• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

4. Ruang Lingkup Penilaian Atletik

Dalam pembelajaran Penjasorkes untuk jenjang SMP / MTs sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2006 salah satunya adalah Permainan dan olahraga yang meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

Penelitian ini hanya di cabang olahraga atletik dikarenakan kemampuan biaya serta waktu penelitian. Selain itu juga belum adanya standar penilaian yang baku di cabang olahraga atletik, karena KTSP guru diberikan keleluasaan dalam menentukan materi ajar maupun dalam penilaianya berdasar pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan BSNP. Untuk kelas VIII SMP/MTs cabang olahraga atletik didalamnya terdapat beberapa item, diantaranya tolak peluru, lari 100 meter, lempar lembing dan lompat jauh. Penelitian ini digunakan untuk membantu guru penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan sragen guna memberikan penilaian dalam pembelajaran atletik.

a. Tolak Peluru

Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik. Berdasarkan peraturan yang berlaku, peluru harus didorong atau ditolak dari bahu dengan satu tangan. Dalam hal ini Aip Syarifudin (1992: 144) mengemukakan “Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam

commit to user

(peluru) yang dilakukan dengan bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh jauhnya”.

Berat peluru yang digunakan atlet putra dengan atlet wanita adalah berbeda. Menurut Soegito ( 1992: 22 ) bahwa :

Berat peluru yang digunakan dalam perlombaan- perlombaan resmi yang diselengarakan PASI atau cabang- cabangnya bagi peserta pria digunakan peluruseberat 7,25 kg dan bagi pesrta wanita 4 kg. Disekolah- sekolah menengah, bagi anak laki laki digunakan peluru seberat 5 kg dan untuk anak perempuan seberat 3 kg.

Tolak peluru dilakukan dalam lapangan tertentu yang sesuai dengan ukuran- ukuran sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ukuran tolak peluru menurut Soegito ( 1992: 23 ) sebagai berikut :

1) Lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran dengan garis tengah 2,13 m. Peserta tolak peluru boleh mengambil awalan hanya seluas lingakran, tidak boleh menyaentuh garis lingkaran.

2) Sektor tolakan

Sudut sektor tolakan : 40°

Peluru yang ditolak harus jatuh didalam dua garis sektor. Bila saat peluru jatuh ditanah menyinggung garis sektor atau diluarnya, tolakan diangap gagal atau tidak sah.

3) Balok tolakan (stopboard)

Dibusur bagian depan terdapat baluk tolakan, dengan ukuran : panjang 1,22 m, Lebar 115 mm, tebal 100 mm. Gunanya untuk menahan kaki si penolak. 4) Di samping kiri dan kanan lingkaran ada garis sepanjang 0,75 m, untuk tanda

separuh lapangan. Gunanya : setiap peserta yang melakukan tolakan harus meninggalkan lingkaran lewat separoh bagian belakang (tidak boleh ke muka atau ke samping )

1) Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tolak Peluru.

Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam tolak peluru dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut U. Jonath, E. Haag & R. Krepel ( 1987: 44-45 ) faktor- faktor terpenting yang mempengaruhi tolak peluru ialah:

a) Lintasan percepatan pelurunya.

b) Tinggi berangkat dan sudut berangkat peluru. c) Putaran antara poros bahu dan poros pinggang. d) Percepatan peluru pada waktu mulai ditolak.

e) Pengakhiran tolakan tenaga bagian secara bersama dan pada saat yang tepat, dan terutama koordinasi antara gerak lengan kaki.

commit to user

Sedangkan persyaratan untuk menjadi seorang atlet tolak peluruyang baik menurut Aip Syarifudin ( 1992: 145 ) harus memiliki beberapa syarat antara lain :

a) Harus memiliki pemahaman dan penguasaan terhadap prosedur gerakan untuk melakukan tolak peluruserta konsep untuk melakukanya.

b) Harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, daya tahan kelenturan dan koordinasi gerakan.

c) Harus memiliki badan yang tinggi besar, serta lincah dalam melakukan gerakan.

d) Harus memiliki semangat yang besar untuk selalu selalu melakukan latihan secara teratur dan terus menerus.

Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan, seorang atlet tolak peluru harus dapat memertimbangkan dan memprhitungkan hukum- hukum biomokanika. Selain itu juga harus memiliki bentuk tubuh yang ideal dan memiliki otot – otot yang kuat.

2) Gaya Tolak Peluru

Gaya dalam tolak peluru merupakan rangkaian gerakan yang bertujuan untuk mendorong atau menolakkan peluru agar pelurur dapat terlontar sejauh – jauhnya. Menurut Tamsir Riyadi (1985 : 126 ) gaya dalam tolak peluru dibedakan menjadi empat macam yaitu : a). Gaya depan b). Gaya samping c). Gaya belakang d). Gaya putaran cakram.

Dari keempat gaya tersebut diatas, gaya tolak peluru yang sering digunakan oleh atlet – atlet tolak peluru yaitu gaya samping dan gaya belakang. Untuk anak sekolah gaya tolak peluru yang sering digunakan yaitu gaya

menyamping. Hal ini dikarenakan gaya menyamping lebih sederhana dibandingkan gaya membelakang.

3) Teknik Tolak Peluru Gaya Menyamping.

Untuk dapat menolakkan peluru sejauh- jauhnya,seorang atlet harus dapat mengguasai teknik tolak peluru yang benar. Dalam hal ini Tamsir Riyadi ( 1985 : 121 ) menyatakan “bagaimana menolak peluru yang benar, hal ini perlu meninjau beberapa segi yang menyangkut masalah teknik menolak peluru secara

commit to user

keseluruhan. Menurut Aip Syarifudin ( 1992: 145 ) teknik tolak peluru yaitu “(1) cara memegang peluru, (2) sikap badan pada waktu akan menolak peluru, (3) cara menolak peluru, (4) sikap badan setelah menolak peluru”.

Berdasarkan pendapat diatas menunjukan, teknik tolak peluru ada empat bagian. Dari keempat teknik tersebut dalam pelaksanan gerakanya harus dirangkai secara baik dan harmonis untuk memperoleh tolakan yang semaksimal mungkin. Untuk lebih jelasnya teknik tolak peluru gaya menyamping diuraikan sebagai berikut :

a) Cara Memegang Peluru

Peluru diletakkan pada telapak bagian atas atau pada ujung telapak tangan, yang dekat dengan jari- jari tangan. Jari- jari tangan diregangakan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk untuk menahan dan memegang peluru bagian belakang. Sedangakan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang atau menahan peluru bagian samping, yaitu agar tidak tergelincir ke dalam atau ke luar. Ke dalam ditahan dengan ibu jari dan keluar deitahan dengan jari kelingking.

Setelah peluru itu dipegang dengan baik, kemudian letakkan pada bahu (melekat) di leher. Siku diangkat kesamping agar tidak serong ke depan. Pada waktu memegang dan meletakkan pada bahu, usahakan agar keadaan seleruh badan dan tangan agar tidak kaku, tetapi harus dalam keadaan rileks. Tangan dan lengan yang lain membantu keseimbangan.

b) Sikap Badan Pada Waktu Menolak

Berdiri tegak menyamping kearah tolakan, kedua kaki dibuka lebar atau kangkang, kaki kiri lurus kedepan, kaki kanan dan lutut dibelokkan ke depan sedikit agar seromg kesamping kanan. Berat badan pada kaki kanan, badan agak condong kesamping kanan. Tangan kanan memegang peluru pada bahu atau pundak, tangan kiri dengan sedikit dibengkokkan berada di depan sedikit agak serong ke atas rileks. Tangan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan. Pandangan diarahkan ke arah tolakan.

commit to user

c) Cara Menolak Peluru

Bersamaan dengan memutar ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang (ke arah samping kiri),pinggul dan pinggan serta perut didorong ke depan agak ke atas sehingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan.

Pada saat seluruh badan (dada) menghadap tolakan, secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat- kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong ke depan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan jika dengan tangan kiri sebaliknya).

d) Sikap Akhir Setelah Menolak Peluru

Sikap akhir menolak peluru merupakan salah satu faktor yang menentukan syah tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Aip Syarifiddin (1992: 150) cara melakukan gerakan dan sikap akhir setelah menolak sebagai berikut :

(1) Setelah peluru ditolakkan atau di dorong itu lepas dari tangan, secepatnya kaki yang digunakan untuk menolak itu diturunkan atau mendarat (kaki kanan) dengan lutut agak dibengkokkan.

(2) Kaki kiri (kaki depan)diangakat kebelakang lurus dan rileks untuk membantu keseimbangan.

(3) Badan condong ke depan, dagu diangkat, badan agak miring kesamping kiri,pandangan kearah jatuhnya peluru.

(4) Tangan kanan dan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit agak kebawah badan, tangan atau lengan kiri rileks lurus kebelakang untuk membantu menjaga keseimbangan.

b. Lari 100 Meter

Lari cepat 100 M merupakan lari cepat yakni lari yang dilakukan mulai dari garis start hingga garis finish dengan kecepatan maksimal, proses Kegiatan pembelajaran olahraga yang di selenggarakan di SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, yang dilaksanakan satu kali tatap muka dengan siswa dalam satu minggu memang sangat menarik perhatian siswa di antara kegiatan – kegiatan yang lain, namun yang lebih menyenangkan adalah proses kegiatan pembelajaran olahraga Atletik khususnya lari cepat 100 M, merupakan salah satu nomor yang di

commit to user

perlombakan dalam cabang olahraga atletik yang aktifitasnya di awali dengan mengambil awalan start bersama-sama kemudian lari secepat-cepatnya dengan tujuan untuk memperoleh kecepatan yang paling cepat sampai garis finish, selanjutnya dikatakan pencapaian hasil kecepatan yang baik dapat di capai melalui pemantapan koordinasi gerakan dan teknik langkah serta ayunan tangan saat berlari, yang meliputi mulai dari awalan atau start, teknik saat berlari serta teknik saat memasuki garis finish.

Selanjutnya untuk mencapai hasil yang baik dalam lari cepat 100 M, dapat dilalui dari berbagai pemantapan koordinasi gerak, teknik awalan / start, teknik saat berlari serta teknik memasuki garis finish, yang masing-masing dari teknik tersebut memiliki cara-cara tersendiri. Adapun teknik lari cepat 100 M ini memiliki tiga macam faktor pembelajaran antara lain 1. Start, 2. Teknik lari, 3. Teknik memasuki garis finis.

1) Langkah – langkah Pelaksanaan Lari 100 Meter a) Teknik start

Tehnik start lari cepat 100 M, menggunakan start jongkok, dimana siswa pada saat melakukan tehnik stard untuk stard ada 4 fase yang harus dilakukan oleh siswa antara lain : posisi bersedia, posisi siap, gerak dorong lepas dari balok start dan gerak percepatan langkah dengan tubuh badan naik ke atas lebih sedikit. Posisi start yang standar, letak balok depan adalah dua panjang telapak kaki dibelakang garis – start, letak balok belakang 1,5 panjang telapak kaki dibelakang balok depan, atur balok depan lebih datar dari yang belakang letakkan kedua tangan di tanah selebar bahu kedua lengan menopang berat badan. Letakkan lutut belakang di tanah kedua lengan menopang berat badan, bahu diatas dan sedikit ke depan dari kedua tangan. Angkat pantat sampai lutut depan membentuk sudut 900 . (1) dan pantat diangkat sedikit lebih tinggi dari bahu (2). Gerak dorong depan dari kaki depan, angkat tangan dari tanah pada saat serentak, tariklah kaki kiri kedepan dengan cepat luruskan pinggang dan lutut sepenuhnya pada saat gerak dorong berakhir, dorong kedepan dengan cepat dan penuh kekuatan, dari tanah. Pertahankan posisi badan tegakkan togog badan dari sedikit ( IAAF ).

commit to user

(Pendidikan pelatihan. 1993). Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini.

Bersedia siap gerak dorong gerak percepatan Gambar 1. pelaksanaan start jongkok lari cepat 100 M

(sumber IAAF Pedidikan Pelatihan, 1993)

Perlu diketahui dari posisi start siswa diharapkan selalu dapat menempatkan posisi start dengan baik pandangan kedepan kira-kira berjarak 1 meter dari garis start sehingga pada saat bersedia badan condong kedepan berat badan berada di kedua tangan sehingga dapat melaksanakan gerakan untuk berlari dan saat itu perlu adanya power yang sangat besar untuk daya ledak pertama kali untuk menghasilakan awalan saat lari.

b) Tehnik dasar lari cepat (1) gerakan kaki

(a) Kaki melangkah selebar dan secepat mungkin

(b) Kaki belakang saat menolak dari tanah harus tertendang lurus dengan cepat serta lutut ditekuk secara wajar agar paha mudah terayun kedepan

(c) Pendaratan kaki pada tanah menggunakan ujung telapak kaki dengan lutut agak menekuk

(2) gerakan ayunan lengan

(a) Lengan diayun kedepan atas sebatas hidung (b) Sikut ditekuk kurang lebih membentuk sudut 900 (3) sikap badan

(a) Saat lari rileks dengan kepala segaris punggung (b) Pandangan kedepan

commit to user

Gambar 2. Teknik dasar

(Sumber Roji. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. 2006:64.65)

c) Teknik dasar masuk finish

Perlu diketahui seorang pelari pada saat memasuki finish, ada beberapa teknik untuk menuju garis finish maka harus pandai-pandai untuk menjulurkan anggota badannya ke garis finish, anggota badan tersebut antara lain bisa kepala, dada dan pundak dengan cara menyamping,

Gambar 3. Cara masuk garis finish

(Sumber Roji. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. 2006:64.65)

c. Lempar Lembing

1) Pengertian Lempar Lembing

Melempar merupakan proses gerak seseorang melakukan gerakan terhadap suatu benda agar benda tersebut dapat dipindahkan sejauh mungkin, sedangkan lembing merupakan suatu benda yang terdiri dari mata lembing, badan lembing, dan tali pegangan lembing. Mata lembing terbuat dari metal, badan

commit to user

dari kayu atau metal dipergunakan dalam perlombaan internasional atau perlombaan resmi, sedang untuk pelajaran atau pendidikan digunakan dari bambu. Tali lembing terletak melilit pada titik pusat lembing. Unsur gerak dan tujuan dari proses gerakan menjadi bagian dari kegiatan melempar. Kedua hal tersebut merupakan kesatuan utuh dan berupa gerakan yang sering disebut teknik melemparkan lembing.

Adapun ukuran lembing yang sesuai aturan dalam perlombaan menurut Aip Syarifuddin (1992: 159) adalah :

a). Untuk Putra

Beratnya 600 gram (atau dengan variasi berat antara 605 sampai 620 gram) dan panjangnya antara 2.20 sampai 2.30 meter.

b). Untuk Putra

Beratnya 800 gram(atau dengan variasi berat antara 805 sampai 825 gram) dan panjangnya antara 2.60 sampai 2.70 meter.

Sedangkan teknik yang terdapat dalam lempar lembing, seperti yang dikemukakan oleh Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1991 : 204 – 209) adalah, “cara memegang lembing, cara membawa lembing, lempar lembing tanpa awalan dan lempar lembing dengan awalan.”

2) Cara Memegang Lembing

Teknik memegang lembing menurut cara menempatkan jari-jari pada lembing, cara memegang lembing dibedakan menjadi tiga cara, yaitu : cara Amerika disebut juga pegangan telunjuk-ibu jari, karena ibu jari dan telunjuk dibelakang lilitan sedangkan jari tengah, jari manis dan kelingking terletak tepat pada lilitan. Cara Finlandia disebut juga pegangan jari tengah ibu jari. Jari manis dan kelingking tepat pada lilitan lembing dan cara menjepit atau disebut juga “pegangan Tang”, karena lembing diantara telunjuk dan jari tengah dan terletak dibelakang lilitan.

Yang dimaksud dengan cara membawa lembing, adalah cara membawa lembing pada saat melakukan lari mengambil awalan. Setiap atlet di sampig harus menguasai cara memegang lembing, juga harus menguasai teknik atau cara membawa lembing sewaktu melakukan awalan.m Ada tiga cara membawa

commit to user

lembing, yaitu : cara membawa lembing di bawah, tangan yang membawa lembing lurus kebelakang serong ke bawah. Lembing dipegang di samping badan segaris dan menempel pada lengan, ujung lembing disamping dada. Cara membawa lembing diatas bahu, tangan yang membawa lembing dilipat 900 lembing dipegang setinggi telinga dan tepat diatas bahu. Posisi lembing dapat menuju serong atas atau serong bawah dan dapat pula lurus mendatar dan cara membawa lembing diatas kepala,seperti yang kedua, tetapi sikap tangan yang membawa lembing diangkat lebih tinggi lagi. Posisi lembing diatas kepala.

3) Lempar Lembing Tanpa Awalan

Teknik melakukan lempar lembing tanpa awalan dijelaskan oleh Soegito dan A. Hamidsyah Noer (1994 : 67) sebagai berikut :

a) Lembing siap dipegang dan dibawa dengan cara yang benar.

b) Langkahkan kaki kanan ke belakang cukup lebar, disertai dengan memutar badan kekanan. Luruskan tangan kanan kebelakang serong bawah. Tekuk lutut kaki kanan sehingga berat badan pada kaki kanan , kaki kiri lurus telapak kaki menghadap serong kanan. Saat lembing akan lepas telapak kaki kiri menghadap serong kiri. Pandangan sebentar ke arah tangan kanan kemudian melihat kearah samping kiri serong atas. Tangan kiri di angkat setinggi bahu. Sikap ini dinamakan sikap lempar.

c) Gerakan lempar

Setelah mendapat sikap lempar dilanjutkan dengan gerakan melempar, sebagai berikut :

(1). Tangan kanan yang lurus tadi segera ditekuk dengan disertai memutar badan kekiri sehingga sikap badan menghadap kedepan. Meskipun demikian posisi tangan tetap diangkat dan arah lembing menuju serong ke atas depan, serta lewat di atas bidang bahu. Pandangan tertuju ke arah sasaran.

(2). Gerakan berikutnya adalah meluruskan kaki belakang (kanan) dan diteruskan meluruskan kaki kiri. Pada saat itu sikap tangan kanan sudah mulai lurus dan sat itu pula lembing segera dilepas dari genggaman. (3). Setelah lembing lepas dari genggaman, kaki kanan dilangkahkan

kedepan menggantikan posisi kaki kiri yang berada di belakang.

4) Lempar Lembing Dengan Awalan.

Dalam lempar lembing dengan awalan, ada dua macam gaya yang sangat efisien, yaitu : gaya Finlandia atau gaya langkah silang, gaya hop step atau gaya langkah jingkat.

commit to user

Dalam penelitian ini hanya akan dijelaskan teknik lempar lembing dengan awalan menggunakan gaya jingkat (hop step). Aip Syarifudin (1992 : 96 ) menjelaskan sebagai berikut :

Cara melakukan awalan dengan gaya jingkat dan langkah dari tanda pertama sampai tanda yang kedua sama seperti pada gaya langkah silang di depan. Hanya sekarang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Pada waktu kaki kanan menginjak atau sampai tanda yang kedua, kaki kanan tersebut langsung melakukan gerakan jingkat kedepan. Pada saat kaki kanan mendarat, lembing diturunkan di bawah ke belakang.

b) Sambil melangkahkan kaki kiri jauh kedepan lurus, badan diputar kekanan, lutut kaki kanan dibengkokkan, kaki diputar keluar dan lengan semakin diluruskan kencang kebelakang, hingga badan miring ke samping kanan dan rendah.

c) Bersamaan dengan kaki kiri menginjak tanah, badan diputar ke arah lemparan (ke kiri), tangan kanan (pergelangan tangan) diputar kedalam dan dengan membengkokkan siku lembing dibawa ke atas kepala. Pinggul, pinggang dan perut didorong ke depan serong keatas, siku kiri ditarik kebelakang hingga dada terbuka menghadap kearah lemparan. Pada saat itu pulalah lembing dilemparkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan, pandangan mengikuti arah jalannya lembing.

d. Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang diawali dengan lari cepat, menolak, melayang dan mendarat. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Seperti dikemukakan Aip Syarifuddin ( 1992 : 90 ) bahwa, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang dudara) yang dilakukn dengan cepat dan dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”.

Lompat jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit down in thi air). Dikatakan gaya jongkok karena gerakan yang dilakukan pada saat melayang di udara membentuk sikap seperti orang jongkok atau duduk. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkuk badan dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk

commit to user

menghindari kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhakan badan ke depan.

Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan terutama pada anak-anak sekolah dan gaya yang paling mudah untuk dipelajari. Lompat jauh gaya jongkok dianggap mudah karena tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara, jika dibandingkan dengan gaya lainnya.

1) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh

Keberhasilan untuk melopat sejauh-jauhnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi gaya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan keseimbangan”. Sedangkan Jonath U, Haag E, dan Krempel R. ( 1987 : 196 ) persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: “Faktor kondisi fisik yaitu, kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama. Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan pendaratan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, untuk mencapai prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik. Ditinjau dari faktor kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh antara lain: daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan, tolakan, melayang diudara dan pendaratan. Prestasi yang tinggi dapat dicapai, jika unsur-unsur kondisi fisik yang terlibat dikerahkan dengan teknik yang benar.

2) Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok

Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan. pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik merupakan suatu

commit to user

lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latiahan atau perlombaan.

Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan benar. Berkaitan dengan teknik lopmat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Tinjauan secara teknis pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu, cara melakukan awalan, tumpuan, melayang diudara dan cara melakukan pendaratan”. Menurut Jonath et al. ( 1987 : 197 ) bahwa, “Lompat jauh dapat dibagi ke dalam ancang -ancang, tumpuan, melayang dan mendarat”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, teknik lompat

Dokumen terkait