Tahun 1969 tentang Pokok Tenaga Kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Manulang, 2001: 3).

(33)

tenaga) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. (Hasibuan, 2003: 13). Berkaitan dengan usia definisi tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduuk dalam suatu negara yang memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. (Subri, 2003: 57).

Tenaga kerja merupakan kekayaan utama dalam suatu perusahaan, karena tanpa adanya keikutsertaan mereka, aktifitas perusahaan tidak akan terlaksana. Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan yang ngin dicapai.

2.2.1 Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK)

Berdasarkan Jurnal Petunjuk Teknis Program Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK), Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang diwajibkan ikut serta dalam program jamsostek adalah pengusaha dan tenaga kerja. Sedangkan yang dimaksud dengan pengusaha adalah orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri atau bukan miliknya atau yang mewakili perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Usaha sosial dan usaha-usaha dari yang tidak terbentuk perusahaan apabila mempunyai pengurus dan mempekerjakan tenaga kerja yang diperlukan sama dengan perusahaan, misalnya : yayasan, lembaga-lembag ilmiah serta badan-badan usaha lainnya.

(34)

kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja dengan pengusaha yang berbadan hukum maupun pengusaha perorangan dengan menerima upah. Sedangkan kepesertaan dalam program Jamsostek bagi tenaga kerja yang bekerja diluar hubungan kerja akan diatur dengan Peraturan Pemerintah sendiri. Sambil menunggu diterbitkannya Peraturan Pemerintah yang dimaksud bagi tenaga kerja diluar hubungan kerja yang melakukan kegiatan ekonomi atau usaha-usaha ekonomi, kepesertaannya dalam program Jamsostek saat ni diatur dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-24/MEN/VI/2006 tentang Pedoman Penyelenggara Program Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja yang melakukan Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (TKLHK). 2.2.2. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan

Prinsip penyelenggaraan program Jamsostek untuk Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) adalah :

1. Kepesertaanya bersifat suka rela dan hanya dapat diikuti oleh Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) yang usianya belum mencapai 55 tahun dan pendaftarannya dapat dilakukan sendiri atau dihimpun melalui wadah.

2. Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) dapat memilih program jamsostek yang akan diikuti.

(35)

4. Iuran dibayar dimuka paling lambatpada tanggal 10 bulan berjalan atau pada tanggal 13 bulan berjalan apabila pembayarannya melalui wadah dan tanggal 15 untuk peserta yang mendaftarkan untuk dirinya sendiri.

5. Bagi peserta yang menunggak iuran 1(satu) bulan tetap mendapatkan hak jaminan program yang diikuti dan wajib membayar tunggakan iuran tersebut pada saat peserta kembali aktif menjadi peserta dengan membayar iuran. 6. Batasan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada saat tenaga

kerja melakukan aktifitas sesuai dengan pekerjaannya. (Jurnal Petunjuk teknis TKLHK)

2.3 Pengertian Program

Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dengan program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan (Jones, 1994,296).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam progrma tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu. 3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Adanya perkiraan anggran yang dibutuhkan.

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Jones, 1994 : 296).

(36)

dan adanya perubahan serta peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat pada kelompok orang, boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Berhasiltidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksanaanya. Unsur pelaksanaan itu merupakan unsur ketiga. Pelaksana adalah hal penting dalam mempertanggungjawabkan pengolahan maupun pengawasan dalam pelaksanaan, baik itu organisasi ataupun perorangan (Jones, 1994: 298).

2.4 Jaminan sosial

Jaminan sosial merupakan upaya memberikan perlindungan dengan peyelenggaraan untuk menciptakan sosial security bagi setiap elemen warga negara. Rasa aman menjadi setiap impian bagi setiap orang ketika sedang mengalami sebuah permasalahan hidupnya, permasalahan pada dasarnya tidak diinginkan namun pasti terjadi. Upaya pemenuhan kesejahteraan dapat terwujud jika adanya jaminan sosial, karena cita – cita pendiri bangsa ini untuk memajukan kesejahteraan umum, kesejahteraan masyarakat yang kita inginkan masyarakat sejahtera yang memiliki nilai keadilan sosial, sikap gotong royongan dan kebersamaan.

(37)

penghasilan. Jaminan sosial juga memberikan pelayanan medis, tunjangan keluarga dan anak atau jaminan keuangan atau konsekuensi ekonomi dari suatu peristiwa.

Pada sisi lain, konvensi ILO No. 102 tahun 1952, mendefinisikan jaminan sosial sebagai usaha pemerintah untuk melindungi masyarakat atau sebahagian anggota masyarakat dari tekanan ekonomi yang dapat menghilangnya penghasilan karena sakit, mengganggur, cacat, hari tua dan kematian. Jaminan sosial juga menyediakan dana bagi masyarakat serta memberikan bantuan kepada keluarga dalam pemeliharaan anak.

Dari rumusan pengertian tentang jaminan sosial itu terlihat bahwa esensi dari jaminan sosial adalah semacam pemberian kompensasi atas suatu peristiwa tertentu yang berakibat berkurangnya atau hilangnya penghasilan, (Merupakan definisi dari jaminan sosial kepada tenaga kerja), namun dari sisi lain jaminan sosial harus meliputi seluruh elemen masyarakat di Indonesia yang memberikan kesejahteraan bagi mereka guna esensi tujuan dari Negara kesejahteraan. (Drs. Andi Usman RM, dalam Jurnal Kiprah Jamsostek Pada MIllenium Ketiga, 1999 : 51).

2.4.1 Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)

(38)

keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program JAMSOSTEK dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Prof. Iman Supomo, SH adalah: Jaminan sosial tenaga kerja adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh itu diluar kesehatannya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian pendapatan dalam hal buruh kehilangan pendapatannya/upahnya karena alasan diluar kehendak.

Jaminan sosial tenaga kerja merupakan jaminan yang diadakan dengan suka rela oleh majikan atau karena kewajiban untuk keperluan atau kepentingan buruh yang ditujukan terhadap kebutuhan pada umumnya yang tidak dapat dicukupi upah serta tidak mempunyai hubungan kerja. PT Jamsostek (Persero) terbentuk setelah mengalami proses yang cukup panjang, dimulai dari :

1. Pembentukan Undang-Undang No. 33 Tahun 1947 dan Undang-Undang No. 2 Tahun 1951 Tentang Kecelakaan Kerja;

2. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 48 Tahun 1952 dan Peraturan Menteri Perburuhan No. 8 Tahun 1956 Tentang Pengaturan Bantuan Untuk Usaha Penyelenggaraan Kesehatan Buruh;

3. Peraturan Menteri Perburuhan No. 15 Tahun 1957 Tentang Pembentukan Yayasan Sosial Buruh;

(39)

5. Pemberlakuan Undang-Undang No.14 Tahun 1969 Tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.

Terbentuknya peraturan-peraturan tersebut merupakan kronologis dari proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja yang semakin transparan, dan setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik terhadap landasan hukum, bentuk perlindungan serta cara penyelenggaraan, maka pada tahun 1977 dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 Tahun 1977 Tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja atau pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No. 34 Tahun 1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Pada Tahun 1992 lahirlah Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). PP No. 36 Tahun 1995 maka PT Jamsostek ditetapkan sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek ini memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial.

2.4.2 Ruang lingkup Jamsostek

(40)

1. Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik ataupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab perusahaan sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24 % s.d 1,74 % sesuai kelompok jenis usaha.

Mengingat gangguan mental akibat kecelakaan kerja yang sifatnya sangat relatif sehingga sulit ditetapkan derajat cacatnya, maka jaminan atau santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacat mental tetap yang mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak dapat bekerja lagi.

Anggapan bahwa kecelakaan itu merupakan takdir adalah suatu pemikiran yang keliru. Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya dan penyebab itu tentunya dapat dicegah dan dikurangi. Sebab-sebab kecelakaan bias dikelompokan menjadi dua jenis yaitu :

1. Sebab Teknis.

(41)

2. Sebab Manusia

Sebab-sebab manusia biasanya dikarenakan oleh sikap ceroboh, tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, mengantuk dan sebagainya.

Untuk mengantisipasi untuk hal-hal yang tidak diinginkan mengenai kecelakaan kerja, maka perlu disebutkan untuk hal-hal apa saja yang merupakan kecelakaan kerja, agar mudah dipahami dan dimengerti sehingga dikemudian hari tidak salah paham. Hal-hal yang dapat dimasukan kedalam kecelakaan kerja dalam Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 adalah sebagai berikut :

1. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau lingkungan kerja.

2. Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dan pulang ked an dari tempat kerja, sepanjang melalui perjalanan yang wajar dan biasanya dilakukan setiap hari.

3. Kecelakaan yang terjadi di tempat lain dalam rangka tugas atau secara langsung bersangkut paut dengan penugasan dan tidak ada unsure kepentingan pribadi.

4. Kecelakaan yang terjadi di luar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja seperti jam istirahat sebagaimana diatur oleh Undang-Undang.

5. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur yang harus dibuktikan dengan surat perintah lembur.

6. Perkelahian di tempat kerja termasuk kecelakaan kerja (Kansil, 1997 : 135). Selain yang termasuk kecelakaan kerja pada waktu kerja diatas, juga diluar waktu kerja dapat dikelompokan sebagai kecelakaan kerja, seperti :

(42)

2. Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang merupakan tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat tugas.

3. Kecelakaan yang terjadi di sebuah perkemahan yang berada di lokasi kerja, di luar jam kerja dan di luar waktu kerja (waktu istirahat) serta yang bersangkutan bebas dari setiap urusan pekerjaan (Kansil, 1997 : 137).

Jaminan kecelakaan kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali di rumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKKini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuaran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran. Iuran Jaminan kecelakaan kerja :

1. Kelompok I : 0,24 % dari upah sebulan. 2. Kelompok II : 0,54 % dari upah sebulan. 3. Kelompok III : 0,89 % dari upah sebulan. 4. Kelompok IV : 1,27 % dari upah sebulan. 5. Kelompok V : 1,74 % dari upah sebulan.

2. Jaminan Kematian

(43)

Tenaga kerja yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja akan mengkibatkan terputusnya penghasilan , dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

Dalam Undang-Undang Nomor 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja pasal 12 menegaskan :

1. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian.

Adapun yang dimaksud keluarga yang ditinggalkan adalah istri atau suami, keturunan sedarah dari tenaga kerja menurut garis lurus kebawah, dan garis lurus keatas, dihitung sampai derajat kedua termasuk anak yang disahkan. Apabila garis lurus keatas dan kebawah tidak ada, diambil garis kesamping dan mertua.

2. Jaminan kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi : a. Biaya pemakaman sebesar Rp. 200.000,-

b. Santunan berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,-

Uraian di atas menetapkan yang berhak menjadi ahli waris dari jaminan kematian akan memberikan dampak yang positif, artinya orang yang sepatutnya menerima warisan tidak diklaim orang lain, dan warisan yang diterima kepada keluarga yang berhak menerimanya dapat dimanfaatkan untuk bekal hidup.

3. Jaminan Hari Tua

(44)

meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program jaminan hari tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau lebih memenuhi persyaratan tertentu.

Hari tua mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja akibat terputusnya upah tersebut, dapat mengakibatkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenagakerjaan sewaktu mereka masih bekerja, tetapi penghasilannya rendah. Iuaran program jaminan hari tua :

1. Ditanggung perusahaan : 3,7 % 2. Ditanggung tenaga kerja : 2 %

Program jaminan hari tua diselenggarakan dengan cara atau sistem tabungan hari tua (provident fund), dimana iuran dari perusahaan dan tenaga kerja setiap bulan dikredit pada rekening tenaga kerja secara individual, dan mendapat bunga setiap tahun. Kemanfaatan dari jaminan hari tua berupa pembayaran saldo tabungan pada saat timbul hak peserta, yaitu :

1. Mencapai umur 55 tahun.

2. Mengalami cacat total dan tetap sehingga tidak dapat bekerja lagi. 3. Meninggal dunia.

4. Mengalami PHK setelah peserta setidak-tidaknya lima tahun.

5. Pergi keluar negeri atau pulang kenegeri asal untuk tidak kembali lagi. (Utama ningsih dalam Jurnal Pemberdayaan Komunitas, 2006 : 138).

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(45)

kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan pengetahuan dan pengobatan secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penaggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja. Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan dibayarkan oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut :

1. 3 % dari upah tenaga kerja (maksimal Rp. 1 juta) untuk tenaga kerja lajang. 2. 6 % dari upah tenaga kerja (maksimal Rp. 1 juta) untuk tenaga kerja berkeluarga.

Manfaat yang diperoleh karyawan dengan mengikuti jaminan pemeliharaan kesehatan adalah :

1. Memperoleh kepastian pelayanan medis pada saat membutuhkan.

2. Tidak lagi diperlukan pembiayaan dokter, obat, uang muka dan biaya rumah sakit dan bersalin.

3. Terpeliharanya kesehatan bagi diri dan keluarga demi kelangsungan dan kebahagian hidup.

(46)

1. Kepastian pembiayaan kesehatan tenaga kerja serta keluarganya.

2. Tidak lagi direpotkan dengan berbagai masalah kesehatan tenaga kerja serta keluarganya.

3. Diperoleh atau didapatkannya tenaga kerja yang sehat, stabil dan produktif. (Utama Ningsih dalam jurnal pemberdayaan komunitas, 2006 :138).

Dengan demikian kemanfaatan jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi usaha-usaha prevensi, kompensasi dan rehabilitasi. JPK juga memberikan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif (Pemulihan).

2.5 Kesejahteraan sosial

Istilah kesejahteraan sosial (social welfare) tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang lain. Pada umumnya orang kaya dan segala kebutuhannya tercukupi itulah yang disebut orang yang sejahtera. Namun demikian, dilain pihak orang yang miskin dan segala kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih bahagia karena tidak memiliki masalah yang pelik sebagaimana umumnya orang kaya.

(47)

dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. (Mohammad suud, 2006:7)

Pengertian kesejahteraan sosial dapat dikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15th International Conference of Social Welfare, yakni Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. (Miftachul huda, 2009:73)

2.5.1 Negara kesejahteraan

Pandangan atau konsep yang menyatakan bahwa “kontrak sosial” sebagai awal terbentuknya suatu negara juga mengandung pengertian bahwa negara dapat dipandang sebagai asosiasi (perkumpulan) manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Akhir tujuannya adalah menciptakan kebahagian bagi rakyatnya (bonum publicum, common good, common wealtb).

Menurut Roger H. Sultou tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya “berkembang serta menyeenggarakan daya cipta sebebas mungkin” (the freest possible development and creative self-expression of its members). Dan menurut Harold J. Laski “menciptakan keadaan dimana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal” (creations of those conditions under which the members of the state may attain the maximum satisfaction of

(48)

Negara yang pertama muncul adalah lahirnya tipe negara yang berfungsi hanya sebagai penjaga malam (nachtwalker state). Menurut tipe ini, negara hanya melakukan tugas sebagai penjaga keamanan dan dan pengaturan keuangan negara, serta hubungan dengan luar negeri. Negara akan bertindak kalau keamanan anggota masyarakat terganggu. Pengaturan hubungan (perdagangan, tingkah laku kehidupan dan lain-lain) yang terjadi antar anggota masyarakat bukan urusan negara.

Ada tujuh ciri pokok negara kesejahteraan sebagaimana disampaikan oleh Daeng matutu (1972).

1. Terjaminnya hak asasi sosial dan hak asasi ekonomi. Negara harus terlebih dahulu mengadakan kegiatan (aktif) untuk memenuhi hak-hak asasi ini. Contohnya, antara lain, hak akan pekerjaan dan tunjangan jika menganggur,hak upah minimum dengan jam kerja maksimal, hak perumahan yang layak, hak memasuki lembaga-lembaga pendidikan dan kesehatan.

2. Model trias politica cenderung tidak dipisahkan, tapi lebih banyak berorientasi pada manajemen (efisiensi kerja).

3. Hak milik tidak diartikan secara mutlak, melainkan juga berfungsi sosial, bahkan kadang-kadang diformulasikan sebagai sesuatu “sociale plicht” (kewajiban sosial).

4. Peranan negara tidak hanya sebagai penjaga keamanan dan ketertiban, tetapi juga memenuhi kebutuhan asasi sosial, ekonomi dan kultural (ikut campur tangan).

(49)

materinya lebih banyak bersangkut-paut dengan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural masyarakat.

6. Peranan hukum public semakin luas dan peranannya semakin mendesak hukum perdata dalam kehidupan sosial,ekonomi dan kultural.

7. Titik beratnya bersifat negara hukum materil, yang mementingkan keadilan sosial.

Selanjutnya, kalau kita memperhatikan konsep negara republik Indonesia, sebagaimana tercermin dalam Undang Undang Dasar 1945, baik pembukaannya maupun batang tubuhnya dengan ciri-ciri pokok negara kesejahteraan akan tampak banyak persamaan.

Alinea keempat pembukaan UUD 1945 menyatakan “Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial, maka…, berdasarkan kepada…, serta mewujudkan

suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(50)

Selanjutnya Mustamin juga menyatakan, kata-kata memajukan kesejahteraan umum menunjukan pula bahwa adalah menjadi kewajiban pemerintah untuk menggarap dan menggembangkan segala hal yang bersangkut paut dalam memajukan kesejahteraan umum, misalnya pembuatan jalan, jembatan, memajukan kesehatan rakyat, pembuatan system irigasi, telekomunikasi dan sebagainya. Pemerintah pun menurut pembukaan UUD 1945 juga mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk memberantas buta huruf.

Kemudian sila kelima pancasila yang hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberikan petunjuk akan sifat negara kita sebagai negara kesejahteraan. Lebih jauh lagi, kalau kita perhatikan pasal-pasal pada batang tubuh UUD 1945, seperti pasal 27, 31, 33, dan 34 terlihat bahwa kesemuanya berindikasi kepada asas-asas dan ciri-ciri pokok negara kesejahteraan.

Plato, Aristoteles, dan Jhon Locke (F. Isjwara, 1982) pernah mengemukakan tentang tujuan negara, sebagai berikut. “Tiada negara yang dibentuk untuk menimbulkan kesukaran-kesukaran dan kekacauan bagi umat manusia, setidak-tidaknya secara teoritis. Semua negara yang pernah ada dalam sejarah, yang masih ada dan yang akan ada di masa depan, selalu akan dibentuk dan dipertahankan demi tujuan-tujuan baik dan luhur itu.

(51)

negara itu. “salus populi, suprema lex”. (Djoko Triyanto dalam jurnal Kiprah Jamsostek Pada Millenium Ketiga, 1999 : 33).

2.6 Kerangka Pemikiran

Sebagai bagian dari masyarakat yang produktif, amatlah wajar bila para pekerja diberikan perlindungan, pemeliharaan serta secara bertahap ditingkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan upah dan memberikan jaminan sosial.

(52)

menanggulangi resiko-resiko kerja sekaligus akan menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan produktifitas kerja.

Respon positif Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) setuju dengan program Jamsostek, yaitu mengetahui dan memahami mengenai program, tujuan dan sasaran, manfaat dari program Jamsostek dengan memenuhi segala peraturan dengan adanya program Jamsostek, yaitu membayar iuran tiap bulannya sehingga mengharapkan hasil yang memuaskan dari program Jamsostek.

Respon negatif Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) tidak setuju dengan program Jamsostek, yaitu mengetahui dan memahami mengenai program, tujuan dan sasaran, manfaat dari program Jamsostek, bersikap apatis terhadap program Jamsostek sehingga tidak mengharapkan hasil apa-apa dari program Jamsostek.

(53)

Untuk lebih jelasnya, program Jamsostek bagi Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK), penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut : Peraturan Menteri No :

PER-24/MEN/VI/2006

Program Jaminan Sosial Wadah PAMI 1. Jaminan Kecelakaan Kerja 2. Jaminan Kematian

3. Jaminan Hari Tua

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Respon Negatif (-) :

1. Tidak setuju dengan program Jamsostek.

2. Bersikap apatis terhadap program Jamsostek.

3. Tidak mengharapkan apa-apa dari program Jamsostek.

Respon Positif (+) :

1. Setuju dengan program Jamsostek.

2. Mematuhi peraturan Jamsostek.

(54)

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena sosial, yang harus dipahami untuk memahami kerangka acuan dalam sebuah penelitian. Defenisi konsep adalah perumusan gejala atau permasalahan yang akan diteliti (Bungin, 2001: 40 & 57). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar tentang apa yang akan diteliti serta menghindari pemahaman yang salah yang dapat mengaburkan tujuan dari penelitian. Adapun yang menjadi defenisi konsep yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Respon adalah tanggapan, reaksi maupun jawaban.

2. Tenaga Kerja luar hubungan kerja (TKLHK) adalah tenaga kerja yang bekerja sendiri tanpa ikatan dengan perusahaan atau perorangan, biasa disebut dengan tenaga kerja bebas, misalnya dokter yang membuka praktik, pengacara (advokad), petani yang menggarap sawahnya sendiri, wirausahawan yang melakukan usaha dalam perdagangan dan lain-lainya.

3. Program adalah cara yang disusun secara sistematis yang disahkan untuk mencapai tujuan. Program merupakan pengorganisasian rencana agar lebih mudah untuk dioperasionalkan dalam pelaksanaan di lapangan.

(55)

5. Jaminan Kecelakaan Kerja adalah Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam menghadapi pekerjaannya.

6. Jaminan Kematian diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.

7. Jaminan Hari tua adalah Program jaminan yang ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja meninggal, cacat atau hari tua dan diselenggarkan dengan sistem tabungan hari tua

8. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah salah satu program jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya dalam mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan pengetahuan dan pengobatan secara efektif dan efisien. 9. Kesejahteraan sosial adalah sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk mrmbantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

2.7.2 Defenisi Operasional

(56)

adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 46).

Untuk memberikan kemudahan dan memahami variabel dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

1. Respon Positif :

a. Setuju dengan program Jamsostek. b. Mematuhi program Jamsostek.

c. Mengharapkan hasil yang memuaskan dari program Jamsostek. 2. Respon Negatif :

Respon negatif terjadi apabila informasi atau program yang didengar atau perubahan sesuatu objek tidak mempengaruhi tindakannya atau menghindari dan membenci objek tertentu.

a. Tidak setuju dengan program Jamsostek. b. Bersikap apatis terhadap program Jamsostek.

c. Tidak mengharapkan apa-apa dari program Jamsostek.

(57)

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian Deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran untuk melukiskan kenyataan yang ada tentang masyarakat atau sekelompok orang tertentu di lapangan secara analisis yang prosesnya meliputi penguraian hasil observasi dari suatu gejala yang diteliti atau lebih (Soehartono, 2004 : 35). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan respon atau tanggapan Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) terhadap Program Khusus PT. Jamsostek yang didafatarkan melalui wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia (PAMI).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia (PAMI) sebuah wadah atau kelompok yang tergolong tenaga kerja luar hubungan kerja, berdiri sendiri bergerak dalam bidang perdagangan/wiraswasta, yang berlokasi di Kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti dari manusia, benda, hewan, dan tumbuhan, gejala, peristiwa, nilai-nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu peristiwa. (Nawawi, 1991 : 61). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh anggota dalam Wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia (PAMI) yang berjumlah 23 orang.

(58)

Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keselururahan dari populasi yang diwakilinya. Jika populasi lebih dari 100 maka dianjurkan sampel yang diambil antara 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2002 : 107). Dikarenakan jumlah populasinya dibawah dari 100 orang, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel, melainkan menggunakan seluruh populasi yang ada di wadah Pembinaan Anak Mandiri Indonesia (PAMI).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik pengumpulan data sekunder

Dengan cara Studi Kepustakaan yakni Teknik pengumpulan data yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, surat kabar, majalah, jurnal, blog, ataupun tulisan lain yang relevansi terhadap penelitian.

3.4.2 Teknik Pengumpulan data primer

Dengan cara Studi Lapangan yakni Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan tentang masalah yang diteliti, Melalui :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2
Tabel 4
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait