• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMAH ADAT NIAS SELATAN SEBAGAI KOMUNIKASI DALAM ARSITEKTUR

Dalam dokumen Hakekat Makna dan Prinsip Estetika (Halaman 74-101)

Gambar 73 Omo Nifolasara, Rumah Adat Nias Selatan

Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah otonom dalam wilayah pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, dimana secara keseluruhan wilayah Kabupaten Nias terdiri dari beberapa pulau

besar maupun kecil yang seluruhnya berjumlah 132 buah pulau, dengan pulau Nias sebagai pulau terbesarnya. Pulau Nias memiliki panjang sekitar 120 km dan lebar sekitar 40 km dengan luas keseluruhannya sebesar

5.625 km2. Jumlah pulau yang dihuni sebanyak 37 buah dan yang tidak berpenghuni sebanyak 95 buah. Ibukota Kabupaten Nias yaitu Gunung Sitoli, berada di pulau Nias, terletak di tepi pantai timur pulau Nias yang menghadap ke pulau Sumatera.

Jumlah penduduk berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias tahun 1998 berjumlah 639.635 jiwa dengan prosentase rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,32%. Jumlah penduduk ini tersebar 17 kecamatan.

Kabupaten Nias terbagi menjadi 2 wilayah yaitu Nias Utara dan Nias Selatan. Pada portofolio ini, penulis hanya akan membahas mengenai rumah adat masyarakat Nias Selatan. Pada komunitas masyarakat Nias Selatan dikenal ada beberapa jnis

bangunan, sebagai contoh untuk jenis rumah yang ada di Nias Selatan mempunyai tiga-empat jenis bangunan, yaitu;

- Rumah Raja, yang disebut dengan Omo Nifolasara

- Rumah keturunan raja (keluarga), disebut dengan Omo Sebua

- Rumah bangsawan dan pengetua adat, disebut dengan Omo Nifobatu

- Rumah rakyat, yang disebut dengan Omo Sato

Tiap-tiap jenis rumah memiliki tinggi yang berbeda-beda. Omo Nifolasara

sebagai rumah tertinggi, sedangkan Omo Sato sebagai rumah dengan ketinggian yang paling rendah.

Gambar 75 Potongan Rumah Adat Nias Selatan

Ada keunikan yang khusus di dalam proses membangun sebuah rumah adat di Nias Selatan. Pembuatan rumah tersebut melibatkan seluruh warga Ori/kampung yang dipimpin oleh seorang tuka sonekhenekhe (“arsitek”). Bagi seorang “arsitek” yang diserahi melaksanakan pembangunannya merupakan sebuah kebanggaan besar dan kehormatan yang cukup mahal. Rumah dadt Nias Selatan dipenuhi oleh relief yang diukir langsung pada bangunan tersebut. Selain itu, rumah adat Nias Selatan memiliki sistem konstruksi yang saling dukung-mendukung atau menyokong dari bawah hingga ke atas, dengan tiang-tiang kayu yang sangat tinggi dan berdiameter rata-rata 1 meter.

Rumah adat Nias mempunyai berbagai keunikan dan keunggulan pada struktur dan konstruksinya yang berhubungan erat dengan dunia arsitektur. Selain itu, masyarakat Nias memiliki budaya lain yang mereka terapkan dalam kehidupan

sehari-hari dan mereka tuangkan juga saat mendirikan rumah tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada penampilan fisik bangunan dan keindahan bentuk struktur. Pada rumah adat Nias Selatan, baik lantai maupun atapnya berbentuk empat persegi. Empat persegi pada lantai disebut “gomo”.

Gambar 76 Model Struktur Rumah Adat Nias Selatan

Menurut Jerome A. Feldman (1977) bahwa beberapa bangunan yang terbuat dari kayu yang paling mengagumkan di Asia Tenggara adalah rumah-rumah pimpinan yang diketemukan pada bagian selatan pulau Nias. Rumah ini dipahami oleh penduduk desa dengan cara-cara yang berbeda secara simbolik, setiap rumah adalah sebuah kehidupan kecil dari alam semesta dan terdapat satu dunia yang lebih tinggi yang diwujudkan dalam struktur atap dan dunia bawah yang disimbolkan dengan pilar-pilar.

Gambar 77 Pemukiman Adat Nias Selatan

Ada beberapa fungsi tumah panggung ini, jika ditinjau dari segi keamanan; - Untuk menghindari serangan binatang liar

- Sebagai benteng pertahanan awal, jika terjadi perang saudara

- Sebagai tempat tinggal dan berkembang biak ternak (kolong rumah)

Omo Nifolasara adalah rumah tinggal raja yang memimpin banua (desa). Letaknya strategis dan terpisah dari deretan rumah-rumah adat yang lain. Dimensi fisiknya relatif besar sehingga menjadi sangat dominan dan dapat berfungsi sebagai bangunan yang sangat dibanggakan di dalam suatu banua. Peletakan Omo Nifolasara di dalam suatu banua selalu diletakkan sebagai titik pusat banua tersebut dan perletakannya selalu dibarengi dengan adanya bale (tempat pertemuan) dan areal loncat batu (bato hombo). Bentuk denah dari rumah Omo Nifolasara berbentuk persegi panjang (gomo) dan disokong oleh 66 tiang utama (ehomo) dengan jarak yang bervariasi.

Gambar 78 Ornamen pada Dinding Kayu

Gambar 79 Ornamen Berupa Gigi Babi

- Dilengkapi dengan tiga lasra (hiasan mitos naga) yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan pemiliknya

Gambar 80 hiasan yang menyerupai kepala naga (lasra)

- Adanya edhuo (jalan masuk( ke rumah di bagian atas, yang terletak diantara driwa (kolom diagonal) dan melalui kolong bangunan

Omo Nifolasara berbentuk empat persegi panjang dan berdiri di atas tiang ini menyerupai bentuk perahu. Bentunya seperti perahu kuno yang daiatasnya terdapat hiasan kepala naga. Bentuk perahu Omo Nifolasara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor – faktor tersebut antara lain :

 Pengaruh kondisi lingkungan

Lingkungan sekitar suku nias meupakan wilayah yang yang dahulu rawan terhadap banjir badang. Data dari BPS menyebutkan bahwa kabupaten nias selatn yang beribu kota diteluk dalam memilki topografi berbukit bkit sempit dan terjal dengan tinggi dari permukaan air laut bervariasi 0-800 m. tanahnya yang sebagian kecil berupa datran rendah dengan tanah yang bergelombang dan sebagaian besar merupakan perbukitan samapi pegunungan. Latak kabupaten nias slatan didaerah khatulistiwa menyebabbkan cuarah hujan yang dimilki cukup tinggi. Akibat banyaknya curah hujan menyebabkan kondisi alam yang sangat lembab dan basah dan hal itu diperparah dengan seringnya terjadi banjir badang di daerah tersebut. Maka oaring – orang terdahulu mennrancang rumah data suku nias selatan beberbentuk seperti perahu dengan

artian saat terjadi banjir mereka telah siap berda diatas perahu untuk mencari tempat yang aman.

 Pengaruh mata penncaharian penduduk

Bentuk rumah adat suku nias selatan yang berbntuk perahu selain dipengaruho factor lingkungn factor mata pencaharian penduduk sekitar juga mempengaruhi. Pada daerah pesisir nias masyarak bermat pencaharian ialah nelayan yang mengunakan perahu sebagi alat transpotasinya.didaerah dataran rendah nias banyak juga penduduk yang bermata pencaharian sebgai petani tambak , hail ini mebuat penduduk nias tak bias dipisahkan dengan air. Hal itu membuat rumah adat nias selatan berbentuk seperti perahu

Gambar 81 persamaan bentu antara Omo Nifolasara dengan perahu /kapal

II.3. Skala dan Proporsi

Proporsi denah Omo Nifolasara, antara lain panjang bengunan +28,9 m, lebar bangunan +9,10 m, tinggi lantai rumah +3,85 m serta tinggi puncak atap + 50 m.

Gambar 82 Denah Rumah Adat Nias Selatan

Selanjutnya pada bagian atas bangunan Omo Nifolasara, secara umum denah rumah dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu;

- Tawolo (bagian depan) yang merupakan daerah publik untuk kaum pria - Foroma (bagian belakang) yang merupakan daerah privat untuk wanita dan

daerah ini terlarang bagi kaum pria yang bukan keluarga.

Ruang-ruang penunjang lainnya terletak di antara dua bagian utama tersebut yaitu berada di depan, tengah, dan belakang dimana dua bagian utama tersebut sebagai ruang yang memisahkan ruang-ruang penunjang tersebut. Adapun jenis-jenis ruang penunjang yang afa selain dua bagian utama tersebut antara lain;

- Harefa, suatu ruang tempat penyimpanan barang. - Dano-dano, areal atau lantai tempat duduk.

- Laowo, ruang tempat penyimpanan alat-alat dapur

- Nahawiga, ruang penjara bagi masyarakat yang melanggar hukum adat. - Awu, ruang dapur.

- Ulahe, ruang tempat penyimpanan perbekalan makanan. - Nifosali, kamar tidur.

- Tabolo Nulu, sebuah lemari panjang tempat menyimpan barang-barang.

Sedangkan skala yang digunakan pada rumah adat Nias Selatan yaitu skala megah. Hal ini tampak dari skala manusia yang berdiri di luar bangunan.

Gambar 83 Manusia sebagai Penunjuk Skala

II.4. Sistem Struktur, Konstruksi, Bahan, dan Teknologi

Gambar 84 Struktur pada Kolong Rumah Adat Nias Selatan

Struktur bangunan merupakan sistem dinding pemikul dengan kolom-kolom rangka, karena beban atap disalurkan langsung k dinding, sehingga dapat dikatakan

sebagai sistem box yang disangga oleh kolom-kolom. Struktur bangunan erat hubungannya dengan sistem kekerabatan masyarakat Nias Selatan. Bangunan tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi berderet dan antara dinding rumah yang satu dengan yang lain menyatu. Struktur berlanjut ini sangat kokoh terhadap gaya angin dan gaya lateral lainnya yang berasal dari sisi bangunan.

Selain itu, balok sebagai elemen struktur horiontal dan kolom sebagai selemen struktur vertikal, masih ada kolom miring sebagai elemen pengaku struktur yang disebut driwa (klom miring berbentuk V) dan driwa bato (kolom penopang atap berbentuk segitiga). Hubungan antara elemen-elemen untuk rumah adat hanya berupa pasak/baji, takikan/coakan, dan masukan. Hubungan ini memberikan fleksibilitasd tinggi pada seluruh konstruksi bangunan. Berikut merupakan konstruksi yang menyusun rumah adat Nias Selatan mulai dari pondasi hingga atap.

1. Pondasi (bato)

Gambar 85 Pondasi Rumah Adat Nias Selatan

Pondasi bangunan pada konstruksi rumah adat Nias Selatan terdiri dari2 macam pondasi yaitu pondasi kolom dan pondasi kolom diagonal.

Pondasi kolom berupa batu yang disebut dengan batu ehomo, berfungsi sebagai tumpuan ehomo. Batu ehom trsebut mempunyai permukaan yang cembung sedangkan ujung bawah kolom (ehomo) dibuat berbentuk sekung.

Fungsi lain dari batu ini adalah untuk menjaga agar air tanah tidak meresap naik keatas yang dapat merusak ehomo.

Pondasi ynag kedua yaitupondasi diagonal berupa batu yang disebut dengan batu driwa. Hubungan antara driwa dengan batu driwa berupa coakan. Driwa dicoak menurut sudut batu yang diapakai sebagai pondasi. 2. Kolom (ehomo) dan kolom diagonal (driwa)

Pada bangunan rumah adat Nias Selatan dikenal 2 jenis kolom (ehomo) yaitu ehomo yang hanya mempunyai batas sampai sikoli (balok induk memanjang penyangga lantai), dan ehomo sudrau lago-lago yang menerus sampai lago-lago (penjepit/pengunci papan dinding).

Gambar 86 Kolom pada Bagian Samping Rumah Adart Nias Selatan

Kemudian kolom diagonal yang disebut dengan driwa adalah balok yang berfungsi untuk memperkuat kolom (ehomo) untuk bertahan terhadap gaya horizontal dan gaya yang ditimbulkan oleh gempa.

3. Balok

Gambar 87 Balok-balok pada Pondasi Kolong Rumah Adat Nias Selatan

Balok-balok pada rumah adat Nias Selatan terdiri atas 3 macam balok, yaitu;

o Balok induk melintang (siloto), balok yang berfungsi untuk mengikat

ehomo menjadi satu konstruksi yang disebut dengan trafe.

o Balok induk memanjang (sikholi), balok yang berfungsi untuk mengikat trafe menjadi satu kesatuan perangkat konstruksi.

o Balok anak (laliowo), balok ynag berfungsi sebagai pengikat driwa. 4. Lantai

Bahan penutup lantai adalah fafagahe bato (papan kayu lantai). Tiap jajaran papan dibatasi oleh balok yang disebut dengan falano (balok lantai) yang dikaitkan ke sikholi (balok induk memanjang). Permukaan papan dan

falano sama rata. Papan-papan ini dapat dengan mudah dibuka untuk diganti bila terjadi kerusakan. Fafagahe bato menumpu pada siloto fafagahe bato

(balok penyokong papan lantai), yang diletakkan melintang di atas lalihowo

ke siloto (balok induk) dan diteruskan ke ehomo.

5. Dinding (towa)

Dinding merupakan struktur pendukung yang meneruskan beban atap ke

o Ina Laso (papan dinding induk) o Ono Laso (papan anak dinding)

Papan-papan ini menumpu pada sikholi (balok induk memanjang) dan diatasnya dijepit oleh lago-lago (balok penjepit papan dinding memanjang). Dinding diatasnya menumpu pada lago-lago dan dijepit oleh lago-lago bato. Sisi dinding diperkuat dengan balok silotobato (balok induk atas) dan dipasak ke papan. Dibagian tengah rumah pada dinding diberi loyo-loyo bubu (tiang utama pada atap dan sebagai pelurus pada dinding) yang berupa batang separuh bulat, ditumpu pada sikholi dan dijepit ke lago-lago. Loyo-loyo bubu

ini menerus sampai kepuncak atap. Dari segi struktur, bentuk papan dinding yang besar di tengah lebihnkuat menahan gaya tekan. Struktur dinding ini merupakan lidah dan alur. Lidah pada ono laso merupakan pen sedangkan alur terdapat pada ina laso. Susunan papan tersebut selain sebagai dinding juga berfungsi sebagai pemikul beban yang ditimbulkan oleh atap.

Dinding muka bangunan mengikuti elevasi lantai yang terdiri dari; o Jara-jara (ventilasi)

o Salagoto (tempat dudukan tangan untuk melihat keluar)

o Dano-dano (lantai tempat duduk)

o Towa dano-dano (dinding lantai tempat duduk)

o Towa nulu (dinding tempat barang/harefa)

Dinding bagian belakang hanya terdiri dari harefa (tempat penyimpanan barang) dan bato (lantai). Pintu sebagai penghubung untuk memasuki rumah bagian atas dipasang antara sikholi (balok induk memanjang) dan lago-lago

(penjepit papan dinding memanjang). Daun pintu dapat dibuka (dilepas), sedangkan tinggi pintu sama dengan jarak antara sikholi dengan lago-lago. 6. Atap

Gambar 88 Tingkap Atas pada Rumah Adat Nias Selatan

Atap rumah dibentuk oleh susunan balok-balok kayu yang saling bertumpang tindih. Susunan ini sedemikian rupa sehingga balk yang satu mengikat balk yang lain. Bagian tengah bangunan dipasang balok fuso bato

(pengunci/penjepit balok) melintang yang menumpu pada siloto bato (balok induk atas). Pada bagian atasnya dipasang lalihowo bato (balok abak atas) yang berfungsi untuk memperkuat dan menjaga jarak dua sisi rumah. Jumlah

fuso bato yang dipasang tergantung dari lebar bentang rumah. Rumah dipasang satu fuso bato tepat di tengah. Sedangkan bentang yang lebih besar dipasang dua atau tiga fuso bato seperti pada Omo Nifolasara. Diatas fuso bato dan lago-lago bato (balok penjepit papan dinding atas) didirikan papan-papan kayu yang kemudian ditutup lagi dengan fuso bato dan lalihowo bato. Demikian seterusnya susunan balok-balok ini diulang beberapa kali menurut tingkatan atau derajat pemiliknya. Untuk memperkuat struktur atap terhadap gaya horizontal terutama yang datang dari sisi bangunan, dipasang batang-batang diagonal (driwa bato) seperti halnya pada struktur bangunan rumah. Arsitektur Nias bersumber pada kebudayaan megalithicum dengan salah satu curunya adalah oenggunaan bahan bangunan kayu yang palking dominan digunakan di dalam membangun rumah adatnya. Disamping itu juga digunakan btu sebagai bahan pengeras yang biasanya diletakkan pada dasar atau pondasi bangunan, dan juga penggunaan bahan daun rumbia atau nipah sebagai bahan penutup atap rumah. Berikut merupakan bahan-bahan dalam membangun rumah adat Nias Selatan.

1. Batu

Ada 2 jenis batu yang digunakan yaitu batu putih (batu bukit/pegunungan) dan batu buaya (batu sungai). Batu putih berwujud keras, berat, dan berwarba keputih-putihan. Sedangkan batu buaya berwujud lebih keras, berta, dan berwarna kehitaman. Batu tersebut berasal dari bukit-bukit dan sungai-sungai yang berada di sekitar desa. Penggunaan batu-batu ini biasanya untuk pondasi rumah.

2. Kayu

Jenis-jenis kayu yang dipakai antara lain;

Tabel 1 Jenis Kayu yang Digunakan pada Rumah Adat Nias Selatan No Jenis Kayu Warna Kayu Keterangan

1. Aawa Watu Kuning Banyak dijumpai di Hilinawalo, Hidrodregeraya. Tinggi pohon 20 m diameter 2 m

2. Afoa Coklat

3. Bana Merah hati Tinggi pohon 15 m dan diameter 0,5 m 4. Harujo Coklat muda Banyak dijumpai di Hanifaso

5. Berua Merah kehitaman Tinggi pohon 30 m dan diameter 0,5 m 6. Boli Kuning coklat Banyak dijumpai di Hanifaso

7. Kafini Coklat kehitaman

Banyak dijumpai di Kepulauan Batu 8. Manawadano Merah hati

9. Maola Kuning coklat Tinggi pohon 30 m dan diameter 0,5 m 10. Moakhe Hitam Tinggi pohon 30 m dan diameter 0,5 m 11. Mosikholidan

o

Putih berselang kuning

Tinggi pohon 25 m dan diameter 0,5 m 12. Mosolidano Putih Tinggi pohon 25 m dan diameter 1 m 13. Selamaya dan

Siholi

Coklat muda 14. Simandraolo Coklat tua 15. Tolamano Kuning/putih 16. Usala Merah muda 17. Akhe Coklat

muda/putih

Tinggi pohon 25 m dan diameter 1,25 m 18. Bambu Coklat

muda/putih

Tinggi pohon 20 m dan diameter 1,5 m 19. Faobu

(nangka)

Coklat muda/putih

Tinggi pohon 10 m dan diameter 1 m 20. Hoya (nibung) Coklat

muda/putih

Pada umunya semua jenis kayu tahan terhadap cuaca dan serangga. Sifat ini dapat dibuktikan dari bangunan-bangunan yang ada sampai sekarang, yang usianya rata-rata sudah ratusan tahun dan masih berdiri kokoh meskipun tanpa pengolahan teknologi utnuk mengawetkan kayu tersebut. Urutan mutu kayu pada jenis-jenis kayu diatas anatar lain; Kafini, Berua, Tolomano, Usala, Aawa Watu, Moakhe, Mosolidano, Maola, Mosihilodano,

Manawadano, Simandraolo, Hhoya, Akhe, Bana, Afoa, dan Barujo. Berikut merupakan tabel penggunaan bahan batu dan kayu pada rumah adat Nias Selatan.

Tabel 2 Penggunaan Bahan Kayu dan Batu pada Rumah Adat Nias Selatan No Nama Elemen Bahan yang Digunakan

1. Batu Ehomo

2. Ehomo Kayu Faobu, Manawadano, dan Afoa 3. Siloto Kayu Afoa dan Masiholidano

4. Lalihowo Kayu Afoa dan Masiholidano 5. Batu Driwa Batu putih (batu gunung)

6. Driwa depan Kayu Faobu, Manawadano, dan Afoa 7. Driwa dalam Kayu Faobu, Manawadano, dan Afoa

8. Fafagahe Bato Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano

9. Sikholi Kayu Afoa, Berua, dan Maola

10. Balo-balo Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano

11. Falano Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano

12. Sagoto Ulu (Bagolo) Kayu Bana, Berua, dan Kletu

13. Lago-lago Pragolo Kayu Tolamano, Berua, Manawadano, dan Mosolidano

14. Salima Wafa Kayu Manawadano, Aawa, Berua, dan Kafini 15. Dano-dano Kayu Manawadano, Aawa, Berua,

Masiholidano dan Usala 16. Ina Laso Kayu Afoa dan Kafini 17. Ono Laso Kayu Afoa dan Kafini 18. Ta’io Kayu Fabou dan Maola

19. Oso Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano

20. Jara-jara Kayu Afoa, Maola, dan Nibung 21. Lago-lago Kayu Talamano

22. Bato Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano

23. Lago-lago Fuanto Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano

24. Laso Sebua Kayu Afoa dan Kafini

25. Siloto Bato Kayu Bana, Berua, dan Mosolidano 26. Lalihowo Bato Kayu Afoa

27. Fuso Bato Kayu Afoa, Manawadano, dan Mosolidano 28. Lago-lago Bato Kayu Manawadano, Mosolidano, Berua, dan

29. Etede’u Kayu Manawadano, Berua, dan Afoa 30. Ete-ete Kayu Afoa

31. Loyo-loyo Kayu Berua dan Manawadano 32. Falano Bubu Kayu Boli

33. Laji-laji Bubu Kayu Afoa

34. Sagela Nipah, Rumbia dan Sagu

35. Bubu Kayu Boli

Didalam membangun rumah adat Nias memiliki standar-standar dimensi dan ukuran yang sama serta selalu dipakai oleh tukang yang mengerjakan bangunan rumah tersebut. Ukuran-ukuran ini diambil berdasarkan dimensi yang dihasilkan oleh ukuran atas dasar jari-jari tangan dan tubuh manusia.

Gambar 89 Proses Pembangunan Rumah Adat Nias Selatan

Tabel 3 Standar Ukuran dalam Struktur dan Konstruksi Rumah Adat Nias Selatan No

.

Nama Ukuran Keterangan Dimensi 1. Sadana Berjarak satu jari 1,8 cm 2. Dua dana Berjarak dua jari 3,4 cm 3. Teluna dana Berjarak tiga jari 5,1 cm 4. Efa dana Berjarak empat jari 6,4 cm 5. Lalu’a Berjarak lima jari 9,7 cm 6. Ri’i Berjarak satu jengkal dari ibu 20,2 cm

jari ke ujung telunjuk

7. Salito Berjarak satu jengkal dari ibu jari ke ujung jari tengah

22,4 cm 8. Bu’u Watu Berjarak satu jengkal dari ibu

jari ke telunjuk yang tertekuk

15,5 cm 9. Defa Berjarak satu rentang tangan

yang terkepal

152,0 cm 10. Drefa Berjarak satu rentang tangan 170,3

cm 11. Botoaro

(drefa)

Berjarak dari punggung ke ujung jari tangan yang terentang ke depan

75,0 cm

12. Sabua Si’u Berjarak dari siku tangan ke ujung jari

45,0 cm

Berdasarkan bahan bangunan diatas, maka berikut adalah proses membangun dan penggunaan istilah dalam struktur bangunan rumah adat Nias Selatan.

Tabel 4 Tahapan Pembangunan Rumah Adat Nias Selatan

No Tahapan Pembangunan Peristilahan Struktur

1. - Batu Ehomo - Ehomo - Siloto - Lalihowo 2 . - Batu Driwa - Driwa (depan) - Driwa (dalam) 3. - Fafagahe Bato - Sikholi - Balo-balo

4. - Lago-lago Pragolo - Salima Wafa 5. - Dano-dano - Ina Laso - Ono Laso - Ta’io 6. - Oso - Jara-jara - Lago-lago - Bato 7. - Lgo-lago - Jara-jara 8. - Lago-lago Fuanato - Lago-lago - Laso Sebua

9. - Siloto Bato - Lago-lago Etede’u - Lalihowo Bato - Fuso Bato - Lago-lago Bato 10. - Etede’u - Ete-ete - Siloto Bato - Lago-lago Etede’u - Lalihowo Bato - Fuso Bato - Lago-lago Bato - Lago-lago 11. - Loyo-loyo - Lalihowo Bato - Lago-lago Bato - Ete-ete - Siloto Bato - Etede’u - Lalihowo Bato 12. - Loyo-loyo - Lalihowo Bato - Lago-lago Bato - Fahuyu/ Ete-ete - Siloto Bato - Fuso Bato - Lalihowo Bato

13. - Etede’u - Loyo-loyo - Falano Bubu 14. - Laji-laji Bubu - Tuwo-tuwo Bubu - Falano Bubu - Sagela (rumbia) - Bubu - Etede’u - Loyo-loyo

Struktur adalah suatu susunan atau kerangka bangunan secara keseluruhan yang memungkinkan bangunan tersebut berdiri secara sempurna. Konstruksi adalah satu penunjang untuk membentuk dan terbentuknya kesatuan pembentuk struktur. Oleh karena itu, bila kita membicarakan tentang struktur dan konstruksi suatu bangunan maka kita akan melakukan suatu kajian untuk mempelajari dan menganalisa berbagai bentuk, fungsi, dan perletakan struktur serta penggunaan material pada suatu bangunan.

Struktur dan konstruksi suatu bangunan sebagaimana banyak dikenal mempunyai konsep untuk memakai satu jenis bahan sehingga cenderung menghindari penggunaan bahan atau bagian konstruksi yang berbeda. Konsep ini dilatar belakangi bahwa titik sambungan pada penggunaan dua macam atau lebih bagian konstruksi yang berbeda adalah merupakan titik lemah dalam penyaluran beban.

Mengenai desain struktur dasar, dapat dikaji dari posisi elemen dan tata hubungan elemen-elemen struktur (konstruksi). Mengenai definisi struktur dapat disarikan yaitu; keseluruhan sistem penyaluran beban yang bekerja pada bangunan sampai kepada tanah, sedangkan definisi konstruksi yaitu; bagian (elemen) dari bangunan yang bertugas menyalurkan beban. Berikut merupakan kajian struktur pada rumah adat Nias Selatan.

Struktur pemikul bangunan terdiri dari pondasi, tiang kolom, dan segala perlengkapannya. Pondasi pada rumah adat Nias Selatan berupa umbak batu dan diatasnya didudukkan kolom kayu berbentuk bulat. Kemudian antar kolom ke kolom dilengkapi dengan tiang penyokong diagonal yang bertemu di satu titik atau membentuk huruf V dan berfungsi sebagai balok penyokong lantai.

Rumah adat Nias Selatan memiliki dua jenis kolom yang berbeda

Dalam dokumen Hakekat Makna dan Prinsip Estetika (Halaman 74-101)

Dokumen terkait