• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah Sakit

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG (Halaman 69-75)

Pem.Kab 2 Swasta 8

sakit dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat

tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%.

Padatahun 2016 rata – rata BOR di Kabupaten Pati sebesar 65,9 % turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 67,9 % , tahun 2014 sebesar 60,2 % , tahun 2013 sebesar 65,59 %, tahun 2012 sebesar 61,21 % dan masuk kategori BOR ideal.

b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS)

Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/Average Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 – 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RS se Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 3,27 turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,35,tahun 2014 adalah 4,03, tahun 2013 adalah 3,60 hari, lebih rendah dari ALOS ideal. Dari 8 RS yang melapor semua rumah sakit mempunyai ALOS< 6.

c. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI)

TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. Rata-rata TOI di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 1,9 turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 2,1,tahun 2014 sebesar 2,7 hari, tahun 2013 sebesar 1,9 hari, berada dalam kisaran TOI ideal mengalami peningkatan efisiensi penggunaan tempat tidur dari tahun 2012 dimana TOI adalah 2,00 hari.

C. Perilaku Hidup Masyarakat.

1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan

upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Adapun 16 indikator PHBS tatanan Rumah tangga tersebut meliputi:

a. Variabel KIA dan GIZI: persalinan nakes; ASI Eksklusif; penimbangan balita; gizi seimbang, pemeriksaan kehamilan.

b. Variabel KESLING: air bersih; jamban; sampah; kepadatan hunian; lantai rumah.

c. Variabel GAYA HIDUP: aktifitas fisik; tidak merokok; cuci tangan;kesehatan gigi dan mulut; miras/narkoba

d. Variabel UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT: Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga yang dilaporkan oleh Puskesmas di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 357.222 rumah tangga yang dipantau PHBS nya sebanyak 313.884 rumah tangga ( 88 % ), dengan rumah tangg ber PHBS sebesar 313.884 rumah tangga ( 73 % ) sama dengan tahun 2015 sebanyak 228.230 rumah tangga ( 72,7 % ) rumah tangga dipantau sebanyak 313.884 rumah tangga ( 87,9 % ) naik dibandingkan tahun 2014 dengan 266.403 rumah tangga, rumah tangga dipantau 155.917 ( 58,5 % ), tahun 2013dari 387.771rumah tangga yang ada, diperiksa 152.829 rumah tangga (39,4%), tahun 2012 dengan jumlah rumah tangga 387.771 dan yang diperiksa sejumlah 30.034 rumah tangga (7,7%). Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi memerlukan proses yang panjang termasuk didalamnya perlu upaya pemberdayaan masyarakat yang berkesinambungan.

D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan Kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi

 Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar  Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan  Pengendalian dampak resiko lingkungan

 Pengembangan wilayah sehat

Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dan berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut serta berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati adalah :

1. Rumah sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TBC, ISPA dan lain - lain.

Pada tahun 2016 merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya. Jumlah rumah tangga yang dibina sebanyak 124.428 rumah dan yang memnuhi syarat kesehatan sebanyak 3.175 rumah ( 2,55 % ) turun dibandingkan tahun 2015 jumlah rumah tangga yang dibina sebnayak 129.103 yang diperiksa 100 % yang diperiksa daan dinyatakan sehat sebanyak 4.675 ( 3,62 % ), tahun 2014 Jumlah rumah yang dibina

sebanyak 137.778 dan yang memenuhi syarat 8.675 ( 6,30 % ), sehingga sampai

dengan akhir tahun 2016 rumah sehat di Kabuaptn Pati sebesar 218.260 ( 64,29 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 215.085 ( 63,35 %), tahun 2014

rumah sehat sebesar 210.410 ( 61,97 % ) naik dibanding tahun 2013 Jumlah rumah seluruhnya 339.513 rumah yang diperiksa 339.513 ( 100 % ) dari jumlah rumah yang diperiksa dan dinyatakan sehat 201.735 ( 59,42 % ) naik dibandingkan dengan tahun 2012 jumlah rumah seluruhnya 339.513 sedangkan jumlah yang diperiksa dan dinyatakan sehat 197.551 (58,19%) dibandingkan tahun 2011 jumlah rumah yang ada 344.334 diperiksa 258.321 (75,02%) dan dinyatakan sehat 145.452(56,31%). Tahun 2010 jumlah rumah yang ada 341.865 diperiksa 125.702 (36,77%) dan dinyatakan sehat 81.577 (65%).

Gambar 4.18 Cakupan Rumah sehat di Kab. Pati

Tahun 2010-2016

2. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan

Adanya perubahan paradiqma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang di bangun melalui kebijakan air minum dan penyehatan lingkungan oleh Bappenas, Departemen Kesehatan, Depdagri serta Departemen PU memberikan dampak cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi. Strategi pelaksanaan diantaranya, meliputi penerapan pendekatan tanggap

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rumah Sehat 65 75.02 58.19 59.42 61.97 63.35 64.29 65 75.02 58.19 59.42 61.97 63.35 64.29 0 10 20 30 40 50 60 70 80

upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.

Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari – hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produktif (UU No. 7 Tahun 2004, pasal 10). Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin masih tinggi, sehingga kemampuan untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum yang memenuhi syarat masih terbatas.

Masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata membayar lebih besar untuk memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan tinggi, hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam mendapatkan akses pada air minum. Walaupun terdapat program – program air minum dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah, namun akses terhadap air minum belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perlu dukungan kebijakan yang lebih fokus untuk penyediaan sanitasi dan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dari data yang ada tahun 2016 ( Sumber BPS Pati dalam angka tahun 2016) jumlah penduduk di Kabupaten Pati adalah 1.239.988 jiwa dengan kepemilikan sarana air bersih sebagai berikut : sumur gali terlindung 653.529 jiwa ( 52,7 % ), sumur gali dengan pompa 301.283 ( 24,3 % ), sumur bor dengan pompa 146.399 ( 11,8 % ), mata air terlindung 6.832 ( 0,55 % ) , penampungan air hujan / PAH 6.846 ( 0,55 % ) dan perpipaan/ BPSPAM/PDAM 125.099 ( 10,08 % )

Gambar 4.19 Akses Air Bersih di Kab. Pati Tahun 2016

3. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan

Jumlah penduduk dengan akses berkelnajutan terhadap sumber air minum yang layak sebanyak 956.700 Rumah tangga (77,15%).

4. Persentase Kualitas Air Minum Pada Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Jumlah Penyelenggara air minum di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 125 buah. Penyelenggara air minum yang yang diperiksa 18 buah ( 14,4 %). Penyelenggara air minum yang memnuhi syarat ( fisik, bakteriologis dan kimia ) sebanyak 18 buah ( 14,4 % ). Hal ini menunjukkan bahwa belum semua tempat penyelenggara air minum memberikan air minum yang memenuhi syarat kesehatan.

5. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

Kepemilikan sarana sanatasi dasar tahun 2016 yang di miliki oleh keluarga meliputi kepemilikan jamban yang memnuhi syarat kesehatan, dari 377.673 keluarga yang diperiksa mempunyai jamban komunal sebanak 41 rumah tangga yang memnuhi

syarat ( 98,85% ), jamban leher angsa 248.047 yang memenuhi syarat 248.047 ( 100 % ), jamban plengsengan 2.888 rumah tangga yang memenuhi syarat 2.508 ( 84,5 % ), jamban cemplung 128.697 rumah tangga ynag memenuhi syarat 104.075 ( 79,3 % ). 52.7 24.3 11.8 0.55 0.55 10.08

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG (Halaman 69-75)

Dokumen terkait