• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Perhitungan Hasil Kuesioner

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan cakupan sebagai berikut:

(1) Ruang lingkup penelitian ini menitikberatkan tentang permasalahan yang dihadapi pada layanan perpustakaan keliling khususnya Perpustakaan Elektronik Keliling.

(2) Menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang terjadi pada Perpustakaan Elektronik Keliling.

(3) Sampel penelitian adalah pelajar SMU sederajat di wilayah DKI Jakarta yang mendapat kunjungan layanan Pusteling.

(4) Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis menggunakan metode Proses Hierarki Analitik.

1.6 Definisi Operasional

Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) adalah bus perpustakaan keliling yang bertujuan untuk mengenalkan serta menggalakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kepada masyarakat umum khususnya pelajar yaitu pada tingkat SD, SLTP dan SLTA (Tritawirasta: 2009)

Perpustakaan Keliling adalah perpustakaan yang bergerak dengan membawa bahan pustaka seperti buku dan bahan pustaka lainnya untuk melayani masyarakat dari suatu tempat lainnya yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap (perpustakaan umum). Jadi kedudukan perpustakaan keliling sebagai perluasan layanan perpustakaan umum (Pedoman Perpustakaan Keliling Perpustakaan Nasional: 2006).

Proses Hierarki Analitik (PHA) adalah perhitungan penentuan skala prioritas atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analisis secara berjenjang dan terstruktur (Dermawan: 2009).

Keberhasilan Perpustakaan merupakan hal yang sering dihubungkan dengan kepuasan pengguna atas pemenuhan permintaan informasi yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lancaster (1997) yang menyatakan bahwa jasa perpustakaan yang berorientasi pada masyarakat harus diukur dari kepuasan pengguna.

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Bab ini akan menguraikan konsep yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan teoritis penelitian ini. Pada pembahasan ini dibagi atas tiga bagian yang terdiri dari perpustakaan keliling, perpustakaan elektronik keliling, serta faktor internal dan eksternal dari layanan perpustakaan elektronik keliling. Perpustakaan keliling dapat dikatakan sebagai bentuk perluasan layanan perpustakaan umum kepada maayarakat. Hal ini merupakan salah satu bentuk layanan perpustakaan yang dilakukan dengan cara mendekatkan koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan kepada pemustaka layanan perpustakaan.

Pada umumnya koleksi bahan pustaka yang dibawa menggunakan kendaraan, sehingga memberi kemudahan bagi pemustaka yang sulit mendapatkan akses ke perpustakaan umum. Poin tersebut dikuatkan oleh Lukas Koster

melayani pemustaka yang lokasinya berjauhan dari gedung perpustakaan umum setempat. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa perpustakaan keliling dan perpustakaan umum (menetap) merupakan layanan yang saling melengkapi karena pada dasarnya kedua perpustakaan tersebut memiliki prinsip yang sama dan layanan perpustakaan keliling merupakan perluasan dari perpustakaan umum.

Perpustakaan keliling merupakan perluasan dari perpustakaan umum yang mengacu kepada prinsip, yaitu:

(1) Pendidikan bersifat sepanjang hayat (lifelong education).

Dalam hal ini perpustakaan keliling pun ikut memelihara dan menyediakan sarana untuk pengembangan perorangan atau kelompok pada semua tingkat pendidikan dan kemampuan;

(2) Sumber informasi dan rujukan.

Artinya perpustakaan menyediakan kemudahan bagi pemakai berupa akses cepat (diberikan dalam waktu yang singkat) dan tepat (sesuai dengan kehendak dan minat pembaca) terhadap penggunaan informasi;

(3) Bahan hiburan.

Artinya perpustakaan memiliki peranan penting dalam mendorong penggunaan secara aktif rekreasi dan punyai waktu senggang dengan menyediakan bahan bacaan. Perpustakaan juga sepatutnya menjadi tempat di mana masyarakat dapat memperoleh informasi secara cuma-cuma tanpa

membedakan baik jenis kelamin, umur, ras, pekerjaan, agama, partai politik maupun kedudukan sosial;

(4) Pusat kehidupan dan kebudayaan.

Dalam hal ini, perpustakaan keliling pun merupakan pusat kehidupan dan kebudayaan yang secara aktif mempromosikan partisipasi pada semua bentuk seni dan hasil kreasi manusia. (Pius Teo).

2.1 Perpustakaan Keliling

Perpustakaan keliling mempunyai tugas mengumpulkan, memilih, dan menyajikan karya manusia kepada masyarakat yang tidak terlayani oleh perpustakaan umum. Artikel Peran Strategis Perpustakaan Keliling

sebuah sintesa dari berbagai macam problematika baik budaya maupun struktural. Tentu saja dengan tujuan mendekatkan sumber informasi pada masyarakat. IFLA

(International Federation of Library Associations and Institutions) mengartikan

perpustakaan keliling sebagai jenis perpustakaan yang memberikan layanan dengan cara bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan tujuan memberikan informasi tentang perkembangan pengetahuan, media informasi masyarakat, dan juga sebagai sosialisasi perpustakaan serta minat baca kepada masyarakat di lokasi tersebut.

Perpustakaan keliling berperan besar dalam menyediakan dan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pada masyarakat yang bermukim atau bertempat tinggal jauh dari lokasi gedung perpustakaan. Perpustakaan keliling sudah dirintis oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1972 untuk wilayah Jakarta. Selain pelayanan yang menunggu di tempat ada pula pelayanan perpustakaan keliling yang melayani para pembaca atas pesanan. Umpamanya, mobil perpustakaan tersebut mengunjungi pemustaka di rumah sakit, wisma jompo, panti asuhan dan sebagainya.

Pemberian nama atau istilah untuk layanan perpustakaan keliling bermacam-macam disesuaikan dengan lokasi atau wilayah layanan itu berada akan tetapi masih dalam artian yang sama, seperti halnya layanan perpustakaan keliling di Abu Dhabi yang dikutip dari pernyataan Rebecca Flynn (2009) yang mengatakan bahwa perpustakaan keliling di Abu Dhabi dinamakan KITAB yang

bertujuan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan buku bacaan.

Perpustakaan harus siap untuk perubahan yang terus menerus, apabila di masa depan menggunakan komputerisasi, perpustakaan harus berpikir ke arah tersebut dengan memberikan pelayanan secara digital(Hanson; 2010).Pernyataan tersebut memang tepat, karena dengan digitalisasi dan komputerisasi perpustakaan dapat memberikan kemudahan pelayanan untuk pemustaka, hal tersebut dikuatkan oleh Khaleejtimes (2010) yang mengatakan bahwa apabila perpustakaan keliling tidak dapat mengunjungi pemustaka maka pihak perpustakaan akan memberikan kabar, dan akan dijadwalkan ulang dengan proses selambat-lambatnya 4 hari.

Pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pihak manajemen layanan perpustakaan keliling berusaha untuk dapat memberikan pelayanan maksimal dengan cara memberikan kemudahan bagi pihak pengguna. Selain itu tujuan penting dari perpustakaan keliling adalah sebagai berikut:

(1) Membiasakan masyarakat untuk membaca dan terutama menciptakan sikap bahwa sekarang, buku termasuk kebutuhan dasar untuk setiap keluarga. Siapa pun yang bertanggung jawab terhadap keluarga tidak boleh memandang rumahnya sebagai kandang di mana dia hanya perlu menyediakan air dan nasi serta bereproduksi; sebaliknya, dia harus memandang keluarga sebagai sebuah unit manusia yang juga sangat membutuhkan makanan intelektual dan semua anggota keluarga harus memikirkan untuk memenuhi kebutuhan ini. (2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran rakyat serta melatih

mereka, terutama kaum muda, baik secara intelektual, spiritual, maupun emosional menurut usia dan tingkat pendidikan yang berbeda.

(3) Mengatasi kelemahan spiritual dan intelektual yang diakibatkan oleh tidak adanya kemampuan finansial dalam membeli bahan bacaan terutama buku yang dibutuhkan. Mencegah kemiskinan ekonomi agar tidak mengakibatkan kemiskinan intelektual.

(4) Mengatasi permasalahan rendahnya minat baca yang terjadi pada masyarakat untuk menuju berkembangnya masyarakat membaca.

(5) Menggesa berkembangnya literasi informasi di masyarakat. Serta mengeliminasi terjadinya kesenjangan intelektual yang diakibatkan oleh kesenjangan informasi.

Adanya perpustakaan keliling bermula dari sebuah ide untuk mensirkulasikan buku secara rutin kepada pembaca dengan cara membawa berkeliling sejumlah buku dengan menggunakan kendaraan atau alat pengangkut yang awalnya muncul dari Inggris, yaitu pada tahun 1859. Pada saat itu Mechanics Institution di Warrington-Inggris, bertujuan memperkenalkan pelayanan perpustakaan dengan cara berkeliling pada ruang lingkup yang terbatas dalam lingkungan perguruan tinggi tersebut, sedangkan kendaraan yang digunakan yaitu sejenis kereta kuda (Fetty). Percobaan pelayanan perpustakaan keliling pada masa itu tidak begitu menarik perhatian, baik bagi masyarakat pada umumnya maupun bagi perpustakaan lain, sehingga tidak ada satu pun perpustakaan pada abad tersebut yang mengikuti jejak perpustakaan Mechanics Institution dalam menyelenggarakan pelayanan perpustakaan keliling.

Pada awal abad ke 20, di Glasgow-Skotlandia, baru diselenggarakan pelayanan serupa tetapi ditujukan untuk masyarakat umum. Pelayanan yang dimulai pada tahun 1904 itu mempelopori timbulnya sejumlah perpustakaan keliling yang tersebar di seluruh Inggris, seperti misalnya Warrington Library dalam periode kerja sekali seminggu dan menggunakan kereta kuda, disusul oleh Manchester Library yang sejak tahun 1931 menyelenggarakan pelayanan semacam dengan menggunakan kendaraan bus yang sengaja diubah untuk kepentingan kegiatan perpustakaan keliling. Perkembangan perpustakaan keliling di Inggris menjadi semakin bertambah pesat setelah itu, sehingga pada tahun 1962 sudah terdapat 327 buah perpustakaan keliling yang tersebar di berbagai daerah di Inggris.

Perpustakaan keliling di Amerika timbul pertama kali atas ide Mary Titcomb, seorang pustakawan dari Washington County Free Library di Hagerstown, Maryland. Pada tahun 1905 Mary Titcomb menugaskan Joshua Thomas, seorang staf perpustakaan untuk berkeliling melayani penduduk secara langsung ke daerah pedesaan. Kendaraan yang digunakan ialah sebuah kereta kuda yang dapat

memuat sebanyak 250 buah buku. Joshua Thomas menggunakan kendaraan tersebut untuk mengelilingi Washington D.C yang berpenduduk ± 49.617 orang. Perpustakaan keliling ini merupakan pelayanan tambahan dari perpustakaan umum Washington County Free Library. Usaha Mary Titcomb tersebut di atas banyak menarik perhatian perpustakaan lain yang tersebar di seluruh Amerika. Perkembangan perpustakaan keliling selain menjalar di Amerika, juga menjalar di negara-negara lain di seluruh dunia seperti Kanada (1930), Jepang (1940), India (1953), Pakistan (1957), Nigeria (1958), Belgia (1959), Singapura (1959), Irak (1961), Malaysia (1962) dan Indonesia (1972).

Anwar (2001) mengatakan bahwa layanan perpustakaan keliling di Indonesia sudah ada sejak tahun 1972. Pada awalnya melalui Proyek Pembangunan Depdikbud, yang mencanangkan Perpustakaan Keliling sebagai salah satu bentuk layanan perpustakaan kepada masyarakat. Tujuan utamanya adalah mendekatkan informasi pada masyarakat desa, karena masyarakat desa belum mampu mencapai informasi dengan caranya sendiri (Perpustakaan Nasional RI: 2006).

Berdasarkan sarana yang dipakai Perpustakaan Nasional RI (2006), maka perpustakaan keliling dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

(1) Perpustakaan keliling terapung (Floating Library) yaitu perpustakaan keliling yang mempergunakan sarana kapal motor. Daerah pelayanan perpustakaan ini adalah daerah yang dialiri sungai atau daerah pantai yang hanya mungkin untuk dilayani dengan kendaraan yang dapat melalui air. Perpustakaan jenis ini dapat ditemukan pada perpustakaan terapung di Provinsi Kepulauan Riau dan daerah Ternate Provinsi Maluku Utara dalam bentuk kapal.

(2) Perpustakaan keliling darat (Mobile Library) yaitu perpustakaan keliling yang dalam memberikan layanan mempergunakan kendaraan beroda dua, roda empat dan roda enam, seperti sepeda pintar, motor pintar, mobil perpustakaan keliling (MPK), dan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling).

Adapun berbagai macam bentuk kendaraan perpustakaan keliling disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Bentuk Kendaraan Perpustakaan Keliling No. Bentuk Kendaraaan

Perpustakaan Keliling Gambar

1. Kereta Kuda (1905): Perpustakaan Umum di Washington County, Maryland. 2. Hewan Ternak: Di Kenya dengan menggunakan Unta dan Kuda. 3. Sepeda (Roda 2) 4. Motor (Roda 2): Motor Pintar 5. Mobil (Roda 4): MPK (Mobil Perpustakaan Keliling)

No. Bentuk Kendaraaan

Perpustakaan Keliling Gambar

6. Bis (Roda 6): Pusteling (Perpustakaan Elektronik Keliling) 7. Kapal: Kapal Pustaka 8. Kereta: Kereta Pustaka Indonesia

Kereta Pustaka tersebut mulai 9 September 2011 mendatang akan mengadakan tur di delapan stasiun di Pulau Jawa, yaitu Stasiun Bandung, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Surabaya, Madiun, Solo Balapan, dan Yogyakarta. Kereta akan berangkat digandeng dengan Argo Parahyangan menuju Stasiun Bandung, dan akan berhenti selama seminggu di masing-masing stasiun, kemudian akan mengadakan pameran perkeretaapian di stasiun tersebut. Salah satu yang dipamerkan adalah dokumentasi cagar budaya berupa rel kereta api dan stasiun di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain itu Kereta Pustaka ini juga akan diisi dengan berbagai buku, sehingga juga berfungsi sebagai perpustakaan, akan

tetapi jenis koleksi yang dibawa hanya mencakup sejarah perkeretaapian

Sesuai dengan pengadaannya, layanan Perpustakaan Keliling mendapat bantuan dari Perpustakaan Nasional RI, tetapi untuk operasional penyelenggaraannya, menjadi tanggung jawab daerah/ wilayah masing-masing. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika pengelolaan Perpustakaan Keliling juga dapat dibantu oleh pihak lain, contohnya seperti yang terjadi pada Perpustakaan Keliling di wilayah Maluku. Pada tahun 2005 UNICEF membantu pengembangan Perpustakaan Keliling untuk 42 desa di Ambon, Maluku Tengah dan Seram Barat (General Interest Periodicals Indonesia: No. ID 446620030).

Tugas dan fungsi perpustakaan keliling menurut Perpustakaan Nasional RI (2006) sebagai berikut:

(1) Melayani masyarakat yang belum terjangkau oleh pelayanan perpustakaan menetap, karena di lokasi tersebut belum dapat didirikan perpustakaan karena belum ada dana yang tersedia.

(2) Melayani masyarakat yang oleh situasi dan kondisi tertentu tidak dapat datang atau mencapai perpustakaan menetap, misalnya karena sedang dirawat di rumah sakit, menjalani hukuman di Lembaga Permasyarakatan (LP), berada di panti asuhan atau dirumah jompo dan lain-lain.

(3) Mempromosikan layanan perpustakaan kepada masyarakat yang belum pernah mengenal perpustakaan.

(4) Memberikan pelayanan yang bersifat sementara sampai perpustakaan menetap dapat didirikan.

(5) Sebagai sarana untuk membantu menemukan lokasi yang tepat bagi pelayanan perpustakaan menetap, atau perpustakaan umum yang direncanakan untuk dibangun.

(6) Sebagai jembatan antara Perpustakaan Umum Dati II dengan cabangnya. (7) Menggantikan fungsi perpustakaan menetap apabila karena situasi tertentu

tidak memungkinkan didirikan perpustakaan menetap di tempat tersebut (misalnya karena penduduknya terlalu sedikit).

Lukas Koster (2010) menyarankan bahwa apabila sebuah perpustakaan ingin mencapai hasil yang baik pada layanan perpustakaan kelilingnya, maka langkah awalnya yaitu perlu menganalisa statistik pemakaian dan juga masukan daripada pemustaka itu sendiri. Langkah tersebut akan menghasilkan sebuah layanan perpustakaan keliling yang baik bagi perpustakaan itu sendiri dan juga sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perpustakaan elektronik keliling menurut Osborne (1998) yaitu yang pertama konektifitas dan perangkat yang mendukungnya, kedua perlunya ketelitian dari staf untuk konten sehingga informasi yang diberikan berkualitas, ketiga perlunya manajemen dan pelatihan kepada staf agar dapat melayani pemustaka dengan efisien, keempat yaitu antara pelayanan gratis atau bebayar, dan yang terakhir kompetisi yang muncul dari penyedia informasi lainnya.

2.2 Perpustakaan Elektronik Keliling

Murray (2010) mengatakan bahwa perkembangan perpustakaan keliling dapat menjadi sebuah metode yang tepat dalam mempromosikan kegunaan dan keuntungan dari perpustakaan bagi pemustaka. Layanan fisik pada perpustakaan sampai saat ini masih menjadi aspek penting dalam profesi perpustakaan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini layanan perpustakaan mulai banyak memanfaatkan sistem Teknologi Informasi yang terus berkembang. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) sebagai perpustakaan yang menjadi tolak ukur perkembangan jagad perpustakaan, terutama dalam mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Ali (2006) berpendapat bahwa perpustakaan keliling merupakan perpustakaan yang bergerak dan membawa koleksi bahan pustaka untuk melayani masyarakat dari satu tempat ketempat lain, begitu pula halnya dengan pusteling yang membawa koleksinya dalam bentuk elektronik dengan mendatangi sekolah- sekolah. Definisi lain dari perpustakaan elektronik keliling yaitu bahwasanya Pusteling merupakan bus perpustakaan keliling yang bertujuan untuk mengenalkan serta menggalakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kepada masyarakat umum khususnya pelajar yaitu pada tingkat

SD, SLTP dan SLTA (Tritawirasta; 2009). Pusteling diresmikan pada tanggal 30 Mei 2007 dalam rangka acara peringatan ulang tahun Perpustakaan Nasional RI ke-27 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pusteling merupakan mobil perpustakaan elektronik pertama yang dimiliki Indonesia. Saat diluncurkan pertama kali, pusteling bertujuan untuk mengenalkan serta menggalakan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kepada masyarakat umum khususnya pelajar. Kehadiran Teknologi Informasi dalam kehidupan masyarakat masa kini akan sangat mempermudah Perpustakaan Nasional dan dunia kepustakawanan Indonesia untuk menjalankan tugas dan fungsinya seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan (Sudjana; 2008).

Sejak dari dahulu sampai sekarang ini, bahkan pada masa mendatang pelayanan perpustakaan selalu menjadi fokus utama karena melaluinya pemustaka dapat merasakan manfaat dan fungsi perpustakaan sebagai pendukung proses pembelajaran yang selalu dikaitkan dengan buku, sementara buku dekat dengan kegiatan belajar, maka perpustakaan pun sangat dekat dengan kegiatan belajar. Hanya saja, perpustakaan bukan tempat sekolah dalam arti formal. Dengan adanya kegiatan belajar yang berbeda jenjangnya, dari prasekolah hingga universitas, ditambah dengan kepentingan membaca yang berbeda-beda, maka munculah jenis-jenis perpustakaan, seperti perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan nasional, perpustakaan umum dan perpustakaan khusus.

Masing-masing jenis perpustakaan tersebut mempunyai tujuan utama yaitu memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat dengan menyelenggarakan jasa layanan perpustakaan. Hal yang terpenting dalam jasa layanan perpustakaan yaitu layanan yang baik adalah yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pemakai, Sutarno (2006). Jasa perpustakaan untuk masyarakat menurut Sulistyo Basuki (1991) yaitu:

(1) Jasa Peminjaman

Jasa peminjaman dikenal pula dengan jasa sirkulasi. Dalam jasa ini termasuk jasa meminjam dan mengembalikan buku.

(2) Jasa Rujukan atau Jawab Pertanyaan

Memberikan jasa rujukan maupun menjawab pertanyaan yang datang dari pengunjung perpustakaan.

Jika dahulu perpustakaan bersikap menunggu pengunjung atau pasif, kini perpustakaan lebih aktif mengejar pengunjung dan aktif menyediakan informasi bagi pemakai.

Jasa perpustakaan tersebut disebarkan melalui berbagai cara, seperti layanan pada perpustakaan menetap yaitu perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan perguruan tinggi yang memang mempunyai gedung permanen sehingga layanan dapat dilaksanakan tetap pada tempatnya. Berbeda dengan jasa Perpustakaan keliling yang dilakukan dengan menggunakan mobil keliling yang mengunjungi sekolah, kelurahan, dan pasar. Disamping perpustakaan keliling dengan menggunakan mobil, ada juga perpustakaan keliling berupa perahu terutama untuk daerah kepulauan, rawa-rawa dan kawasan penuh sungai.

Latar belakang adanya perpustakaan keliling adalah:

(1) Rendahnya minat baca masyarakat kita pada umumnya dan siswa sekolah kita pada khususnya.

(2) Ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability).

(3) Kebanyakan sekolah kita tidak memiliki fasilitas perpustakaan yang memadai.

(4) Apalagi perpustakaan umum (perpustakaan desa) maupun Taman Bacaan Masyarakat (TBM).

(5) Secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan membaca menjadi salah satu indikator kualitas bangsa.

(6) Oleh UNDP (United Nations Development Programme) angka melek huruf telah dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kualitas bangsa. Tinggi rendahnya angka melek huruf menentukan tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia atau HDI (Human Development Index) dan tinggi rendahnya HDI menentukan kualitas bangsa.

(7) Membangun perpustakaan keliling adalah sebuah kepedulian yang konkret dari perusahaan/ pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanahkan dalam konstitusi.

(8) Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (http://www.bit.lipi.go.id).

Upaya pemecahan masalah telah dilakukan, akan tetapi solusi yang ada belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Perlu adanya kegiatan untuk peningkatan layanan Pusteling, yang berkaitan dengan unsur-unsur dalam penyelenggaraan layanan, misalnya berkaitan dengan fasilitas/ sarana layanan dengan menambahkan bus dan menggunakan satelit sebagai akses internet,

meningkatkan kualitas petugas layanan, koleksi, sistem, dan pemustakanya. Adanya kegiatan ini, diharapkan terjadi peningkatan layanan ke arah layanan prima dan terjadi peningkatan pengetahuan pemustaka dalam pendayagunaan teknologi informasi.

Peran perpustakaan dalam pendayagunaan teknologi informasi dapat menjadi faktor pendukung dalam kesuksesan layanan perpustakaan karena salah satu tantangan utama yang dihadapi pustakawan adalah mengatur data digital dan menyajikan informasi digital sesuai dengan kebutuhan pemustaka (Higginbuttom; 2008).

Alasan diadakannya layanan perpustakaan elektronik keliling adalah untuk dapat menjangkau sampai ke pelosok-pelosok/ desa-desa; memberdayakan teknologi informasi sebagai sumber rujukan; meningkatkan kegemaran membaca bagi masyarakat khususnya di tempat yang jauh dari perpustakaan; memberdayakan masyarakat agar tidak gagap teknologi (gaptek); mendukung pendidikan nasional; menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang informatif; mencerdaskan bangsa; dan untuk meningkatkan layanan menuju layanan prima. Penerapan perpustakaan keliling yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI merupakan sebuah layanan perpustakaan dengan menggunakan kendaraan yaitu Mobil Perpustakaan Keliling (MPK), Kapal Pustaka dan Bus Perpustakaan Elektronik Keliling.

Pelaksanaan operasional layanan Mobil Perpustakaan Keliling (MPK) dan Kapal Pustaka yaitu perahu bermotor yang membawa koleksi bahan pustaka yang berupa wujud nyata koleksinya, tidak dioperasikan di Perpustakaan Nasional RI melainkan di perpustakaan daerah di seluruh Indonesia. Kedua jenis layanan perpustakaan keliling tersebut merupakan bentuk bantuan berupa bus dan koleksi yang telah diolah untuk siap dilayankan, yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional RI untuk perpustakaan daerah. Pusteling didesain agar dapat merambah di kota-kota kecil khususnya agar dapat masuk di halaman sekolah. Mengingat banyaknya jalan dengan katagori kecil di Indonesia, proses rancang bangunnya disesuaikan dengan besarnya jalan yang dapat dilalui oleh bus perpustakaan elektronik keliling.

Layanan Perpustakaan Keliling yang ada saat ini diharapkan dapat lebih memberikan layanan lebih kepada pemustakanya apabila tidak ingin ditinggalkan oleh pemustakanya. hal tersebut seperti yang telah terjadi di negara lain yang telah memiliki layanan perpustakaan keliling yang jauh lebih maju seperti pernyataan Baldwin (2010) yaitu pada era digital seperti Wi-Fi, eBooks dan juga iPads, konsep dari perpustakaan keliling mungkin dapat dikatakan sudah kuno bagi beberapa orang, karena kita sendiri dapat mengunduh buku-buku di internet tanpa memakai perpustakaan keliling.

Layanan Perpustakaan Keliling lainnya diharapkan juga akan diterapkan pada layanan Perpustakaan Elektronik Keliling di Indonesia, Ellyssa Kroski menyebutkan 8 (delapan) jenis layanan yang dapat diterapkan yaitu:

(1) MOPACs (Mobile OPACs) dan situs web perpustakaan keliling (2) Koleksi perpustakaan keliling

(3) Pendidikan pemakai untuk perpustakaan keliling (4) Basis data perpustakaan keliling

(5) Layanan audio perpustakaan keliling (6) Layanan pemberitahuan melalui SMS (7) Informasi referensi melalui SMS

(8) Layanan sirkulasi perpustakaan keliling. (Krosky; 2008).

Borrely menyatakan bahwa layanan perpustakaan telah berubah dengan transformasi dalam komputasi dan jaringan (Borrely; 2010). Peningkatan prevalensi genggam perangkat komputasi mobile seperti PDA dan web-enambled ponsel investigasi berdampak pada perpustakaan dan layanan yang disediakan. Penelitiannya menelaah mengenai populasi pengguna perpustakaan dan potensi akademik menggunakan satu layanan, katalog perpustakaan, dengan perangkat komputasi mobile. Perpustakaan harus memiliki pelayanan yang dapat di akses pengguna perangkat genggam seperti PDA dan ponsel web-enambled. Masa

Dokumen terkait