• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang lingkup Pelecehan Seksual dan Perempuan

Dalam dokumen PENGABDIAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT (Halaman 128-131)

PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM KONTEKS KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN

A. Ruang lingkup Pelecehan Seksual dan Perempuan

Sebelum membahas apa itu pelecehan seksual, akan disinggung terlebih dahulu arti kata dari pelecehan seksual. Menurut kamus besar Indonesia pengertian pelecehan seksual adalah pelecehan yang merupakan bentuk pembendaan dari kata kerja melecehkan yang berarti menghinakan, memandang rendah, mengabaikan. Sedangkan seksual memiliki arti hal yang berkenan dengan seks atau jenis kelamin, hal yang berkenan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.

Dengan demikian, berdasarkan pengertian tersebut maka pelecehan seksual berarti suatu bentuk penghinaan atau memandang rendah seseorang karena hal -hal yang berkenan dengan seks, jenis kelamin atau aktivitas seksual antara laki-laki dan perempuan.

Menurut Mboiek (Mboiek, Pieter B) pengertian pelecehan seksual adalah suatu perbuatan yang biasanya dilakukan laki-laki dan ditujukan kepada perempuan dalam bidang seksual, yang tidak disukai oleh perempuan sebab ia merasa terhina, tetapi kalau perbuatan itu ditolak ada kemungkinan ia menerima akibat buruk lainnya.

Dalam pelecehan seksual terdapat unsur-unsur yang meliputi : 1. suatu perbuatan yang berhubungan dengan seksual,

2. pada umumnya pelakunya laki -laki dan korbannya perempuan, 3. wujud perbuatan berupa fisik dan nonfisik dan,

4. tidak ada kesukarelaan.

Dari pengertian tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa unsur utama yang membedakan pelecehan seksual atau bukan adalah tindakan

“suka sama suka” (Wignjosoebroto, Soetandyo). Di kalangan masyarakat, perkosaan juga dianggap sebagai suatu bentuk kekerasan seksual terhadap perempuan, meskipun cara pandang atas kejadian tersebut masih bias patriarkhis, yaitu kecenderungan melihat korban sebagai pemicu kejadian. Rentang kekerasan seksual bukan hanya perkosaan saja melainkan sangat bervariasi dan modus operandinya tidak sesederhana yang dibayangkan. Kekerasan seksual mengacu pada suatu perlakuan negatif (menindas, memaksa, menekan, dan sebagainya) yang

- 123 berkonotasi seksual, sehingga menyebabkan seseorang mengalami kerugian.

Bisa saja korban pemerkosaan berada di bawah ancaman fisik dan/atau psikologis, kekerasan, dalam keadaan tidak sadar atau tidak beradaya, berada di bawah umur, atau mengalami keterbelakangan mental dan kondisi kecacatan lain, sehingga tidak dapat menolak apa yang terjadi, tidak mengerti, atau tidak dapat bertanggungjawab atas apa yang terjadi padanya. Menurut E.Kristi Poerwandari, perkosaan adalah tindakan pseudo-sexual, dalam arti merupakan perilaku seksual yang tidak selalu dimotivasi dorongan seksual sebagai motivasi primer, melainkan berhubungan dengan penguasaan dan dominasi, agresi dan perendahan pada satu pihak (korban) oleh pihak lainnya (pelaku) (E.Kristi Poerwandari, p. 24).

Pelecehan seksual adalah terminologi yang paling tepat untuk memahami pengertian kekerasan seksual. Pelecehan seksual memiliki rentang yang sangat luas, mulai dari ungkapan verbal (komentar, gurauan dans ebagainya) yang jorok/tidak senonoh, perilku tidak senonoh (mencolek, meraba, mengeus, memeluk dan sebagainya), mempertunjukkan gambar porno/jorok, serangan dan paksaan yang tidsk senonoh seperti, memaksa untuk mencium atau memeluk, mengancam akan menyulitkan si perempuan bila menolak.

Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam Bab XVI Buku II dengan titel ”Kejahatan Terhadap Kesusilaan”.

a. kejahatan dengan melanggar kesusilaan umum (Pasal 281);

b. kejahatan pornografi (Pasal 282);

c. kejahatan pornografi terhadap orang yang belum dewasa (Pasal 283);

d. kejahatan pornografi dalam menjalankan pencahariannya (Pasal 283 bis);

e. kejahatan perzinahan (Pasal 284);

f. kejahatan perkosaan untuk bersetubuh (Pasal 285);

g. kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya (Pasal 286);

h. kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang umurnya belum 15 tahun (Pasal 287);kejahatan bersetubuh dengan perempuan dalam perkawinan yang belum waktunya dikawin dan menimbulkan akibat luka-luka (pasal 288);

j. kejahatan perkosaan berbuat cabul atau perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan (pasal 289);

k. kejahatan perbuatan cabul pada orang yang pingsan, pada orang yang umurnya belum 15 tahun atau belum waktunya dikawin (Pasal 290);

l. kejahatan perbuatan cabul sesama kelamin, pada orang yang belum dewasa (Pasal 292);

m. kejahatan menggerakkan orang untuk berbuat cabul dengan orang yang belum dewasa (pasal 293);

n. kejahatan berbuat cabul dengan anaknya, anak dibawah pengawasannya dan lain-lain yang belum dewaasa (Pasal 294);

o. kejahatan pemudahan berbuat cabul bagi anaknya, anak tirinya dan lain-lain yang belum dewasa (pasal 295);

p. kejahatan pemudahan berbuat cabul sebagai mata pencaharian atau kebiasaan (pasal 296);

q. kejahatan memperdagangkan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa (Pasal 297);

r. kejahatan mengobati wanita dengan menimbulkan harapan bahwa hamilnya dapat digugurkan (Pasal 299).

Kejahatan kesusilaan atau moral offences dan pelecehan seksual atau sexual harassment merupakan dua bentuk pelanggaran atas kesusilaan yang bukan saja merupakan masalah hukum nasionl suatu negara melainkan sudah merupakan masalah hukum semua negara di dunia atau merupakan masalah global (Romli Atmasasmita, p. 103).

Pelaku kejahatan kesusilaan dan pelecehan seksual bukan dominasi mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah atau rendah apalagi kurang atau tidak berpendidikan sama sekali, melainkan pelakunya sudah menembus semua strata sosial dari strata terendah sampai tertinggi. Dalam era globalisasi saat ini kekerasan atau pelecehan-pelecehan yang terjadi pada wanita semakin meningkat, banyaknya kasus yang tiap tahunnya atau mungkin bisa jadi setiap bulannya yang terjadi pada wanita yang membuat hati miris. Oleh karena itu pemerintah berusaha memberikan layanan yang tebaik untuk melindungi wanita dari kejahatan-kejahatan yang menimpa para wanita sehingga membuat ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas karena ada rasa takut yang mengahantui mereka (Ekatam Suryono, p. 34).

Sebuah gerakan yang bernama Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau yang disingkat (KOMNAS PEREMPUAN) adalah suatu lembaga independen di Indonesia yang dibentuk secara mekanisme nasioanl yang digerakan untuk menghapus kekerasan pada wanita yang terbentuk untuk melindungi wanita, Komnas Perempuan ini dibentuk pada tanggal 15 Oktober 1998 berdasarkan keputusan

- 125 tahun 2005. Komnas perempuan merupakan 1 atau 3 dari lembaga Nasional yakni dua lembaga dari lembaga HAM dan lembaga dari Komnas Anak (Mansour Fakih, p. 34).

Terbentuknya Komnas Perempuan ini karena desakan dari masyarakat dan sering terjadinya hal yang tidak nyaman dikalangan masyarakat yang membuat resah, Tuntutan ini semakin membesar karena permasalahan atau kerusuhan yang terbesar yang terjadi pada Mei 1998 diberbagai kota-kota besar (Soedjono Dirdjosisworo, p. 8).

Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual, bukan hanya menimpa perempuan dewasa juga perempuan yang tergolong di bawah umur (anak-anak). Kejahatan seksual ini tidak hanya berlangsung di lingkungan perusahaan, perkantoran atau di tempat-tempat tertentu yang memberikan peluang manusia berlawanan jenis dapat saling berkomunikasi, namun juga dapat terjadi di lingkungan keluarga.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dari Pelecehan

Dalam dokumen PENGABDIAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT (Halaman 128-131)