• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS KAJIAN

IV.1.1 Rumah Sakit

Tabel 4.2 Temuan Kasus di Rumah Sakit (1) No

.

Indikator Nama Rumah Sakit

RSCM Jakarta RS. Fatmawati Jakarta

1. Efektivitas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief mengungkapkan rendahnya pelayanan KB melalui program Jampersal di rumah sakit karena

pihaknya terlambat

mensosialisasikan program ini kepada para provider, yakni tenaga kesehatan maupun management rumah sakit. Sebagian besar rumah sakit dan tenaga kesehatan belum paham benar soal lima paket Jampersal, yang di antaranya mencakup pemasangan alat KB

kepada ibu bersalin.

"Karena belum ada panduan pelayanan Jampersal, banyak yang tidak paham betul bahwa ada lima paket Jampersal dan ongkos persalinannya. Juga banyak bidan mengeluhkan pergantian ongkos persalinan rendah karena tidak ada panduan," Menurut Sugiri, rumah sakit sangat strategis dalam mendapatkan akseptor baru dan mempertahankan akseptor aktif.

RS Fatmawati telah

mngkhususkan sbg Rumah Sakit Paru- sejak tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

Hal ini membantu

berlangsungnya efektifitas Layanan Umum.

Sumber:

http://www.fatmawatihospital.co m/mode1.php?id=1&mode=2 , diakses tanggal 13 Desember 2011

Sebagai salah satu upaya mendorong kinerja rumah sakit agar memberikan kontribusi dalam program KB, BKKBN memberikan penghargaan kepada rumah sakit dengan layanan KB terbaik. Selain itu, ada RSUP Dr Kariadi Semarang dengan manajemen jaminan kesehatan terbaik, dan

RSUP Fatmawati Jakarta

sebagai manajemen Badan

Layanan Umum (BLU) terbaik. Sumber

http://www.suarapembaruan.com/h

ome/hanya-36-rumah-sakit-melayani-paket-jampersal/12732 diakses tanggal 13 Desember 2011

Sumber : http://www.ui.ac.id/id/news/archive /4678, diakses tanggal 13 Desember 2011, pk. 11.05 WIB 2. Kecukupa n Kecukupan pelayanan di RSCM Jakrta, telah didukung dengan sistem komunikasi interaktif dengan menggunakan media internet, hal ini sangat membantu kecukupan pelayanan, dan memuaskan customer.

Sumber:http://orthouirscm.org/?pag e=view_qa, diakses tanggal 18 Desember 2011.

RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri Kesehatan No. 424/MENKES/SK/V/2008.

AKREDITASI PENUH

TINGKAT LENGKAP 16

BIDANG PELAYANAN, 31 Desember 2010, kecukupan pelayanan Nampak nyata setelah menjadi Rumah sakit unggulan/spesifik orthopedi Sumber:http://www.fatmawatiho spital.com/mode1.php?id=1&mo de=2

3. Pemerataan Seminar Nasional : Pembiayaan Rumah Sakit yang Merata untuk Kesejahteraan yang Merata” Prof. dr. Hasbullah Thabrany, Dr.PH

Fleksibilitas pengelolaan keuangan BLU berdasarkan prinsip ekonomi, produktivitas dan penerapan praktek

guru besar dengan spesialisasi asuransi dan jaminan sosial di FKM UI, Prof. Dr. dr. Akmal Taher SP (UK) yang kini menjabat sebagai direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), serta Sudaryatmo, SH selaku ketua pengurus harianYayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Hasbullah memaparkan tentang biaya rumah sakit yang semakin menggila karena hambatan pembiayaan. Pemerataan pelayanan

terkendala oleh pembiayaan/anggaran Sumber : http://www.ui.ac.id/id/news/archive /4678, diakses tanggal 13 Desember 2011

bisnis yang sehat. Konsep PPK-BLU adalah peningkatan profesionalisme (let the managers manage), mendorong entrepreneurship, transparansi, dan akuntabilitas dalam rangka pelayanan publik. RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang telah ditetapkan sebagai BLU dan menerapkan standar akuntansi rumah sakit yang telah berlaku umum, dalam hal ini sesuai dengan standar akuntansi dari Ikatan AkuntanIndonesia. Sumber : Analisis kinerja keuangan badan layanan umum dan Penentuan status subjek pajaknya (studi kasus pada

RSUP Fatmawati,

Jakarta)Diajukan oleh: Carolina Candri Prihandini Sari

4. Responsivita Keterlaluan RSCM: Dokter Saja Tak Diperlakukan Manusia. Dengan pertimbangan biaya di RSHK Jakarta terlalu mahal, ketika pasien kembali sakit, kami memutuskan agar ia dirawat di RSCM, Jakarta. Pasien dua kali dirawat inap di RSCM dan terakhir selama dua minggu sampai meninggal pada 10 Februari 2009. Sayangnya, pelayanan yang didapatkan tak manusiawi dan tak profesional karena sikap dokter dan perawat yang ogah-ogahan. Pasien dilecehkan, padahal yang bersangkutan teman sejawat sesama dokter tamatan UI dan pernah

bertugas di RSCM,

Jakarta. Rekam jejak pasien sama sekali tak diperhatikan. Kalau teman sejawat yang seharusnya diperlakukan sebagai

Pola Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

(selanjutnya disebut PPK-BLU) memberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan yaitu

BLU dapat langsung

menggunakan penerimaannya untuk operasional dan investasi tanpa harus disetor terlebih dahulu ke kas negara, demikian juga atas surplus. Meskipun demikian, sebagai salah satu satuan kerja di bawah Departemen Kesehatan, RSUP

Fatmawati tetap

mengkonsolidasikan laporan operasionalnya dengan laporan

keuangan Departemen

Kesehatan, karena sebagian dana operasional dan investasi berasal dari dana APBN Departemen

saudara saja diperlakukan tak layak, bagaimana perlakuan terhadap pasien umum? Diharapkan perlakuan dokter yang merawat almarhum tak terulang terhadap kolega dokter lain maupun pasien umum yang dirawat di RSCM, Jakarta.

Soeharsono Sagir Jalan Bukit Dago Selatan Nomor 7, Bandung

Sumber : Surat Pembaca Soeharsono Sagir Jalan Bukit Dago Selatan Nomor 7, Bandung,

Sumber: http://groups.yahoo.com/group/DO KTER/message/1644, diakses 18 Desember 2011 pertanggungjawaban Anggaran dan Belanja dari Departemen Kesehatan. Penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan melakukan analisis laporan keuangan dan penghitungan rasio-rasio. Penilaian kinerja keuangan rumah sakit BLU RSUP Fatmawati tidak dapat dilakukan dengan melihat

„bottom line‟ saja, karena rumah sakit pemerintah tidak bertujuan mencari laba. Maka juga harus melihat rasio rasio yang berkaitan dengan tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan operasional yaitu kualitas dan kuantitas pelayanan. Kinerja keuangan BLU RSUP Fatmawati meningkat, dilihat dari sisi efisiensi keuangan untuk peningkatan pelayanan. Prakteknya pada saat ini adalah bahwa sebagian BLU ditetapkan sebagai subjek pajak badan dan sebagian non subjek pajak. BLU yang ditetapkan sebagai subjek pajak badan merupakan BLU yang sebelumnya berstatus perusahaan jawatan, sebagai salah satu bentuk badan usaha milik negara. Hal ini menjadi permasalahan yang harus diselesaikan agar penerapan PPK-BLU dapat berjalan dengan baik dan untuk kepastian hukum. BLU memenuhi empat syarat secara kumulatif sebagai unit pemerintah yang bukan merupakan subjek pajak sesuai dengan Penjelasan pasal 2 ayat 1 huruf (b) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17

tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Penerapan praktek bisnis yang sehat berdasarkan prinsip-prinsip good corporate governance dari unit-unit pelayanan pemerintah kepada masyarakat harus didukung dan dilaksanakan secara lintas sektoral sehingga dapat menyuburkan berdirinya unit-unit pelayanan pemerintah yang profesional, transparan dan akuntabel.

Sumber : Analisis kinerja keuangan badan layanan umum dan Penentuan status subjek pajaknya (studi kasus pada rsup fatmawati, Jakarta) Diajukan oleh: Carolina Candri Prihandini Sari

5. Ketepatan Ketepatan Pelayanan Masih memerlukan peran Kontrol dan dukungan dari berbagai elemen seperti organisasi, LSM, Yayasan dll

Sumber :

http://www.ui.ac.id/id/news/archive /4678, diakses tanggal 13 Desember 2011, pk. 11.05 WIB

Sistem ketepatan pelayanan telah disempurnakan sehingga dapat digunakan untuk menilai efisiensi dan produktivitas dari aspek keuangan dan perhitungan cost recovery serta unit cost melalui analisa biaya. Sistem akuntansi pada akhir tahun 1993/1994 telah dilaksanakan dengan cara paralel, cost basis dan acrual basis, sehingga laporan akuntansi keuangan seperti balance sheet dan income statement telah dapat dibuat. Sumber

http://www.corvetteforum.net/c5 /fatmawati/selayang.shtml, diakses tanggal 18 Desember 2011

Dari kasus di RSUP Cipto Mangunkusumo dan RS Fatmawati dapat ditarik benang merah sebagai berikut :

1) Untuk indikator efektivitas, di RSUP Cipto Mangunkusumo (untuk selanjutnya disebut dengan RSCM) masih kurang dilakukannya sosialisasi pada masalah Keluarga Berencana khususnya di Bidang Jampersal. Sedangkan untuk RSUP Fatmawati, efektivitas sudah terpenuhi terbukti telah mendapat mendapat predikat sebagai manajemen BLU terbaik.

2) Untuk indikator pemerataan, di RSCM belum terjadi pemerataan pelayanan karena masih tingginya angka pembiayaan. Artinya dengan keterbatasan jumlah anggaran yang dimiliki pihak RSCM, sedangkan pembiayaan bagi orang sakit sangat tinggi menyebabkan pelayanan yang diberikan belum merata. Masih terdapat pasien dari kalangan kaum miskin yang tidak/belum terlayani karena tidak mampu untuk membayar biaya yang dibebankan oleh pihak RS. Sedangkan untuk RS. Fatmawati, setelah mengikuti PPK BLU (Pola Pengelolaan Keuangan BLU) maka telah terjadi profesionalisme dalam hal pengelolaan keuangannya.

3) Untuk indikator kecukupan yaitu tingkat capaian penyelesaian masalah/persoalan, RSCM telah melakukan dengan baik terbukti dengan adanya sistem komunikasi interaktif yang telah dibangun melalui media internet. Sedangkan untuk RSUP Fatmawati, tingkat kecukupan juga sudah baik apalagi telah berhasil menjadi RS Unggulan Spesifik Bidang Orthopedi.

4) Untuk indikator responsivitas, RSCM belum melakukan dengan baik terbukti belum ditanganinya dengan optimal kolega sesama dokter sampai pasien merasa ditelantarkan. Kinerja keuangan BLU RSUP Fatmawati meningkat, dilihat dari sisi efisiensi keuangan untuk pelayanannya.

5) Untuk indikator ketepatan, RSCM masih memerlukan peran kontrol dari berbagai pihak yang terkait agar dapat melakukan ketepatan dalam hal pelayanan. Untuk RSUP Fatmawati sistem ketepatan pelayanan telah disempurnakan sehingga dapat digunakan untuk menilai efisiensi dan produktivitas dari aspek keuangan dan perhitungan cost recovery serta unit cost melalui analisa biaya

(http://www.corvetteforum.net/c5/fatmawati/selayang.shtml, diakses tanggal 18 Desember 2011)

Tabel 4.3

Temuan Kasus Di Rumah Sakit (2) No

.

Indikator Nama Rumah Sakit

RSU dr. Karyadi Semarang RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

1. Efektivitas Berdasarkan hasil penelitian tentang “Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kepala ruang rawat inap di rumah sakit dokter kariadi semarang tahun 2006” oleh Asri Sumiyati, Program Pasca Sarjana UNDIP, ditemukan bahwa efektivitas pelayanan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendidikan, motivasi, umur dan kinerja kolektif. Masih perlu peningkatan efektivitas melalui peningkatan pembinaan dan pendidikan

Sumber

:http://eprints.undip.ac.id/15393/1 /Asri_Sumiyati.pdf, diakses tanggal 18 Desember 2011.

Workshop Standar Pelayanan Medik Ilmu Gizi Klinik RS.DR. Wahidin Sudirohusodo :

Penentuan Status Gizi ( Prof. dr. Veni Hadju,Ph.D, Sp.GK ) penatalaksanaan Gizi pada Anak & Penatalaksanaan gizi pada

penyakit jantung

(Prof.Dr.dr.R.Satriono,M.Sc,Sp.A( K),Sp.GK), Penatalaksanaan gizi pada ibu hamil dan menyusui (dr. Hessil Harisawati,M.Kes,Sp.GK), penatalaksanaan gizi pada penyakit endokrin metab dewasa & Penatalaksanaan pada penyakit immune serta penatalaksanaan gizi pada kanker (dr. Agussalim Bukhari,M.Med,Ph.D,Sp.GK), dan untuk kelompok B dengan materi: penatalaksanaan gizi klinik pada saluran cerna (Dr. dr. Johana Titus,MS,Sp.GK), penatalaksanaan parental nutrisi (dr. Salahuddin, Sp.An) penatalaksanaan enternal nutrisi. penatalaksanaan gizi klinik pada ginjal dan saluran kemih, penatalaksanaan gizi klinik pada saluran nafas(dr. Haerani Rasyid,M.Kes,Sp.PD,KGH) serta Penatalaksanaan gizi klinik pada

penyakit infeksi

tropis(HIV,Malaria,TB)

,penatalaksanaan gizi klinik pada perawatan intensif/perioperatif serta penatalaksanaan gizi pada penyakit

saraf dan musculoskeletal oleh Prof.Dr. dr. Nurpudji A.Taslim,MPH,Sp.GK, ketua bagian ilmu gizi sekaligus menutup rangkaian kegiatan workshop standar pelayanan medik ilmu gizi klinik. (10RI_Mei11)

Dari penyelenggaraan workshop tersebut dapat dilihat bahwa tujuan untuk membangun efektivitas pelayanan sebagai lembaga BLU terus diupayakan.

Sumber :

http://med.unhas.ac.id/index.php?li mitstart=56, diakses tanggal 21 Desember 2011

2. Kecukupan Kecukupan pelayanan terhadap penderita HIV, dengan terapi ARV guna meningkatkan akses care terkendala karena kecukupan referensial yang rendah

Sumber:

http://journal.unnes.ac.id/index.ph p/kemas/article/download/548/50 2, diakses tanggal 18 Desember 2011

Pelayanan makanan di Rumah Sakit merupakan bagian integral seluruh sistem pelayanan di Rumah Sakit yang bertujuan untuk mencapai k es em b uha n pas i e n dal am w akt u s es i n gk at m ungki n s ehi n gga pemberian makanan harus memenuhi syarat kebutuhan gizi dan harus dapat dikonsumsi habis oleh pasien. Kecukupan pelayanan dari sisi ini , masih sering kurang diperhatikan

Sumber :

http://sangrelawan.blogspot.com/20

10/05/asupan-makanan-pada-pasien-rawat-inap.html, diakses tanggal 22 Desember 2011

3. Pemerataan Dr Kariadi menerima Sertifikat Akreditasi 16 Pelayanan. Dalam bidang pengembangan pelayanan telah dilakukan kegiatan sosial baik kepada pasien rutin juga kepada masyarakat di lingkungan

RS Dr. Kariadi.

Pemerataan pelayanan yang dilakukan membawa citra baik

bagi RS Dr. Kariadi. Sumber :

http://www.rskariadi.com/index.p hp?limitstart=5, diakses tanggal 18 Desember 2011

4. Responsivitas Sebagai rumah sakit pemerintah daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan SPM yang telah ditetapkan oleh pimpinan lembaga sesuai dengan

kewenangannya, harus

memperhatikan kualitas pelayanannya, pemerataan, dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan Respect and caring: pelayanan yang diberikan dilakukan dengan hormat, sopan dan penuh perhatian, Timelines: pelayanan diberikan tepat waktu. Standart ini telah dipenuhi oleh RS Kariadi Semarang.

Sumber :

http://tinarbuka-aw.students-blog.undip.ac.id/page/3/, diakses tanggal 18 Desember 2011.

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelayanan Gawat Darurat ( UPGD )Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Obyek pada penelitian ini adalah semua karyawan yang bertugas di UPGD yang terdiri dari perawat, co-ass, residen. dan dokter baik dokter umum mau pun dokter spesialis. Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snow-ball. Metode pengambilan data yaitu : (1) observasi, (2) wawancara mendalam, (3) telaah dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) organisasi / SDM di Unit Pelayanan Gawat Darurat baik dokter, dokter ahli / konsulen, residen, co – ass dan perawat

tidak mempunyai komitmen

serta motivasi kerja, (2) sarana dan prasarana yang kurang memadai, (3) adanya dualisme kebudayaan yaitu antara budaya F – K UNHAS dan budaya RSWS. Maka dapat disimpulkan, bahwa akar permasalahannya adalah pelanggaran terhadap penggunaan anggaran yang telah disusun di dalam Rencana Kerja dan anggaran Perusahaan ( RKAP ). Kesemuanya ini menunjukkan rendahnya emotional intelligence dari pemimpin di RSWS, karena dampak dari pelanggaran terhadap RKAP tersebut menyebabkan Rumah Sakit Dr. wahidin Sudorohusodo kesulitan dalam mengelola keuangannya sehingga

menyebabkan anggaran berkurang baik untuk membayar uang jasa medis, mengangkat pegawai kontrak, membayar para pemasok, membeli peralatan medis, obat – obatan, serta alat kesehatan lainnya.

Responsibiltas yang rendah

tergambar dari hasil penelitian,

dan ini merupakan indikasi

pelaksanaan BLU bidang

responsibilitas masih kurang baik

Sumber :

http://marsunhas.wordpress.com/20 08/05/31/penerapan-gagasan- melayani-dengan-hati-di-rumah- sakit-dr-wahidin-sudirohusodo-makassar/, diakses tanggal 21 Desember2011

5. Ketepatan RS Karyadi di Semarang. ... memberikan pelayanannya yang terbaik tanpa mempersoalkan hal-hal administrative termasuk ketepatan sasaran dll.

Contoh berita Ketepatan pelayanan :

Dua pasien yang mengalami gejala penyakit kelainan hati atau atresia bilier seperti yang dialami Bilqis Anindya Pasha ini, masing-masing Putri Gracia Gambiran asal Minahasa Utara dan Melati alias Imel, balita asal Belawan,

Medan….. Ketua tim cangkok

hati Rumah Sakit Dokter Karyadi Semarang, Dr Hartantyo dalam keterangan pers Selasa (27/04/10) menyatakan, meski kedua pasien ini mengalami gejala kelainan sama seperti yang dialami Bilqis, namun belum tentu keduanya menderita atresia bilier. Tim dokter justru menduga, kedua bocah ini menderita kelainan liver stadium akhir, hingga perlu

pemeriksaan mendalam dalam beberapa hari kedepan. Setelah hasil pemeriksaan diketahui, maka tim dokter akan memberi solusi apakah kedua bocah ini perlu disembuhkan dengan cara operasi cangkok organ atau pengobatan lain. Jika dilakukan cangkok hati, pihak rumah sakit juga akan mengkaji, kemungkinan pengalihan dana dari Departemen Kesehatan yang dulu sempat dialokasikan untuk operasi Bilqis.

Sumber :

http://www.indosiar.com/fokus/du

a-penderita-dirawat-di-rs-karyadi_85640.html, diakses tanggal 18 Desember 2011.

Apabila dijabarkan maka temuan kasus di kedua Rumah Sakit diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Untuk indikator efektivitas yaitu yang terkait dengan tingkat pencapaian hasil yang diinginkan di RS. Dr. Karyadi baru masuk pada kategori cukup, sehingga masih perlu peningkatan melalui pembinaaan bagi seluruh komponen yang ada dalam Rumah sakit.

2) Untuk indikator pemerataan. Aspek pemerataan pelayanan berhasil dilakukan dengan baik terbukti telah menjadikan RS. dr. Karyadi sebagai pemegang manajemen jaminan kesehatan terbaik. Tidak tersedia data untuk indikator ini di RS. dr. WS.

3) Untuk indikator kecukupan di RS. dr. Karyadi masih rendah dalam hal kecukupan referensi. Untuk RS. dr. WS kecukupan pelayanan masih kurang diperhatikan.

4) Untuk indikator responsivitas di RSU dr. Karyadi telah dapat dipenuhi dengan baik standar layanan respect and caring serta timeliness. Di RS dr. WS masih terdapat emotional intelligence yang rendah dari pemimpin di RSWS, karena dampak dari pelanggaran terhadap RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan) menyebabkan Rumah Sakit dr. WS kesulitan dalam mengelola keuangannya sehingga menyebabkan anggaran berkurang baik untuk membayar uang jasa medis, mengangkat pegawai kontrak, membayar para pemasok, membeli peralatan medis, obat – obatan, serta alat kesehatan lainnya. (http://marsunhas.wordpress.com/2008/05/31/penerapan-gagasan-melayani-dengan-hati-di-rumah-sakit-dr-wahidin-sudirohusodo-makassar/) diakses tanggal 21 Desember2011.

5) Untuk indikator ketepatan RS. dr. Karyadi telah memberikan pelayanan yang terbaik termasuk dalam hal ketepatan sasaran. Tidak tersedia data tentang ketepatan di RS. dr. WS.

Terkait dengan 5 indikator yang digunakan sebagai kriteria dalam evaluasi kebijakan PK BLU ini maka dapat dibuat kesimpulan seperti nampak dalam Tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Kriteria RS Berdasarkan Lima Indikator

No Nama

Rumah Sakit

Indikator Kriteria

Baik Cukup Kurang

1. RSUP dr. Cipto Mangunkusuma, Jakarta Efektivitas V Pemerataan V Kecukupan V Responsivitas V Ketepatan V 2. RSU Fatmawati, Jakarta Efektivitas V Pemerataan V Kecukupan V Responsivitas V Ketepatan V RSUP dr. Efektivitas V Pemerataan V

3. Karyadi, Semarang Kecukupan V Responsivitas V Ketepatan V 4. RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar Efektivitas V Pemerataan -- Kecukupan V Responsivitas V Ketepatan --

Dari hasil paparan kasus yang sudah dideskripsikan di muka maka dapat disimpulkan bahwa meskipun Rumah Sakit sebagai badan penyelenggara pelayanan bagi masyarakat, telah beralih status sebagai BLU akan tetapi tidak menjamin seluruh manajemennya baik. Dari keempat Rumah Sakit yang diambil sebagai kasus (karena datanya relatif lebih lengkap dibanding yang lain) nampak bahwa RSUP. Fatmawati, Jakarta memang berhak menyandang predikat sebagai rumah sakit dengan manajemen Badan Layanan Umum terbaik, karena dari kelima indikator yang dipakai dalam penelitian semuanya masuk kategori baik.

Adapun keuntungan BLU bagi rumah sakit yaitu :

1. Tata kelola keuangan RS lebih baik dan transparan karena menggunakan pelaporan standar akutansi keuangan yang memberi informasi tentang laporan aktivitas, laporan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.

2. RS masih mendapat subsidi dari pemerintah seperti biaya gaji pegawai, biaya operasional, dan biaya investasi atau modal.

3. Pendapatan RS dapat digunakan langsung tidak disetor ke kantor kas Negara, hanya dilaporkan saja ke Departemen Keuangan.

4. RS dapat mengembangkan pelayanannya karena tersedianya dana untuk kegiatan operasional RS.

5. Membantu RS meningkatkan kualitas SDM-nya dengan perekrutan yang sesuai kebutuhan dan kompetensi.

6. Adanya insentif dan honor yang bisa diberikan kepada karyawan oleh pimpinan RS. (diakses dari : http://tinarbuka-aw.students-blog.undip.ac.id/2011/07/badan-layanan-umum-blu-rumah-sakit/ tanggal 10 Februari 2012 )

Dokumen terkait