• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan hanya pada kawasan wisata Pantai Carita dan tidak membandingkan dengan obyek wisata yang berada di kawasan wisata di Kabupaten Pandeglang.

2. Responden yang diambil berumur minimal 15 tahun, tingkat pendapatan yang digunakan bagi pelajar/mahasiswa merupakan jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, hadiah) yang diterima dalam satu tahun, dan bagi tanggungan keluarga biaya perjalanan yang dikeluarkan diperoleh dari kepala keluarga.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Studi yang menggunakan metode biaya perjalanan telah banyak dilakukan di Indonesia, di antaranya adalah : Maulani (2001), Andrianto (2003), Sabda (2003), dan Nurdini (2004).

Maulani (2001), melakukan penelitian menggunakan metode biaya perjalanan dengan pendekatan biaya perjalanan zonal (wilayah), sehingga biaya yang dikeluarkan pengunjung tergantung dari daerah asal dan tingkat konsumsi pengunjung. Termasuk dalam biaya perjalanan adalah biaya transportasi, biaya konsumsi selama rekreasi, biaya dokumentasi, biaya untuk membeli souvenir, sewa kamar hotel dan harga karcis.

Metode biaya perjalanan menurut zona (wilayah) yang digunakan Maulani memiliki kelemahan yaitu pendekatan ini mengabaikan karakteristik individu pengunjung. Hal tersebut dikarenakan zona mengelompokkan pengunjung yang mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal penentuan jarak dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di tiap-tiap zona yang diklasifikasikan. Selain itu ada alasan lain yaitu: Pertama, analisa sering didasarkan pada konsep kesediaan membayar individual. Kedua, pengamatan sering kali ditemui situasi dimana sejumlah individu melakukan perjalanan dari daerah yang umum (misalnya sekolah). Ketiga, individu-individu terdispersi dalam kelompok-kelompok kecil menuju lokasi wisata sekitarnya. Keempat, individu tidak semata-mata ingin menikmati pariwisata saja tetapi kombinasi dari melihat, berburu, dan sebagainya. (Creel dan Loomis dalam Andrianto, 2003).

Penelitian lainnya dilakukan oleh Andrianto (2003) yang menggunakan pendekatan biaya perjalanan dengan aplikasi regresi Poisson. Pada penelitiannya, Andrianto menggunakan metode biaya perjalanan dengan pendekatan biaya perjalanan individu. Asumsi yang mendasari pendekatan biaya perjalanan ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk bepergian ke tempat rekreasi oleh satu orang pengunjung dalam satu kali kunjungan. Biaya tersebut merupakan penjumlahan dari biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi selama rekreasi dikurangi dengan biaya konsumsi harian, ditambah dengan biaya parkir dan biaya lainnya yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi untuk satu hari kunjungan.

Untuk mengestimasi permintaan rekreasi, Andrianto menggunakan model regresi Poisson dan memasukkan biaya imbangan ke dalam model permintaan rekreasi sebagai variabel bebas yang terpisah. Dalam penelitian ini responden dibedakan menjadi dua kategori yaitu yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan dan yang tidak mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan. Untuk membedakannya, dilakukan dengan cara membandingkan antara jenis pekerjaan, jumlah hari kerja dalam seminggu dan waktu luang yang dihitung dalam satu tahun. Responden yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan mempunyai kriteria antara lain adalah sudah berpenghasilan sendiri dan waktu luang yang ada untuk kegiatan rekreasi lebih besar daripada waktu kerja yang digunakan.

Hasil analisis regresi Poisson diketahui bahwa biaya perjalanan individu yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan yang semakin meningkat akan memperbesar peluang rata-rata individu untuk berkunjung ke lokasi wisata. Sebaliknya variabel biaya perjalanan individu yang tidak mampu

mensubstitusikan waktu dengan pendapatan yang semakin meningkat akan mengurangi peluang rata-rata individu untuk berkunjung ke lokasi wisata.

Penelitian yang menggunakan metode biaya perjalanan juga dilakukan oleh Sabda (2003), yang meneliti tentang aplikasi metode biaya perjalanan untuk menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di obyek wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Definisi metode biaya perjalanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung selama melakukan perjalanan rekreasi yang dilihat sejak persiapan sampai ke lokasi dan kemudian kembali ke tempat asalnya, meliputi: sewa atau ongkos kendaraan, biaya bahan bakar, biaya pelumas, upah sopir, biaya parkir, biaya tol dan karcis masuk.

Hasil analisis regresi diperoleh bahwa biaya perjalanan rata-rata secara statistik berpengaruh sangat nyata terhadap laju kunjungan (P<0.01). Nilai koefisien regresi mempunyai nilai negatif, artinya semakin besar rata-rata biaya perjalanan menunjukkan adanya penurunan laju kunjungan. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan (hipotesis).

Nurdini (2004) melakukan penelitian untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (jumlah kunjungan) pada kawasan Hutan Mangrove Muara Angke dengan menggunakan analisis regresi Poisson. Pendekatan metode biaya perjalanan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan biaya perjalanan individu. Berdasarkan hasil analisis regresi Poisson, diketahui bahwa biaya perjalanan berpengaruh nyata secara statistik terhadap tingkat kunjungan ke Hutan Mangrove Muara Angke pada taraf nyata 15 persen. Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah negatif yang artinya dengan semakin meningkatnya biaya

perjalanan maka akan menurunkan frekuensi kunjungan ke Hutan Mangrove Muara Angke.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis permintaan rekreasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Komponen biaya perjalanannya meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi selama kunjungan dan biaya lain yang dikeluarkan selama berada di kawasan ini.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya keputusan seseorang untuk memilih daerah tujuan wisata (DWT) dipengaruhi oleh karakteristik individu wisatawan dan kondisi daerah tujuan wisata (Gambar 1). Karakteristik wisatawan yang diduga berpengaruh adalah daerah asal, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan dan pengetahuan wisatawan tentang tempat wisata. Sedangkan kondisi daerah tujuan wisata yang diduga berpengaruh adalah keindahan/keunikan pemandangan alam, fasilitas yang tersedia, kenyamanan, kebersihan, kemudahan jangkauan dan keamanan.

Selain karakteristik dan kondisi daerah wisata, pengambilan keputusan dalam pemilihan tempat dipengaruhi juga oleh tersedianya waktu luang dan jarak. Keduanya erat kaitannya dengan waktu yang diperlukan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang dalam melakukan suatu kunjungan ke suatu DTW. Oleh karena itu, perlu diketahui berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan sekali kunjungan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan wisata.

Salah satu metode yang dapat menentukan biaya seorang wisatawan untuk melakukan kunjungan ke suatu DTW adalah metode biaya perjalanan. Metode ini merupakan suatu metode yang pada prinsipnya mengukur kesediaan membayar dari para wisatawan yang dihubungkan dengan kepuasan wisata yang diperoleh. Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat ditentukan berapa besar biaya yang bersedia dikeluarkan untuk menikmati kegiatan wisata serta mendapatkan

kepuasan dari kegiatan tersebut. Komponen dari biaya perjalanan tersebut terdiri dari biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi dan biaya lainnya yang berhubungan dengan kegiatan wisata.

Melalui metode biaya perjalanan ini, selain diketahui berapa besar biaya yang harus dikeluarkan, dengan menggunakan analisis regresi dapat diketahui fungsi permintaan dari wisatawan tersebut sebagai representasi dari nilai lokasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat kunjungan wisata. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan dapat juga menurunkan jumlah kunjungan wisata.

Faktor yang diduga meningkatkan jumlah kunjungan adalah tingkat pendapatan baik pendapatan individu maupun keluarga, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, waktu luang, jumlah rombongan, pengetahuan wisatawan tentang tempat wisata serta persepsi wisatawan terhadap lokasi seperti keindahan/keunikan pemandangan alam, fasilitas yang tersedia, kenyamanan, kebersihan, kemudahan jangkauan dan keamanan. Sedangkan faktor yang diduga akan menurunkan jumlah kunjungan adalah daerah asal karena terkait dengan jarak, biaya perjalanan dan jumlah tanggungan. Pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat berguna bagi pengelola tempat wisata terutama yang berhubunagn dengan kawasan wisata untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang dapat diberikan di kawasan wisata tersebut sehingga kawasan wisata itu dapat dijadikan alternatif pilihan wisata bagi masyarakat untuk menyeimbangkan hidup atau hanya untuk sekedar melakukan wisata dan membuat wisatawan tertarik untuk datang kembali ke kawasan wisata tersebut.

Kawasan wisata yang dimaksud pada penelitian ini adalah Kawasan Wisata Pantai Carita.

Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran

Dokumen terkait