• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Kegiatan

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Tim Penyusun (Halaman 12-17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Dalam lingkup kegiatan ini akan dijabarkan dalam 2 hal yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup kegiatan.

Ruang lingkup materi:

a. Menganalisis karakteristik geografis yang terkait dengan bencana longsor di Kota Tegal. Analisis ini terkait dengan kondisi fisik yang ada seperti kelerengan, geologi, jenis tanah, dan guna lahan sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana karakteristik geografisnya.

b. Mengidentifikasi jenis, potensi dan ancaman yang dapat menimbulkan terjadinya bencana di Kota Tegal. Analisis ini akan ditinjau dari kecamatan dan desa yang terdampak, ancaman internal dan eksternal yang mempengaruhi bencana banjir.

c. Menganalisis kajian resiko bencana banjir sebagai acuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana banjir di Kota Tegal yang akan berisi mengenai perhitungan indeks ancaman, penduduk terpapar, ekonomi, fisik, kerugian, kerentanan, kapasitas dan resiko bencana.

Ruang lingkup kegiatan:

a. Kegiatan Persiapan

1) Pengumpulan data masukan baik primer maupun sekunder;

2) Melakukan review data dari laporan studi terdahulu untuk mendapatkan rumusan permasalahan dan potensi wilayah studi;

3) Persiapan survey.

Halaman |

5

L a p o r a n A k h i r

b. Kegiatan survey lapangan

c. Melakukan pengkajian risiko bencana sebagai panduan bagi pemerintah dan masyarakat dalam menyusun kajian mitigasi bencana;

d. Menyusun kajian resiko bencana banjir dengan berfokus kepada perlakuan beberapa parameter risiko dengan dasar yang jelas dan terukur sesuai dengan arah kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam kesatuan tujuan.

LANDASAN HUKUM

Dokumen pembuatan Peta Rawan Banjir Kota Tegal Tahun 2019 disusun berdasarkan landasan hukum yang berlaku di Indonesia dan Kota Tegal. Adapun beberapa aturan yang terkait dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700).

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723).

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739).

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844).

7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Halaman |

6

L a p o r a n A k h i r

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817).

10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828).

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

12. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.

13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana.

14. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana;

15. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana;

16. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah No 44 tahun 2014 Tentang Rencana Penanggulangan Bencana Jawa Tengah;

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 9 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan;

18. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011– 2031;

19. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tegal Tahun 2019– 2024;

Halaman |

7

L a p o r a n A k h i r

PENGERTIAN

Untuk memahami Dokumen ini, maka disajikan pengertian-pengertian kata dan kelompok kata sebagai berikut:

1. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, yang selanjutnya disingkat dengan BMKG adalah instansi pemerintah yang bertugas dan bertanggung jawab dibidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.

2. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan BNPB adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah (surface water) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia dan lingkungan, pemahaman genangan disini adalah terendamnya suatu kawasan lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam.

4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD-PK adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Tegal.

5. Bahaya adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis, geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.

6. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

7. Cek Lapangan adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya.

8. Geographic Information System, yang selanjutnya disingkat dengan GIS adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan

Halaman |

8

L a p o r a n A k h i r

muka bumi.

9. Kajian Risiko Bencana yang selanjutnya disingkat dengan KRB adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat ancaman, tingkat kerugian dan kapasitas daerah.

10. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian daerah akibat bencana.

11. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.

12. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.

13. Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

14. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

15. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

16. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh lokasinya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut nonspasialnya.

17. Peta Risiko Bencana adalah peta yang menggambarkan Tingkat Risiko bencana suatu daerah secara visual berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah.

18. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk

menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Halaman |

9

L a p o r a n A k h i r

19. Rencana Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat dengan RPB adalah rencana penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah.

20. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

21. Skala Peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu.

22. Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana.

23. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian Daerah dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana.

PENDALAMAN MATERI

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Tim Penyusun (Halaman 12-17)

Dokumen terkait