• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi model ekonometrika sering dihadapkan pada permasalahan antara kriteria statistik dan kriteria ekonomi. Pada kriteria statistik idealnya setiap

72

persamaan memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi dan standar error estimasi parameter yang kecil, akan tetapi kenyataannya sulit untuk memenuhi kedua kriteria tersebut sekaligus. Jika model yang dibuat ditujukan untuk peramalan, maka lebih tepat untuk menggunakan kriteria nilai koefisien determinasi (R2 ) yang tinggi, tetapi jika tujuannya untuk menjelaskan perilaku,

maka mengutamakan standar error terkecil. Jika kriteria statistik juga tidak terpenuhi, maka kriteria terakhir yang perlu dipertahankan adalah kriteria ekonomi, yaitu memperhatikan arah (sign) dan besaran (magnitude) parameter yang diduga (Koutsoyiannis 1977). Hasil pengolahan data pada penelitian ini, akan lebih banyak menggunakan kriteria ekonomi.

Hasil estimasi model tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ekonomi rumah tangga petani usahatani terpadu padi-sapi sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan telah terpenuhinnya tiga kriteria validasi, yaitu kriteria ekonomi, kriteria statistik, dan kriteria ekonometrik. Hampir semua tanda parameter dugaan sesuai dengan harapan dan cukup logis bila ditinjau dari kriteria ekonomi. Hasil estimasidiperoleh koefisien determinasi (R2) masing-masing model berkisar antara 3%- 49.7%, yang berarti bahwa variabel eksogen yang dimasukkan dalam persamaan mampu menjelaskan setiap keragaan variabel endogen. Adapun pada beberapa model estimasi terdapat nilai koefisien determinasi (R2) yang sangat kecil, namun dapat diterima dikarenakan tujuan dari model estimasi bukan untuk meramalkan tetapi hanya untuk mengetahui perilaku ekonomi rumah tangga petani. Koefisien determinasi (R2) yang kecil menunjukkan bahwa variabel penjelas yangmenyusun masing-masing persamaan hanya mampu menjelaskan variasi variabel dalam proporsi yang relatif kecil. Hasil yang sama diperoleh penelitian yang dilakukan Asmarantaka (2007) bahwa dengan menggunakan data cross section kondisi ideal yang menghasilkanR2 tinggi sulit diperoleh hasil yang diperoleh. Nilai F-hitung yang diperoleh berkisar antara 1.05 hingga 62.45maka dapat diinterpretasikan bahwa variasi variabel dalam setiap persamaan secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi variabel endogen masing-masing, sedangkan hasil uji-t menunjukkan bahwa variabel penjelas berpengaruh nyata dan signifikan pada taraf kesalahan ( 1% - 20%). Hasil estimasi untuk analisis perilaku ekonomi rumah tangga usahatani terpadu padi- sapi di Jawa Barat secara lengkap disajikan pada Lampiran.

Produksi Rumah tangga Usahatani Terpadu Padi-Sapi

Produksi pada rumah tangga usahatani terpadu padi-sapi adalah produk yang dihasilkan dari penggunaan input-input produksi yang saling terkait dalam kegiatan produksi padi-sapi pada rumah tangga. Beberapa input produksi merupakan produk sampingan dari kegiatan usahatani yang digunakan kembali untuk kegiatan usahatani lain dalam satu rumah tangga. Ada beberapa kegiatan produksi yang saling terkait dalam rumah tangga usahatani terpadu padi-sapi yaitu produksi padi, produksi sapi, produksi pupuk kandang dan jerami. Kegiatan produksi merupakan proses dari beberapa input produksi dalam menghasilkan suatu produk. Produksi padi merupakan fungsi dari beberapa input produksi seperti benih, pupuk urea, pupuk kandang, jumlah tenaga kerja usahatani padi dan luas areal panen padi. Hasil estimasi menunjukkan komponen input produksi

73 usahatani padi yaitu pupuk kandang yang dihasilkan, jumlah tenaga kerja usahatani padidan luas areal panen padi berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi. Terkait dengan usahatani terpadu, input pupuk kandang adalah salah satu faktor yang menghubungkan antara dua kegiatan usahatani.

Tabel 7.1 Hasil pendugaan parameter blok produksi Variabel Parameter

Estimasi Elastisitas Nama Variabel Produksi Padi (PRUP)

Intercept -961.434

JLBP 2.029 0.032 Jumlah Permintaan Benih Padi JLPU 2.335 0.173 Jumlah Permintaan Pupuk Urea

PRPK 319.592* 0.717 Jumlah Pukan yg Dihslkn & Digunakan JTUP 10.201* 0.433 Jumlah Tenaga Kerja U Padi

LHAN 2656.468* 0.356 Luas Areal Panen Produksi Sapi (POSA)

Intercept 55.779

JLJS 0.004* 0.150 Jumlah Penggunaan Jerami Segar JLOT 22.564* 0.629 Jumlah Permintaann Obat Ternak TPDS 0.112 0.059 Curahan TK PriaDalam Klrg U. Sapi Jumlah Pupuk Kandang yang Diproduksi dan Digunakan (PRPK)

Intercept -0.682

HKAN -0.008 -0.375 Harga Pupuk Kandang POSA 0.006* 0.597 Produksi Sapi

JTUS 0.016* 0.992 Jumlah TK U. Sapi

Keterangan: * = signifikan ≤ 20%

Pupuk organik kandang adalah produk sampingan yang merupakan limbah produkdari hewan peliharaan yang dapat digunakan untuk menambahhara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Pupuk tersebut selain bermanfaat sebagai pupuk bagi tanaman padi juga bermanfaat dalammengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah kotoran ternak.Pupuk kandang mampu memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat pengolahan lahan yang tidak berimbang, yaitu pemakaian pupuk anorganik dengan tidak diimbangi pupuk organik yang berlangsung dalam kurun waktu lama (Adiningsih, 2000). Kelebihan pupuk kandang salah satunya adalah mengandung unsur hara lengkap, namun secara umum kandungan hara dalam pupuk kandang lebih rendah daripada pupuk kimia(Hartatik dan Widowati, 2004). Menurut Organic Vegetabkle Cultivation in Malaysia (2005) kotoran ternak sapi memiliki kandungan unsur hara makro lengkap (N,P,K,Ca, Mg, S) dan unsur hara mikro (Mn, Fe, Cu, Zn) bersama dengan kotoran ayam, domba dan kambing. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya dimana penggunaan pupuk kandang sebagai input produksi mampu meningkatkan produksi padi secara signifikan (Channabasavana

74

et al. 2007; Adnyana 2003; Prajitno 2009; Priyanti 2007; Suwandi 2005; Zaini et al. 2003)

Perhitungan elastisitas input produksi seperti pupuk kandang, jumlah tenaga kerja usahatani padi dan luas areal panen padi menunjukkan nilai inelastis. Hal ini berarti penambahan input produksi tersebut sebesar 10% akan direspon dengan peningkatan produksi padi kurang dari 10%.

Produksi sapi merupakan fungsi dari beberapa input produksi yaituJumlah jerami segar, jumlah obat dan vitamin ternak dan curahan tenaga kerja pria keluarga dalam usaha ternak sapi.Secara signifikan yang berpengaruh pada produksi sapi adalah jumlah jerami segar dan jumlah obat/vitamin ternak. Jumlah jerami yang digunakan dan jumlah obat/vitamin ternak adalah faktor penting terhadap produksi sapi. Obat dan vitamin ternak adalah faktor yang penting dalam pemeliharaan kesehatan ternak sapi dan membantu menambah berat badan (bobot) sapi. Pemberian obat dan vitamin ternak secara tepat akan membantu meningkatkan produksi sapi.

Jumlah jerami merupakan salah satu faktor penting dalam keterpaduan usahatani padi-sapi. Jerami merupakan produk sampingan yang diharapkan sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan pakan utama bersama dengan rumput. Jerami sebagai pakan ternak merupakan solusi terhadap pencemaran lingkungan akibat berlimpahnya jerami ketika musim panen. Peningkatan produksi jerami dari kegiatan usahatani padi menguntungkan bagi petani karena pemenuhan kebutuhan jerami dari luar usahatani berkurang. Peningkatan produksi jerami sebagai salah satu input produksiberpengaruh terhadap peningkatan produksi sapi disamping penggunaan pakan lain.

Secara umum input produksi yang mempengaruhi jumlah sapi tidak elastis. Input produksi seperti jumlah jerami segar dan jumlah obat/vitamin ternaktidak responsif terhadap produksi sapi. Penambahan input produksi tersebut sebesar 10% akan direspon dengan peningkatan produksi sapi kurang dari 10%.

Jumlah Pupuk kandang yang dihasilkan dan digunakan dipengaruhi dari beberapa input yaitu harga pupuk kandang, produksi sapi dan jumlah tenaga kerja usaha ternak sapi. Produksi sapi berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah pupuk kandang taraf nyata 1.14%. Kotoran yang dihasilkan ternak sapi digunakan sebagai bahan baku utama produksi pupuk kandang. Semakin banyak jumlah kotoran ternak maka produksi pupuk kandang akan semakin meningkat. Kotoran sapi perah dan pejantan berkisar antara 8 – 14 kg per hari sementara pedet berkisar 4 kg per hari (Blakely dan Bade1995), sehingga pengolahan kotoran ternak dari sejumlah 467 ekor sapi sangat potensial meningkatkan jumlah pupuk kandang.

Jumlah tenaga kerja usaha ternak sapi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi pupuk kandang. Penggunaan tenaga kerja usaha ternak sapi dibutuhkan terutama untuk proses mengumpulkan kotoran dan membaurkan bahan. Semakin banyak tenaga kerja usaha ternak sapi maka jumlah produksi pupuk kandang semakin meningkat.

Keterkaitan input produksi dimulai dari penggunaan pupuk kandang ke dalam usahatani padi. Kemudian usahatani padi menghasilkan jerami yang digunakan sebagai pakan ternak adalah merupakan suatu karakteristik dari petani usahatani terpadu padi-ternak sapi. Pemanfaatan limbah dari usahatani padi dan usaha ternak sapi digunakan kepada masing-masing usahatani sehingga

75 mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh limbah tersebut. Penelitian ini setuju dengan beberapa penelitian yang menegaskan perlunya proses daur ulang atau pemanfaatan limbah atau meminimalisir limbah (zero waste) untuk mengurangi pencemaran lingkungan (Lightfoot and Minnick 1991; Preston 1990; Mamun et al. 2011). Penelitian ini menegaskan beberapa penelitian sebelumnya (Channabasavana et al. 2007; Adnyana 2003; Prajitno 2009; Priyanti 2007; Suwandi 2005; Zaini et al. 2003) bahwa penggunaan limbah pertanian yaitu kotoran ternak sapi dan jerami secara simultan berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi, produksi sapi dan pupuk kandang.

Input ProduksiRumah tangga Usahatani Terpadu Padi-Sapi

Penggunaan faktor input produksi usaha padi-sapi terdiri dari penggunaan benih padi, pupuk urea, dedak, dan jumlah obat ternak ternak. Pada usahatani padi, kebutuhan input benih padi dan pupuk urea merupakan input yang selaludigunakan dalam kegiatan produksi usahatani padi. Sementara itu jumlah jerami segar dan jumlah obat ternak merupakan beberapa input penting bagi kegiatan produksi usaha ternak sapi yang diuraikan dalam penelitian ini. Hasil estimasimenunjukkan dan luas areal panen padi berpengaruh positif terhadap permintaan benih padi. Semakin luas areal panen padi maka kebutuhan benih padi semakin meningkat. Harga benih padi berpengaruh negatif terhadap permintaan

jumlah benih padi dan sesuai dengan hukum permintaan yaitu “ Apabila harga

suatu barang naik, ceteris paribus maka jumlah permintaan terhadap barang

tersebut akan berkurang demikian sebaliknya.” Sehingga semakin tinggi harga benih maka jumlah permintaan benih padi berkurang. Perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa permintaan benih padi responsif terhadap kenaikan harga benih padi sehingga perubahan harga berpengaruh terhadap perubahan permintaan benih padi. Kenaikan harga benih sebesar 10% akan direspon dengan penurunan permintaan terhadap benih padi sebesar 12%.

Permintaan pupuk urea dipengaruhi oleh harga pupuk urea, harga pupuk SP- 36 dan luas areal panen padi. Luas areal panen padi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan pupuk urea. Semakin luas areal panen padi maka kebutuhan pupuk urea semakin meningkat.Harga pupuk urea dan harga pupuk SP- 36 berpengaruh negatif terhadap penggunaan pupuk urea. Harga pupuk SP-36 berpengaruh negatif terhadap permintaan pupuk kandang. Semakin tinggi harga pupuk SP-36 menyebabkan permintaan terhadap pupuk urea menurun. Hal ini disebabkan pupuk SP-36 bersifat sebagai barang komplementer bagi pupuk urea sehingga peningkatan harga pupuk SP-36 berakibat pada penurunan permintaan pupuk SP-36 dan pupuk urea.Nilai elastisitas menunjukkan bahwa variabel harga urea, harga SP-36 dan luas area panen padi tidak responsif terhadap permintaan jumlah pupuk urea. Perubahan variabel-variabel tersebut sebesar 10% akan direspon dengan perubahan permintaan kurang dari 10%.

Permintaan terhadap jumlah dedak sebagai pakan tambahan dipengaruhi secara positif produksi sapidan pendapatan total rumah tangga. Dedak sebagai pakan tambahan menjadi permintaan turunan (derived demand) dari jumlah produksi sapi karena permintaan terhadap dedak (input) timbul karena adanya permintaan terhadap output yaitu jumlah produksi sapi (Soekardono,

76

2006).Perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa variabel produksi sapidan pendapatan total rumah tangga tidak responsif terhadap permintaan dedak. Perubahan variabel-variabel tersebut sebesar 10% akan direspon dengan perubahan permintaan kurang dari 10%.

Permintaan terhadap jumlah obat dan vitamin ternak dipengaruhi secara positif oleh pendapatan total rumah tangga. Semakin besar pendapatan total rumah tangga akan meningkatkan permintaan jumlah obat dan vitamin ternak yang diberikan kepada sapi. Untuk memperoleh ternak sapi yang sehat diperlukan obat dan vitamin ternak yang cukup sehingga jumlah obat ternak merupakan salah satu faktor penting yang mendorong pertambahan produksi sapi. Harga obat dan vitamin ternak berpengaruh negatif terhadap jumlah permintaan obat dan vitamin ternak. Semakin tinggi harga obat dan vitamin ternak menyebabkan permintaan terhadap obat dan vitamin ternak akan menurun.

Perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa variabel harga obat ternak, dan pendapatan total rumah tangga tidak responsif terhadap permintaan obat ternak. Perubahan variabel-variabel tersebut sebesar 10% akan direspon dengan perubahan permintaan kurang dari 10%.

Tabel 7.2 Hasil estimasi parameter blok input produksi Variabel Parameter

Estimasi Elastisitas Nama Variabel Jumlah Permintaan Benih (JLBP)

Intercept 30.163

HBEN −0.004* -1.211 Harga Benih LHAN 100.123* 0.856 Luas Areal Panen Jumlah Permintaan Urea (JLPU)

Intercept 133.422

HURE -0.009 -0.176 Harga Urea HTSP -0.039 -0.930 Harga SP-36 LHAN 459.608* 0.834 Luas Areal Panen Jumlah Permintaan Dedak (JLDK)

Intercept 322.552

POSA 0.248 0.184 Produksi Sapi PDTR 0.000004* 0.120 Pendapatan Total Jumlah Permintaan Obat dan Vitamin Ternak (JLOT) Intercept 7.9643

HOTE -0.00004 -0.007 Harga Obat dan Vitamin Ternak PDTR 0.0000001* 0.175 Pendapatan Total

Keterangan: * = signifikan ≤ 20%

Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja keluarga pada penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi,yakni sebagai curahan kerja rumah tangga pada usahatani padi dan usaha

77 ternak sapi. Pada usahatani padi penggunaan tenaga kerja dilihat dari penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga rumah tangga petani. Pada usaha ternak sapi penggunaan tenaga kerja dilihat dari curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usaha ternak sapi karena petani umumnya menggunakan curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk memelihara sapi. Petani merasa mampu melakukan kegiatan usaha sapi karena kepemilikan rata-rata jumlah sapi yaitu 2.35 ekor atau setara dengan 1.42 satuan ternak.

Variabel upah dan jumlah permintaan pupuk urea berpengaruh positif terhadap curahan tenaga kerja pria dalam keluarga usaha ternak sapi. Semakin besar upah semakin besar curahan tenaga kerja pria dalam keluarga. Hal ini karena keluarga petani lebih memilih untuk mengefisienkan pengeluaran biaya tenaga kerja sehingga menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Di samping itu jumlah rata-rata kepemilikan yang relatif kecil menyebabkan petani kurang memerlukan tambahan tenaga kerja dari luar keluarga.

Jumlah curahan tenaga kerja usaha ternak sapi berpengaruh negatif terhadap curahan tenaga kerja pria dalam keluarga usahatani padi. Semakin rendah curahan tenaga kerja pada usaha ternak sapi maka curahan tenaga kerja pada usahatani padi semakin besar. Petani akan mengurangi waktu bekerja pada usaha ternak sapi dan memperbanyak waktu bekerja pada usahatani padi apabila usahatani padi semakin besar dan demikian sebaliknya

Curahan tenaga kerja dalam keluarga usahatani padi dipengaruhi secara positif oleh upah tenaga kerja dan permintaan pupuk urea. Peningkatan permintaan input produksi pupuk urea menunjukkan adanya peningkatan kegiatan usahatani padi sehingga mendorong peningkatan curahan kerja dalam keluarga usahatani padi. Sementara itu pendapatan total rumah tangga berpengaruh negatif terhadap curahan tenaga kerja pria keluarga dimana peningkatan pendapatan total rumah tangga menyebabkan tenaga kerja dalam keluarga mengurangi jam untuk bekerja pada usahatani padi. Curahan tenaga kerja dalam keluarga berpengaruh negatif terhadap permintaan tenaga kerja luar keluarga usahatani padi.Semakin tinggi curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi maka semakin rendah permintaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga menggantikan peran tenaga kerja dalam keluarga dan demikian juga sebaliknya.Peningkatan tenaga kerja luar keluarga disebabkan beberapa faktor yaitu (1) adanya peningkatan pendapatan rumah tangga sehingga petani lebih memilih mempekerjakan orang lain untuk usahataninya, (2) petani mempunyai pekerjaan di luar pertanian (3) lahan yang cukup luas, (4) kekurangan tenaga kerja di dalam keluarga. Beberapa faktor ini meyebabkan petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga

Tabel 7.3 Hasil Estimasi Parameter Blok Penawaran dan PermintaanTenaga Kerja

Variabel Parameter

Estimasi Elastisitas Nama Variabel Curahan TK Pria Keluarga RT U. Padi (TPDP)

78

Intercept 25.5846

UPAP 0.0002 0.277 Upah

EDUC −1.325* -0.404 Pendidikan

JLPU 0.035* 0.166 Jumlah Permintaan Pupuk Urea JTUS -0.0123 -0.112 Jumlah TK U. Sapi

PDTR −0.0000001* -0.073 Pendapatan Total Rumah Tangga Curahan TK Wanita Keluarga RT U. Padi (TWDP)

Intercept -13.9759

UPAP 0.0011 1.794 Upah

JLBP 0.096* 0.110 Jumlah Permintaan Benih Padi

JTLP -0.1142 -0.108 Jumlah Permintaan TK Luar Klg U.Padi PDTR −0.0000001* -0.081 Pendapatan Total Rumah Tangga Curahan TK Pria Keluarga RT U. Sapi (TPDS)

Intercept -61.9365

UPAP 0.0030 0.512 Upah

POSA 0.0827 0.158 Produksi Sapi

JTDP -1.2876 -0.299 Jumlah curahan TK Dalam Klg U. Padi PGTR 0.000013* 0.966 Pengeluaran Total Rumah Tangga Curahan TK Wanita Keluarga RT U. Sapi (TWDS)

Intercept -127.0450

UPAP 0.0045 6.060 Upah

EDUC −3.158* -0.949 Pendidikan

JLDK 0.076* 1.557 Jumlah Permintaan Dedak

PDTR -0.0000001 -0.049 Pendapatan Total Rumah Tangga Permintaan TK Pria Luar RT U. Padi (TPLP)

Intercept 6.4938

UPAP -0.0001 -0.333 Upah

JLPU 0.0035 0.057 Jumlah Permintaan Pupuk Urea JTUS 0.0032 0.077 Jumlah TK U. Sapi

LHAN 5.395* 0.383 Lahan Areal Panen Permintaan TK Wanita Luar RT U. Padi (TWLP)

Intercept -32.4622

JLPU 0.0248 0.218 Jumlah Permintaan Pupuk Urea

TWDP -0.3219 -0.527 Curahan TK Wanita Dalam Klg U. Padi LHAN 21.289* 0.340 Luas Areal Panen

PGTR 0.000003* 3.690 Pengeluaran Total

Keterangan: * = signifikan ≤ 20%

Pendidikan, pendapatan total rumah tangga dan permintaan tenaga kerja luar usahatani padi berpengaruh negatif terhadap curahan tenaga kerja keluarga pria dan wanita dalam keluarga. Pendidikan yang semakin tinggi menyebabkan waktu bekerja pada kegiatan usahatani berkurang karena orang yang berpendidikan cenderung mencari kerja di luar sektor pertanian seperti sektor jasa, keuangan

79 maupun perdagangan. Sementara itu apabila curahan tenaga kerja pria dan wanita dalam keluarga untuk bekerja di luar meningkat maka peranan tersebut digantikan oleh tenaga kerja luar keluarga untuk melaksanakan kegiatan usahatani padi. Semakinrendah curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha di luar usahatani padi akan meningkatkan permintaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi. Permintaan terhadap tenaga kerja luar keluarga ini terjadi karena kebutuhan proses kerja usahapadi yang perlu diselesaikan pada waktu tertentu, seperti penanaman, pengolahanlahan dan panen.

Pendapatan dan pengeluaran total rumah tangga berpengaruh secara berlawanan dimana pendapatan berpengaruh negatif terhadap curahan tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan pengeluaran berpengaruh positif terhadap tenaga kerja keluarga dalam rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan maka curahan tenaga kerja dalam keluarga semakin rendah. Hal ini dikarenakan rumahtangga petani sudah merasa cukup dengan pendapatan tersebut sehingga petani mengurangi waktu kerja. Sementara itu pengeluaran berpengaruh positif dimana apabila pengeluaran semakin tinggi maka petani meningkatkan waktu untuk bekerja baik di dalam maupun luar usahatani.

Variabel upah dan jumlah curahan kerja usaha ternak sapi berpengaruh negatif pada permintaan tenaga kerja luar keluarga usahatani padi. Semakin tinggi upah maka permintaan tenaga kerja luar keluarga usahatani padi semakin rendah. Upah yang tinggi menyebabkan petani berusaha memenuhi pemanfaatan tenaga kerja dalam keluarga. Jumlah curahan tenaga kerja usaha ternak sapi berpengaruh negatif pada permintaan tenaga kerja luar keluarga usahatani padi. Semakin besar jumlah curahan tenaga kerja dalam usaha ternak sapi maka permintaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi semakin besar. Hal ini karena curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk ternak sapi menghabiskan waktu yang cukup banyak sehingga memerlukan tenaga kerja luar untuk melakukan kegiatan usahatani padi.

Secara umum variabel-variabel yang mempengaruhi 6persamaan (variabel endogen) pada blok penawaran dan permintaan tenaga kerja bersifat inelastis. Nilai elastisitas menunjukkan bahwa perubahan variabel-variabel tersebut sebesar 10% akan direspon dengan perubahan penawaran dan permintaan dari variabel endogen kurang dari 10%. Perhitungan elastisitas bersifat elastis pada variabel upah pada persamaan jumlah curahan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani padi dan usaha ternak sapi. Perubahan 10 % pada variabel upah direspon dengan perubahan curahan tenaga kerja wanita pada usahatani masing- masing sebesar 17.9% dan 60.6%. Perhitungan elastis juga ditemukan pada variabel jumlah dedak pada curahan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usaha ternak sapi. Perubahan 10 % pada variabel jumlah dedak direspon dengan perubahan curahan tenaga kerja wanita pada usaha ternak sapi sebesar 15.6%. Demikian juga variabel pengeluaran total rumah tangga bersifat elastis terhadap permintaan tenaga kerja wanita luar keluarga usahatani padi. Perubahan 10 % pada pengeluaran total rumah tangga direspon dengan perubahan curahan tenaga kerja wanita pada usahatani padi sebesar 36.9%.

80

Pengeluaran rumah tangga dibagi atas pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan, dan pengeluaran investasi. Pengeluaran dibuat 5persamaan, yaitu persamaan pengeluaran konsumsi beras sendiri, konsumsi non beras, konsumsi non pangan, investasi sumberdaya dan tabungan

Pengeluaran konsumsi adalah bagian pendapatan yang dikeluarkan rumah tangga tani untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan. Kebutuhan pangan rumah tangga tani didapat dari usahataninya sendiri dan dari pasar. Rumah tangga berperilaku membeli pangan dipasar karena alasan (1) jumlah produksi usahataninya tidak mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga (2) jenis komoditas usahatani yang dihasilkan tidak langsung dimanfaatkan sebagai pangan utama, sehingga harusnya menjualnya ke pasar dan membeli kebutuhan pangan lainnya, (3) pada hakekatnya kebutuhan pangan sudah tercukupi dari dari usahataninya, namun rumah tangga memiliki strategi tertentu untuk mengganti pangan dengan kualitas tertentu atau karena mengurangi biaya penyimpanan.

Pengeluaran rumah tangga petani terdiri atas pengeluaran rutinyang harus dibayar untuk konsumsi pangan dan non pangan, pengeluaranpendidikan dan kesehatan sebagai investasi sosial. Agregasi dari komponen ini adalah bahwa pengeluaran rumah tangga petanidialokasikan untuk membiayai konsumsi total dan investasi total.

Hasil estimasi pada Tabel 7.4 menunjukkan bahwa pendapatan yang siap dibelanjakan berpengaruh positifterhadap konsumsi pangan non beras, konsumsi non pangan, investasi sumberdaya dan tabungan. Konsumsi pangan non beras rumah tangga adalah konsumsi pangan di luar beras yang meliputi konsumsi lauk (ikan, daging, susu, telur), susu, minyak sayur, gula, teh, kopi, makanan lain (mie, roti, kue), rokok/tembakau. Semakin besar pendapatan disposabel maka

Dokumen terkait